Monday 19 November 2007

Sex Education Homework

Cerita sepasang anak praremaja yang berexperimen tentang pelajaran sex.

*****

Kami kehilangan keperjakaan dan keperawanan kami bersama-sama. Hal itu
terjadi ketika usiaku baru menginjak 11 tahun, pada akhir sekolahku di
kelas 5. Memang tidak terlalu mengejutkan kalau dipelajari karena
pasanganku adalah tetanggaku Kathy, yang usianya setahun diatasku, dan
duduk dikelas 6.

Kita berdua satu sekolah di pinggir kota Chicago dan kami sudah
bersahabat sejak tiga tahun sebelumnya. Sampai kemudian aku
menganggapnya lebih dari sahabatku lainnya. Kathy agak tomboy, dia biasa
bermain mainan yang biasanya dikerjakan anak laki-laki. Sampai kemudian
tubuhnya berkembang seperti selayaknya seorang gadis, dan akupun mulai
kikuk kalau sedang bersamanya, tanpa kuketahui dengan jelas apa sebabnya.

Ibu Kathy telah cerai dan harus bekerja siang hari pada suatu rumah
makan. Keadaan ini semakin menyenangkan buat kami, karena kami berdua
biasa ditinggalkan sendirian berjam-jam pada siang hari. Biasanya kami
hanya sebatas duduk bersama sambil berbincang-bincang seperti anak-anak
lain pada umumnya. Tapi sore ini terjadi keadaan yang berbeda.

Hari itu kami baru mendapatkan pelajaran pendidikan-sex di sekolah. Pada
jaman itu, setahun sekali anak laki-laki dan perempuan dipisahkan untuk
mendapatkan 'pendidikan seks'. Sebenarnya pelajaran itu berupa pelajaran
biologi dengan sedikit tambahan informasi tentang masalah sex. Informasi
tersebut cukup rinci dengan dilengkapi pula dengan buku saku dengan
judul 'Apa yang harus diketahui anak laki-laki' atau 'Apa yang harus
diketahui anak perempuan'.

Disana tidak dijelaskan secara gamblang tentang aktivitas sex. Secara
alami anak laki-laki selalu ingin tahu apa yang telah diajarkan kepada
teman-teman perempuannya, demikian pula sebaliknya anak-anak perempuan
ingin tahu apa yang telah diajarkan ke teman-teman laki-lakinya.
Demikian pula yang kami perbincangkan hari itu.

Kami berdua berada di dalam kamar Kathy, di atas tempat tidurnya yang
berukuran besar, terbuat dari kayu jati yang nyaman. Kami duduk
berhadapan, Kathy membaca buku sakuku sedang aku membaca buku sakunya.

"Kathy, kamu mendapatkan bahan banyak banyak dari yang kuperoleh.
Contohnya lihat ini, ada proses haid dan Kotex!"
"Tapi mereka tidak benar-benar menceritakan secara jelas. Aku pikir kita
telah memiliki gambar atau semacam anu."

Aku benar-benar sangat mengharapkan, karena aku belum pernah melihat
tubuh perempuan yang telanjang dan seperti apa bentuk anunya dibawah
sana. Kathy memakai T-Shirt dan celana pendek, aku bisa melihat betuk
lengkungan bukit dadanya yang kecil, dan samar-samar aku juga bisa
melihat garis celah-celah diantara pahanya yang tertutup oleh celana
ketatnya.

"Aku tidak mengetahui mengapa mereka menyebutnya pendidikan-seks.
Padahal disini tidak menerangkan bagaimana cara melakukannya."
"Siapa bilang? Mari kutunjukan kepadamu," kata Kathy sambil
membungkukkan punggung dan meletakkan buku dihadapanku.

Kucium keharuman shampo rambutnya yang membuatku terangsang. Aku pun
merasakan ketegangan anuku didalam celanaku. Tapi aku mengharapkan
semoga dia tidak menyadari apa yang sedang kurasakan.

"Lihat! Disini dikatakan penis laki-laki akan tegang kaku dan keras.
Sehingga bisa dimasukkan ke vagina perempuan, yang lembut dan mudah
mengembang. Ketika dia ejakulasi, cairan sperma yang berisi jutaan sel
masuk ke vagina perempuan dan membuahi telur."
"Itu sudah ceritakan banyak kepadaku," katanya dengan menyindir,"Seperti
dimana letak liang vagina itu? Bagaimana cara penis memasukinya?"

Sebenarnya aku agak malu mendengar secara fulgar kata-kata itu di depan
seorang gadis, sehingga wajahku menjadi merah padam dan penisku semakin
menonjol keluar celanaku. Kathy membuka lagi lembar lainnya dan
menunjukkannya kepadaku suatu baris gambar.

