Monday 19 November 2007

Tante Yohana

Hallo para pembaca yang budiman, sebelumnya saya mau mengucapkan terima
kasih kepada 17Tahun dot com karena kisahku sebelum ini sudah dimuat dan
juga untuk semua respon yang dikirimkan ke e-mail saya. Untuk para
pembaca yang akan membaca kisahku ini dan anda belum membaca ceritaku
yang sebelumnya mungkin cerita ini akan sedikit membingungkan, jadi
lebih baik anda membaca ceritaku yang sebelumnya. Dan selamat membaca.

*****

Kisahku dengan Tante Mira terus berlanjut dengan gaya permainan cinta
yang semakin seru karena baik Tante Mira maupun aku saling mengeluarkan
fantasi masing-masing (akan saya ceritakan lain waktu), hingga pada
suatu saat Tante Mira mengenalkan salah satu temannya yang kebetulan
ketemu disebuah restoran dimall daerah jakarta pusat. Sebut saja dia
Tante Yohana, dia juga wanita chinese yang berumur hampir 50, sebaya
dengan Tante Mira hanya beda 1 atau 2 tahun saja yang sudah ditinggal
suaminya karena wanita lain. Postur tubuhnya juga tidak jauh dengan
Tante Mira, agak gemuk hanya saja Tante Yohana lebih pendek dari Tante
Mira dan wajahnya juga lebih kelihatan tua karena tampak kerutan-kerutan
diwajahnya mungkin terlalu banyak pikiran.

Waktu itu dia sedang jalan sendirian akan makan dan kebetulan ketemu
dengan kami yang akhirnya dia diajak bergabung oleh Tante Mira, dan aku
dikenalkan oleh Tante Mira kepadanya sebagai keponakan jauhnya. Setelah
makan kami melanjutkan perbincangan sambil jalan melihat-lihat barang di
toko-toko yang ada dimall itu. Entah apa yang dibicarakan oleh mereka
berdua secara bisik-bisik karena aku lihat lirikan Tante Yohana yang
melihat aku sambil senyum-senyum, dan setelah itu dia sering
mencuri-curi pandang melihatku. Setelah lelah jalan-jalan dan hari mulai
sore Tante Yohana akhirnya pulang.

"Oke, Mir. Aku pulang dulu ya, hampir sore nih. Sampai ketemu lagi
Ferry" kata Tante Yohana sambil tersenyum penuh arti kepadaku yang
membuat aku tambah bingung dan dia melenggang menuju carcall untuk
memanggil sopirnya.
Sepeninggal Tante Yohana kami menuju food court untuk membeli minum dan
istirahat.
"Fer, menurut kamu Tante Yo gimana?" tanye Tante Mira padaku setelah
membeli minum dan duduk ditempat yang agak memojok dan meminum minumannya.
"Mmm.. gimana apanya Tante?" jawabku bingung mendengar pertanyaan Tante
Mira sambil menyedot minuman ringan yang aku pesan.
"Ah kamu ini, pura-pura nggak ngerti apa emang nggak ngerti? Ya sifat
orangnyalah, bodynyalah, facenyalah dan lain-lainnyalah" jawab Tante
Mira agak sewot.
"Oo, kalo sifatnya sih saya belum tau bener, kan baru sekali ketemu,
tapi keliatannya orangnya baik dan ramah, terus kalo face dan bodinya
mm.. biasa-biasa aja tuh" jawabku sambil tersenyum.
"Emang kenapa Tante, kok Tante tanya gitu? Bikin aku bingung aja. Terus
tadi ngomongin apa sih? Kok pake bisik-bisik terus Tante Yohana jadi
aneh sikapnya" tanyaku pada Tante Mira.
"Fer, kamu tahukan kalo Tante Yo itu sudah lama hidup sendiri sejak
pisah sama suaminya. Nah tadi waktu Tante Yo lihat kamu dia langsung
tertarik sama kamu, dan dia nanyain tentang kamu terus ke Tante sebab
dia nggak percaya kalo kamu itu keponakan jauh Tante, jadi Tante
terpaksa cerita dech kedia siapa kamu sebenernya. Kamu jangan marah ya,
abis Tante Yo itu suka maksa kalo keinginannya belum kesampaian" jawab
Tante Mira.
"Terus.. mm.. dia pengen sama kamu Fer.. gimana? Kamu mau nggak?" tanya
Tante Mira dengan wajah serius.
"Wah gimana ya, repot juga nich kalo sampai dia ngomong-ngomong ke orang
lain, bisa tercemar nama Tante. Kalo menurut Tante dia bisa jaga rahasia
kita dengan cara gitu ya sudah, saya akan layani dia" jawabku serius juga.
"Tapi nanti kamu jangan lupain Tante ya kalo sudah dekat sama dia" kata
Tante Mira was-was.
"Ah Tante ini ada-ada saja, nggak mungkinlah saya lupa sama Tante,
sayakan kenal Tante dulu baru Tante Yo" jawabku menghibur Tante Mira
yang terlihat agak sedih dari ekspresi mukanya.
"Yah.. sapa tahu kamu bisa dapet lebih dari Tante Yo dan lupain Tante
deh" katanya lagi sambil menghembuskan nafas.
"Jangan kuatir Tante, saya bukan tipe orang yang gampang ngelupain jasa
baik orang kepada saya, jadi Tante tenang saja" jawabku kemudian.
"Okelah kalo gitu nanti Tante hubungi Tante Yo, biar dia nanti hubungi
kamu" kata Tante Mira kemudian.
Setelah itu Tante Mira lebih banyak diam entah apa yang ada dalam
pikirannya dan tak lama kemudian kamipun pulang.