"Disini tempatnya," katanya sambil menunjuk kesuatu gambar.
"Sudah jelas apa yang kumaksudkan? Tidakkah sudah cukup jelas yang kamu
cari?" kata Kathy.

Tiba-tiba sebuah ide masuk keotakku dan aku harus memutuskan untuk
mengambil resiko.

"Dimana milikmu?"

Aku hampir tidak percaya bahwa aku benar-benar berani mengucapkannya.
Aku tahu aku telah melakukan sesuatu yang bodoh, yang bisa diceritakan
Kathy kepada teman-temanku disekolah.
Kathy melirikku dengan ekor matanya beberapa saat. Dia kibaskan
rambutnya kebelakang dan menyisihkan rambut yang menutupi wajahnya.
Kemudian merebahkan punggungnya dan tangannya digerakkan ketempat
diantara kedua pahanya. Aku hampir tidak berani memandang ke arah bagian
tersebut. Kemudian disusupkannya disuatu tempat di celananya.

"Disini tempatnya."

Waktu terus berjalan dengan cepat dan aku tidak tahu harus berbuat apa
lagi. Aku Cuma tertawa dan berkata, "Itu bukan sangat dekat seperti apa
yang dikatakan di buku!"

Kathy juga tertawa, dan aku bisa merasakan 'anuku' semakin membesar.
Kami berdua melanjutkan membuka lembar lainnya sambil memperbincangkan
lebih lanjut. Aku jadi grogi ketika Kathy kemudian berkata,"Jadi
bagaimana penis bisa muat kalau dimasukkan kesana? Seperti yang
dikatakan buku ini. Apa betul?"

Ya ampun! Dia sedang memperbincangkan 'anuku'! Aku menelan ludah
beberapa kali sambil berkata,

"Kecuali, ketika penis sudah keras dan tegang."

Aku merasa jantungku berdebar semakin keras. Aku hampir tidak percaya
apa yang sedang terjadi! Itu tidak seperti yang sering aku impikan. Aku
belum mulai onani, dan proses ke arah sana terus berlangsung dengan cepat.

"Aku masih tidak paham bagaimana caranya penis bisa masuk kesana. Si
perempuan mestinya tidur di atas meja atau apa saja sedang laki-laki
dalam posisi berdiri."
"Aku sempat menyaksikan 'Wild Kingdom' semalam dan melihat dua singa
melakukan itu. Cukup menarik."
"Bagaimana cara mereka melakukan itu?" Tanya Kathy penasaran.
"Singa betina duduk sana dan singa jantan duduk dibelakangnya. Kukira ia
menaruh penisnya dari belakang."
"Mana bisa?" kata Kathy dengan nada meremehkan yang membuatku marah.
Kami memang selalu bersaing dan saling mencintai.
"Benar, Aku melihatnya dengan jelas."
"Tidak masuk akal, lihat" kata Kathy sambil tubuhnya memberangkang
dengan perut menyentuh kasur.
"Dengan posisi seperti ini bagaimana bisa masuk?"
"Singa betina bukan berbaring seperti itu. Kakinya ada dibawahnya,"
kataku sambil memperagakan posisi singa betina setengah berjongkok
dengan tangan bertumpu pada kasur.
"Sama saja tetap tidak bisa. Lihat?" Kathy memposisikan kakinya dan
sikutnya berada dibawah dadanya. Pantatnya diangkat, sehingga bulatan
pinggulnya nampak jelas dibungkus celananya yang ketat.
"Vaginaku tepat disini." Tangannya digerakkan diantara kedua pangkal
pahanya dan kulihat cembungan ditempat tersebut.
"Jika penis ditusukkan kesini, tidak akan bisa menjangkaunya."

Aku yakin bahwa aku yang benar, dan aku harus membuktikannya.
"Kenapa tidak, coba lihat," kataku sambil memposisikan tubuhku
dibelakang Kathy seperti singa jantan, dan penisku kutempelkan dibulatan
pantatnya.
"Hey, apa yang kau lakukan??" tanya Kathy dengan wajah merah padam.
"Membuktikan bahwa aku benar. Begini." kataku sambil mendorong dan
menggesekan tonjolan penisku pada bulatan pantatnya. Kurasakan sensasi
kehangatan menyentuh bagian tonjolan penisku.
"Penis akan ditusukkan dari sini, begini." Kuletakkan jari telunjukku
mengacung diposisi penisku, kemudian kugerakkan pinggulku kedepan
sehingga ujung telunjukku menusuk kepangkal pahanya.

"Ya, tapi tetap saja tidak bisa," kata Kathy tidak puas.
"Hey, aku tahu! Tunggu, jangan bergerak. Pindahkan posisi kakimu
diantara kakiku, nah sekarang gerakkan maju."