Malamnya Tante Yo menghubungi aku lewat telepon.
"Hallo Ferry, ini Tante Yo masih ingatkan?" tanya Tante Yo dari seberang.
"O iya masih, kan baru tadi siang ketemu, ada apa Tante?" jawabku sambil
bertanya.
"Tadi Tante Mira sudah cerita belum sama kamu tentang Tante?" tanyanya
lagi.
"Sudah sih, mm.. memang Tante serius?" tanyaku lagi pada Tante Yo.
"Serius dong, gimana kamu okekan?" tanya Tante Yo lagi.
"Kalo gitu oke dech" jawabku singkat.
Lalu kami bercakap-cakap sebentar dan kami akhirnya kami janjian besok
pagi dilobby hotel "XX" didaerah jakarta barat dan dia akan datang lebih
awal karena akan check-in dulu, setelah itu teleponpun ditutup.
Keesokannya seperti biasa aku memakai baju rapi seperti orang kerja
supaya tidak terlalu menyolok dan aku menunggu di lobby hotel tersebut
karena aku juga datang lebih awal, tak lama aku menunggu teleponku
berdering.

"Hallo Ferry, ini Tante Yo. Tante sudah ada diatas, kamu langsung naik
aja di kamar 888 oke? Tante tunggu ya" kata Tante Yomemberitahukan
kamarnya.
"Oke Tante saya segera kesana, saya juga sudah di lobby" jawabku singkat
dan menutup pembicaraan.
Setelah mematikan teleponku agar tidak diganggu, aku naik lift menuju
kamar Tante Yo. Sampai didepan pintu kutekan bel dan Tante Yo membukakan
pintu.
"Ayo masuk, udah daritadi Tante sampai dan langsung check-in. O ya, kamu
mau minum atau mau pesan makan apa? tadi sih Tante sudah pesan makan dan
minum untuk dua orang, tapi kalau kamu mau pesan yang lain pesan saja,
jadi sekalian nanti diantarnya" kata Tante Yo sambil mempersilahkan aku
masuk dan menutup pintu.
"Yah sudah kalau Tante sudah pesan, nggak usah pesan lagi, nanti
kebanyakan makanan malah bingung" jawabku.
"Kok bingung kan buat gantiin tenaga kamu he he he" jawab Tante Yo
bercanda.