Dengan berlandaskan lutut aku berdiri diantara kedua paha Kathy,
kugerakkan pinggulku kedepan sehingga ujung jari telunjukku menyentuh
cembungan dipangkal paha Kathy.
"Ohh," desah Kathy. Pinggulnya terjungkit ketika ujung jariku menusuk
tepat di vaginanya.
"Begitu sudah tepat di vaginanya, singa jantan kemudian menindih tubuh
singa betina, sambil menusukkan penisnya kedepan."

Kurebahkan tubuhku dipunggung Kathy sambil menggerakkan pinggulku maju
mundur. Jariku kutusuk-tusukkan ke vagina Kathy. Aku hampir tidak
percaya dengan apa yang kulakukan, kenyataannya jari telunjukku sedang
menusuk dan menggosok bagian paling rahasia Kathy! Penisku jadi semakin
tegang dan kalau diteruskan lagi sepertinya aku bisa orgasme. Aku tak
tahu apa yang Kathy rasakan, yang pasti tubuhnya ikut menggeliat-geliat
setiap kali kusentuh vaginanya. Akhirnya Kathy sadar akan keadaan kami,
tubuhnya kemudian dibalikkan dan menjauh.

"OK, aku tahu yang kau maksudkan. Kau mungkin benar. Tapi kupikir
manusia tidak melakukan dengan cara seperti itu."

Aku terduduk dengan wajah merah padam, sejenak kutenangkan diriku agar
Kathy tidak tahu apa yang sedang bergolak pada diriku."Aku tidak
mengatakan begitu, aku hanya mengatakan bahwa dengan cara seperti itu
bisa dilakukan. Disamping itu apa ada cara lain untuk melakukan itu.

"Aku pernah melihat sesuatu di TV dengan Mamaku, tapi dia segera merubah
channel sebelum aku sempat melihatnya dengan jelas." kata Kathy
"Apa itu?"
"Mereka berada dibawah selimut sehingga aku tidak bisa melihatnya dengan
jelas. Tetapi perempuannya jelas sedang berbaring terlentang, seperti
ini," kata Kathy sambil berguling terlentang, dengan kedua pahanya
direnggangkan.
"Dan ada seorang laki-laki menindihnya dari atas."
"Tidak, dia tidak akan bisa berbuat sesuatu!" kataku penasaran.
"Kenapa tidak? Mari kita coba!"

Aku benar-benar khawatir. Aku tidak ingin melukai Kathy. Tapi aku ingat
katika bermain bola, kathy pernah ditindih beberapa anak laki-laki yang
ternyata tidak apa-apa. Tapi ada sesuatu yang membuatku berdebar-debar,
dengan posisi itu aku akan bisa bergesekan lebih banyak dengan gundukan
kecil di pangkal paha Kathy. Daerah itu terasa hangat dan telah
menghipnotisku sehingga sempat bembuatku hampir orgasme.

"Sekarang berbaringlah di atasku," kata Kathy.

Aku merebahkan diri menindih tubuhnya dengan bertumpu pada kedua
tanganku. Kurasakan sepasang bukit di dadanya menusuk dadaku! Desah
nafasnya menyapu wajahku dan kucium keharuman rambutnya, demikian juga
kehangatan yang terpancar dari pangkal pahanya. Aku benar-benar
terangsang berat, apalagi ketika kedua tangannya merangkul leherku
sehingga tubuh kami berhimpitan.

"Kamu menyukai posisiku seperti ini?" bisikku dengan suara bergetar.
"Yeah. Sepertinya nyaman," bisik Kathy. Mata kami saling pandang, 1001
perasaan bercampur aduk. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan sampai
Kathy berbisik,
"Kamu pernah mencium seorang gadis?"
"T.. Tidak pernah," jantungku berdebar keras, aku tidak pernah sedekat
ini dengan Kathy. Wajahnya yang manis sekali tampak merah padam, tapi
malah kelihatan semakin cantik. Tubuhnya yang harum, padat tapi lembut
sekali.
"Aku juga," kata Kathy, kemudia kita tertawa bersama.
"Maksudku aku tidak pernah mencium seorang laki-laki, tapi.."

Tiba-tiba Kathy menarik wajahku dan.. Bibirku bersentuhan dengan
bibirnya.. Kami berciuman sambil menutup mata, bibir kami saling
bergesekan, saling menghisap dan lidah kami saling menyentuh dan
membelai.. Wow, sesuatu yang sangat luar biasa!! Getaran sentuhan bibir
kami sampai terasa kesekujur tubuh kami, terasa niimaat sekali, sulit
kami gambarkan dengan kata-kata. Ciuman itu terhenti karena kami
kehabisan napas.