Kemudian Tante Yo duduk di sofa besar yang ada didalam kamar itu dan aku
duduk di sebelahnya, kami berbincang-bincang sambil menonton TV lalu aku
mendekati Tante Yo dan memeluk pundaknya, kemudian Tante Yo merebahkan
kepalanya kepundakku, kubelai rambutnya dan kukecup kening Tante Yo.
"Mmm.. kamu romantis ya Fer, pantes Mira suka sama kamu. hh.. sudah lama
Tante nggak merasakan suasana romantis seperti ini" kata Tante Yo sambil
menghembuskan nafas.
"Ya sudahlah Tante, yang penting hari ini Tante akan merasakan hangat
dan romantisnya cinta, karena hari ini aku milik Tante sepenuhnya"
jawabku menghibur dia sambil kukecup lagi keningnya.
Tante Yo menatapku sendu sambil tersenyum.
"Terima kasih sayang" kata Tante Yo.
Dan kutatap matanya yang sendu dalam-dalam lalu kukecup bibirnya.

Kecupanku dibibirnya perlahan berubah menjadi ciuman lembut yang dibalas
Tante Yo dengan lembut juga, sepertinya Tante Yo benar-benar ingin
merasakan nikmatnya berciuman yang sudah lama tidak dirasakannya. Kami
saling cium, saling kulum, dan saling memainkan lidah kemulut pasangan
kami. Kugelitik lidah Tante Yo dengan lidahku dan kusapu langit-langit
mulutnya sambil kupeluk tubuhnya dan kuraba wajah dan tengkuk serta
lehernya dengan tanganku yang lainnya.
"Ahh sayang, aku suka sekali ciuman kamu, mm.. ciuman kamu lebut dan
merangsang, mm.. kamu memang pintar berciuman, ahh.. ayo sayang beri
Tante yang lebih dari ini" kata Tante Yo disela-sela ciuman kami dan
berciuman lagi.

Tanganku mulai bergerak meremas kedua payudara milik Tante Yo
bergantian. Tapi aksi kami terganggu oleh pelayan yang mengantar makanan
yang dipesan oleh Tante Yo. Setelah pelayan keluar dan Tante Yo
memberikan tip, tiba-tiba Tante Yo menabrak aku dan mendorong aku hingga
terjatuh diatas tempat tidur dan dengan buas dia langsung memelorotkan
celana dan celana dalamku, hingga penisku yang masih tidur terbebas dari
sarangnya dan langsung diterkam olehnya. Disedot, dikulum dan digigitnya
penisku yang mulai bangkit dengan napsu dan buas, dan kedua tangannya
tak henti-henti mengocok dan memainkan kedua bolaku.

"Ahh Tante.. pelan-pelan Tante.. ahh.. enak sekali Tante.. ohh" desahku
menahan nikmat yang diberikan oleh Tante Yo padaku.
Tanganku hanya bisa meremas rambut Tante Yo dan seprei kasur yang sudah
mulai berantakan, tak lama kemudian kulepaskan kepala Tante Yo dari
penisku, kuangkat Tante Yo dan kurebahkan dikasur.
"Sekarang giliranku, Tante diam saja dan nikmati permainan ini ya"
kataku sambil mengecup bibir Tante Yo dan mulai mencumbu Tante Yo
sementara Tante Yo hanya diam saja sambil menatapku dengan sendu.

Kumulai cumbuanku dengan menciumi bibirnya dan perlahan turun kelehernya
sambil kubuka kancing baju Tante Yo satu persatu sambil terus turun
kedadanya. Setelah kancing bajunya terbukan semua, kuraih pengait BH
yang ada dibelakang dan kubuka sehingga ikatan BHnya terbuka dan ku
lepaskan BH Tante Yo lewat kedua tangannya tanpa melepas baju Tante Yo,
setelah lepas langsung kuciumi kedua payudara Tante Yo, kuciumi
seluruhnya kecuali putingnya yang sudah berdiri mengacung minta dikulum
tapi tidak pernah kukulum, setiap kali ciuman dan jilatanku sudah dekat
dengan putingnya ciuman dan jilatanku turun lagi kepangkal payudaranya
dan terus turun sampai ke perut dan bermain-main dipusar sambil kujilati
lubang pusar Tante Yo lalu naik lagi terus berulangkali, kusingkap rok
yang dipakai oleh Tante Yo kemudian tanganku mulai bekerja meraba-raba
paha dan lutut Tante Yo lalu mulai melepaskan celana dalam yang dipakai
oleh Tante Yo.