"Ohh, luar biasa, manis sekali," desahku.
Tapi tiba-tiba aku terkejut ketika Kathy malah tetawa genit.
"Mnn.. Mmmhmm." tawanya yang genit lagi.
"Apa yang sangat lucu?" tanyaku penuh tanda tanya.
"Aku dapat merasakan kamu." kata Kathy sambil tersenyum manis.
"Tapi? Aku dapat merasakan kamu juga." kataku masih bingung.
"Tidak, maksudku aku dapat merasakan anumu.. Um.. Penismu. Aku merasakan
benar-benar sangat keras."

Aduh! Aku benar-benar telah melupakan! Aku benar-benar bodoh luar biasa,
dan Kathy bisa ceritakan teman-temanku! Aku bisa sangat malu, tapi hal
itu terjadi tanpa dapat kukendalikan.

"Oh.. Aku.. Minta maaf, aku benar-benar tidak sengaja, itu terjadi
dengan sendirinya, tanpa dapat kucegah." kataku terbata-bata, sambil
bergerak mengangkat pinggulku.
"Hey, Aku tidak keberatan koq." kata Kathy, sambil melipat kakinya
memeluk pinggulku, sehingga aku tidak bisa bangun, dan kurasakan
tonjolan penisku semakin merapat erat dengan cembungan vaginanya.
"Aku.. Aku tidak tahu. Itu kadang-kadang terjadi dengan sendirinya."
kataku mencoba untuk menerangkan keadaanku.
"Benar? Bagus sekali." kata Kathy sambil menggerak-gerakkan pinggulnya
sehingga aku semakin terangsang.
"Seberapa besarnya?" bisik Kathy.
"Apanya?!" tanyaku agak panik.

Kathy tertawa genit, dia senang melihat kebingunganku.

"Seberapa besarnya mm penismu? Aku merasakan cukup besar. Aku hanya
tidak bisa memahami apakah anunya seorang gadis bisa dimasuki yang
sebesar itu?
"Aku tidak tahu, aku juga tidak pernah memikirkan seberapa besarnya."
"Coba kulihat," kata Kathy.

Hatiku semakin berdebar-debar, Kathy ingin melihat penisku! Apakah aku
harus telanjang bulat di depan seorang gadis? Tidak!

"Ayolah, biarkan aku melihatnya, please?"

Tunggu dulu. Ini adalah kesempatanku untuk melihat seorang gadis
telanjang. Ini benar-benar sesuatu yang luar biasa! Tapi aku tidak yakin
Kathy membolehkan aku melihatnya. Tapi ternyata Kathy mau! Kathy juga
benar-benar ingin melihatku telanjang. Hanya untuk melihat, tanpa
berbuat apa-apa lagi!

"OK, kamu dulu." kataku.
"Tidak, kita sama-sama." katanya.

Ini memang adil. Aku segera membuka bajuku, demikian pula Kathy. Detak
jantungku terasa semakin cepat. Aku pernah melihat Kathy dalam pakaian
renang, tapi ini benar-benar luar biasa. Sambil melepas bajuku, mataku
tidak pernah lepas dari bra-nya yang berwarna putih, dan juga kulit
tubuhnya yang kuning mulus. Aku benar-benar tidak pernah membayangkan
begitu luar biasa, apalagi ketika Kathy membuka kaitan bra-nya dan
melepaskannya.. Jantungku seakan berhenti bertetak..

Akhirnya aku benar-benar melihat buah dada seorang gadis!! Bulat, putih
bagai cream, puting kecil berwarna pink yang mencuat indah sekali.
"Mmm." Guman Kathy menyadarkanku. Kathy tersenyum-senyum malu melihatku
terbengong-bengong melihat kemulusan buah dadanya.

Aku segera melepaskan sabukku, Kathy menyusupkan jarinya memegang
elastik celana pendeknya dan berhenti menungguku. Aku segera melepaskan
kancing celana dan terus melepas celana jeanku. Penisku yang tegang
langsung tampak mencuat dari dalam celana dalamku. Tiba-tiba mukaku
merah padam, ternyata Kathy belum melepas celana pendeknya.

"Hey! Ayoi! Kamu kan janji bersama-sama!"
"Oh, maaf. Aku lupa," kata Kathy sambil sorot matanya tidak lepas dari
tonjolan penisku di celana dalamku.

Kathy kemudian berbaring sambil melepas celena pendeknya melewati
pinggulnya yang bulat indah. Tubuh kami berdua sekarang tinggal dibalut
oleh celana dalam. Aku benar-benar kagum dengan kemulusan kulit tubuhnya
bagaikan kulit bayi, kuning kemerahan dan halus sekali.

"Siap," kata Kathy.
"OK," kataku mantap.

Aku benar-benar sudah tidak sabar lagi melihat tubuh seorang gadis yang
telanjang bulat di depanku. Dan.. Hal itu benar-benar menjadi kenyataan
ketika Kathy pelahan-lahan melepas celana dalamnya, bersamaan dengan
kuturunkan celana dalamku melewati kakiku.

Dan kemudian kami berdua sama-sama terbengong-bengong melihat tubuh
telanjang di depannya. Kulit tubuh Kathy benar-benar mulus, lekukan
tubuhnya benar-benar mempesona. Ketika sudut mataku melihat ke Kathy,
kulihat wajahnya merah padam dan sorot matanya menjelajahi seluruh
tubuhnya. Sepertinya wajahnya jadi semakin cantik dan oohh.. Sepasang
bukit dadanya benar-benar mengagumkan dan menggetarkan hatiku, tapi..
Bagian bawahnya.. Kulihat rambut kecil-kecil halus berwarna pirang
menutupi cembungan dipangkal pahanya. Tapi tidak ada lagi yang bisa
kulihat, sepertinya semuanya tersembunyi dibalik rambut halus itu.

"Wow," seru Kathy.
"Berbaringlah terlentang, aku ingin bisa melihatnya dengan jelas."

Aku tidak bisa menolaknya, aku terlentang sambil memperhatikan Kathy.
Dia bergeser mendekati diriku. Sepasang bukit dadanya ikut bergoyang,
pemandangan yang menakjubkan sekali. Aku tidak memperhatikan tangannya
sampai ketika jari-jarinya mengelus batang penisku dengan lembut."Oh
besar sekali, keras, tapi kulitnya lembut sekali." kata Kathy sambil
tangannya menjelajahi seluruh bagian penisku, meremas dan
mengusap-usapnya dengan lembut.

"Ouchh!" erangku. Sepertinga tubuhku melambung tinggi..
"Benar-benar luar biasa," desis Kathy benar-benar terpesona menyaksikan
penisku yang tegang kukuh dan keras. Kurasakan jari-jari Kathy
mengocok-kocok batang penisku naik turun dengan penuh gairah. Aku tidak
pernah melihat penisku menjadi sebesar itu, sepertinya penisku telah
mengembang secara maximum. Mataku tertutup rapat-rapat.. Mulutku
mendesah-desah tanpa dapat kukendalikan lagi,

"Ooohh.. Aaahh.." aku benar-benar tidak pernah merasakan senikmat ini.
"Kau senang aku beginikan?" bisik Kathy dengan suara genit.

Gerakan tangannya naik-turun semakin cepat sampai pinggulku
terangkat-angkat menahan nikmat dan geli luar biasa. Akhirnya aku tak
dapat menahan lagi, dengan diiringi teriakkan nyaringku, spermaku
meledak dan menyembur kuat keudara beberapa kali. Inilah untuk pertama
kalinya aku mengalami orgasme. Kathy juga berteriak tertahan dan
meloncat menjauhiku, gadis ini benar-benar terkejut melihat spermaku
yang begitu dasyat menyembur keudara dan sebagian jatuh menimpa tangan,
paha dan dadanya.

Beberapa saat aku terkulai lemas. Sepertinya aku sempat tak sadar
beberapa detik. Begitu pula Kathy, gadis ini terbengong-bengong melihat
kejadian yang benar-benar tak pernah terbayangkan olehnya.

"Apa.. Apa yang terjadi??" kata Kathy terbata-bata.
"A.. A.. Aku tidak tahu. Aku tidak pernah mengalami seperti ini
sebelumnya." kataku tergagap-gagap.

Setelah berpikir beberapa saat Kathy berkata pelan.

"Aku tahu. Kau mengalami orgasme." katanya sambil mengusap-usap cairan
kental spermaku yang berhamburan kemana-mana.
"Ini adalah sperma. Tapi aku benar-benar tidak menduga proses keluarnya
begitu luar biasa."
"Yeah, memang sangat luar biasa. Aku merasakan kenikmatan yang luar
biasa dan sulit kugambarkan." kataku.
Kathy tertawa genit.
"Itu karena aku! Aku yang membuatmu sampai orgasme! Tadinya aku
khawatir, kau mengerang-erang seperti kesakitan."
"Yeah. Benar-benar luar biasa. Jari-jari tanganmu juga luar biasa"
kataku sambil melihat tubuh moleknya yang telanjang bulat. Dan akupun
tak ingin membuang tempo lagi.

"Hey. Sekarang gantian aku!! Cepat kamu berbaring" kataku.
"Tapi.. Tapi kau pelan-pelan ya??" kata Kathy."Aku takut."
"OK, jangan khawatir, aku tak akan menyakitimu."

Ya Tuhan, inilah hari bersejarahku sebagai seorang laki-laki.
Dihadapanku berbaring terlentang sesosok tubuh gadis yang luar biasa
cantiknya telanjang bulat. Mataku benar-benar termanjakan dengan
pemandangan yang benar-benar menakjubkan.

Pelahan-lahan kuusap cairan spermaku yang menempel di bukit kecil di
dada Kathy. Tanganku sampai gemetaran meraba kulit kenyal dan halus di
sepasang bukit indah itu. Puttingnya yang kecil jadi mengeras ketika
tanganku mengelus-elusnya. Apalagi ketika puting itu kepegang dan
kupilin-pilin lembut, Kathy mengerang lembut. Hatiku sampai berdesir
mendengar erangan aneh itu. Sepertinya mengandung kekuatan magis yang
membangkitkan kembali gairahku.

Kuturunkan tanganku menelusuri perutnya kebawah sampai daerah pangkal
pahanya. Kuusap-usap rambut halus pirang disana. Rambut yang panjangnya
sekitar 1/4 inci itu sangat lembut. Aku tidak menduga didaerah itu bisa
tumbuh rambut. Ujung jariku kususupkan ke celah-celah yang membelah
vertikal gundukan kecil di pangkal pahanya. Daerah itu ternyata basah
oleh cairan lendir.

"Buka lagi pahamu, aku tidak bisa melihat apa-apa disini."

Ketika Kathy membuka lagi pahanya, tampaklah celah-celah yang berwarna
pink yang mengkilat basah oleh cairan lendir.

"Wow!!"

Benar-benar pemandangan yang luar biasa, aku tidak pernah membayangkan
seperti itu bentuk vagina seorang gadis. Kudekatkan wajahku agar bisa
melihat lebih jelas daerah misterius yang sudah lama ingin kulihat.
Kucium aroma khas yang segar dan juga cukup harum. Kukita Kathy sangat
rajin membersihkan daerah itu. Tapi kembali aku tak bisa melihat apa-apa
selain celah vertikal yang tertutup. Dengan hati-hati kususupkan
jari-jariku kebibir vertikal yang cukup tebal itu, kurasakan kebasahan
dan kehangatan didaerah itu.

Pinggul Kathy terjungkit-jungkit setiap kali kugosok celah-celah itu,
bibirnya setiap kali juga mengeluarkan desahan-desahan aneh yang
merangsang pendengaran, apalagi ketika ujung jariku menyentuh tonjolan
clitorisnya. Sepertinya daerah tersebut sangat sensitif seperti juga
sulit penisku, dan Kathy juga merasakan nikmat yang tak kalah bebatnya
seperti ketika Kathy mengusap penisku. Aku jadi semakin bersemangat
menggerakkan jariku menyusuri celah-celah itu.

Akhirnya mataku melihat lubang kecil berwarna merah muda dibawah
tonjolan clitorisnya. Dari lubang itulah cairan bening itu keluar.
Lubang itu cuma sebesar ujung jari kelingkingku. Aku yakin itulah yang
disebut vagina yang tadi ditunjuk oleh Kathy, dan di buku dikatakan
bahwa penis dimasukkan ke lubang itu. Tapi koq begitu kecil? Kumasukkan
ujung jariku ke lubang itu, terasa hangat dan ketika kugerak-gerakkan
tiba-tiba aku sangat terkejut, sepertinga ujung jariku terhisap oleh
lubang itu. Aku jadi penasaran sekali, ketika akan kumasukkan lagi
tiba-tiba Kathy membentakku.

"Hey! Apa yang kamu lakukan?!" katanya sambil melompat ketika ujung
jariku kumasukkan lebih dalam.
"I just want to see what it feels like.", I said, still pushing. Now, it
was past the first knuckle.
"Aku hanya ingin tahu lubang apa itu.", kataku sambil terus mau
memasukkan ujung jariku lagi.
"Cut it out!" she was squirming. I kept pushing. She moaned and said
again, but more softly,
"Keluarkan cepar keluarkan." kata Kathy panik.

Ujung jariku seperti menabrak suatu dinding dan ketika kudorong lagi.

"Auw.. aduh stop!!" Jerit Kathy kesakitan. Dengan gugup kutarik ujung
jariku keluar lubang kecil dan sempit itu.
"Itukan lubang dimana penis dimasukkan bukan??" kataku mencari kepastian.
"Mungkin."

I started pushing my finger into her again,"Does it feel like a penis?"

Aku memulai mendorong lagi jariku ke dalam lubang itu,
"Apakah seperti dimasukkan penis?" tanyaku lagi. Pinggul Kathy kembali
menggeliat-geliat.
"Aduuhh stop, stop please!" Rintih Kathy.

Aku ingat ketika singa jantan memasukkan penisnya kevagina singa betina.
Tapi Kathy sepertinya merasa kesakitan dan keenakan sekaligus. Kini
jariku kugerakkan keluar masuk. Lubang itu begitu sempit dan ketat
menjepit ujung jariku. Cairan lendir semakin banyak keluar. Kulihat
Kathy tidak lagi kesakitan, cuman mulutnya tak henti-hentinya mendesis
keenakan dan tubuhnya menggeliat-geliat begitu menggairahkan.. Sampai
tiba-tiba tubuhnya menggigil dan mengejang,

"Aaahh.. Ooohh," jeritnya nyaring sambil menarik tanganku dari liang itu.
"Apa yang terjadi??" tanyaku keheranan.
"Entah, ahh." Desah Kathy dengan nafas tersegal-segal.
"Mungkin aku orgasme," bisik Kathy sambil tersenyum manis sekali.
"Ohh, kupikir memang benar penis harus dimasukkan ke lubang itu,"
kataku, "Tapi aku tidak yakin lubang itu terlalu kecil untuk ukuran penis."
"Kenapa tidak?" kata Kathy sambil melihat penisku yang mulai membesar
dan menegang lagi.
"Penis terlalu besar. Ujung jariku saja sudah sulit masuk, apalagi penis
yang ukurannya jauh lebih besar dan panjang."

Kathy meraih kembali penisku.

"Yeah aku tahu maksudmu."

Dia memperhatikan penisku dengan seksama sambil mengusap-usapnya.
Sepertinya dia sangat sangat tertarik dan menyukai penisku itu, seperti
barang antik yang sangat berharga.

"Jika tidak cukup, paling tidak kita bisa mencobanya untuk meyakinkan
samapi sejauh mana." kata Kathy sambil melirik ke arahku, senyuman genis
tersungging dibibirnya.
"Apa kau pikir cukup aman?" tanyaku ragu-ragu. Tentunya aku sangat
senang melakukannya, tapi aku khawatir Kathy akan kesakitan.
Kathy kembali berbaring terlentang dan pahanya dibuka lebar.
"Yakin. Bila tidak muat dimasukkan ke dalam milikku, maka kita akan
mencari cara lainnya. Apapun juga kamu bisa ejakulasi, dan itu tidak
akan menbuatku hamil karena tidak masuk ke dalam."

Aku segera menempatkan pinggulku diantara kedua pahanya. Terasa hangat,
basah dan lembut. Kugerak-gerakkan ujung penisku untuk menemukan lubang
itu, begitu menyentuh lubangnya, kutekan sedikit, kemudian kugerakkan
pinggulku sambil terus menekan. Sepasang bukit dadanya mengeras,
putingnya menusuk dadaku. Kedua tangannya merangkul leherku. Kami
kembali berciuman. Tubuh kamu saling menekan dan menggesek.

Kathy ketawa genit sambil berbisik, "Aku sangat senang kamu ada disini,
dalam posisi seperti ini," katanya sambil memelukku dengan mesra sekali.

Kami terus saling menggesek dan menekan, tangan kami juga saling
mengelus dan meremas-remas. Nafas kami semakin cepat dan tubuh kami juga
semakin panas, peluh kami mulai membasahi tubuh kami. Ini benar-benar
luar biasa. Gesekan-gesekan itu demikian nikmatnya. Tapi usaha penisku
untuk masuk ke lubang itu selalu gagal.

"Masih belum bisa masuk?" Bisik kathy.
"Coba kutekan agak keras lagi," kuangkat sedikit pinggulku, kemudian
kutekan keras, tapi ternyata malah meleset kesamping.
"Uhh.." desis Kathy.
"Coba kubantu," bisik Kathy sambil tangannya meraih batang penisku,
kemudian ditempatkan tepat di gerbang liang vaginanya.
"Tekan!!" kata Kathy.
"Yeah," kataku sambil menekan pinggulku cukup kuat.

Kuangkat sedikit lagi, kembali kutekan lebih keras sambil tangan Kathy
mengarahkan penisku. Kurasakan liang itu semakin mengembang dan
tiba-tiba sebagian ujung penisku berhasil melesak ke dalam.

"Stop!" teriak Kathy.
"Ohh.." keluhku, sambil menghentikan gerakanku.

Kepala penisku yang bulat sudah berhasil masuk keliang vagina Kathy.
Begitu ketatnya liang itu seperti mengunci ujung penisku.

"Ujung penisku sudah berhasil masuk," bisikku.
"Ya, aku tahu. Aku dapat merasakannya." kata Kathy.

Pelahan kutarik sedikit penisku pelan-pelan, kemudian kutekan lagi
dengan tekanan lebih kuat. Begitu kulakukan berulang-ulang sampai ujung
penisku tiba-tiba menabrak kuat dinding penghalang disana.

"Ahh, stop, kita sebaiknya berhenti, ohh jangan!" kata Kathy terbata-bata.

Meskipun mulutnya mengatakan jangan, tapi kurasakan pelukan Kathy malah
semakin erat, dan pinggulnya pun bergerak mengimbangi tusukannku.

"Kita sebaiknya berhenti.. Kita, ohh stop!" rintih Kathy.
"Yeah." kataku, tapi penisku tidak mau berhenti. Tekanan pinggulku makin
lama makin kuat sehingga akhirnya..
"Aaahh.. ADUH!! Ohh.. Aaahh," jeritan Kathy melengking kuat ketika
penisku berhasil menembus benteng penghalang itu. Batang penisku
tenggelam seluruhnya ke dalam liang yang sudah tidak perawan lagi,
sampai bola testicle-ku menekan pangkal pahanya. Jeritan Kathy dan
cengkeraman kukunya mencengkeram kuat di pundakku dan pahanya memeluk
kuat kuat pinggulku membuatku benar-benar terkejut.

"Aduh! stop, stop!" jerit Kathy.

Kurasakan jepitan liang vagina Kathy yang begitu kuat dan ketat sekali,
kurasakan juga denyutan-denyutan dinding liang itu seperti menyedot
penisku, dan kurasakan kehangatan disana.

"Kathy. Penisku sudah masuk semua." kataku sambil terengah-engah.
"I can tell. It hurt. A lot."
"Aku bilang stop! Sakit sekali tahu!" bentak Kathy. Kulihat wajahnya
merah padam dan air matanya mengalir membasahi pipinya.
"Maafkan aku Kathy. Aku tidak bisa mengendalikan diriku."
"OK. Bisa kamu tarik keluar sekarang?"
"OK.." Aku cabut penisku pelan-pelan, Kathy merintih, kutekan lagi
pelan-pelan dan kembali kutarik lagi sedikit. Kurasakan sesasi gesekan
antara penisku dan dinding liang vagina Kathy begitu luar biasa
nikmatnya. Tubuhku sampai menggigil menahan geli dan nikmat yang teramat
sangat.

"Kathy, sebaiknya jangan dilepas," bisikku.
"Ya, aku tahu.." desah Kathy sambil menggerakkan pinggulnya keriri-kanan
mengikuti gerakan pinggulku. Tangan Kathy kembali memelukku erat-erat.
Seperti juga aku, sepertinya Kathy juga merasakan sensasi kenikmatan
yang sangat luar biasa. Dia ingin menghentikannya, tapi kenikmatan itu
sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja. Dan tiba-tiba kembali tubuh
Kathy mengejang sambil mengerang cukup keras, ketika Kathy mencapai
orgasmenya yang kedua kali. Kathy sepertinya mengatakan sesuatu
kepadaku, tapi tidak jelas, akhirnya ia menggigit pundakku.

Diding liang vaginanya berdenyut-denyut kuat, membuat penisku
tersedot-sedot dan sepertinya aku juga tidak kuat lagi menahan diri.
Kutekan penisku dalam-dalam dan..

"Aaahh.." spermaku menyembur kuat berkali-kali didasar liang vagina Kathy.

Entah berapa lama kami terkulai sambil berpelukan, penisku masih
tertanam diliang vagina Kathy..

Ketika kami sadar, segera kutarik penisku yang sudah mengecil itu.
Kulihat cairan spermaku bersama cairan vagina Kathy berhamburan
dimana-mana. Dan cairan itu berwarna merah.. Memang benar-benar darah
Kathy yang bercampur cairan sperma.

"Ya ampun, Kathy, aku benar-benar melukaimu, maafkan aku Kathy," seruku
panik.
"Ohh tidak!" jerit Kathy sambil melihat ke vaginanya.
"Kamu ejakulasi di dalam lubang vaginaku!! Kau masukkan spermamu di
dalam! Aduh, kamu bisa membuatku hamil!!"

Cepat-cepat kuperiksa vagina Kathy. Tidak kelihatan ada luka disana,
tapi darah keluar dari liang vaginanya. Aku yakin, pasti bagian dalam
liang vagina itu ada yang luka.

Akhirnya kami memutuskan untuk tidak menceritakan kepada orang lain
kalau Kathy sembuh nanti. Kami cuman bisa menunggu untuk melihat apakan
Kathy hamil atau tidak. Kami segera berpakaian dan aku segera lari
pulang kerumah. Sampai beberapa minggu kami berdua dihinggapi perasaan
takut. Dan Kathy pun sepertinya takut untuk menemuiku. Dia selalu
menghindar kalau melihatku.

Kami memang tidak pernah menceritakan kejadian itu kepada orang lain,
dan kami juga tidak pernah melakukan hubungan sex lagi, tapi kami masih
berteman sampai beberapa tahun, sampai akhirnya aku pindah ke Denver.
Tapi aku tidak pernah melupakan hari bersejarah yang sangat menakjubkan
itu!!

No comments: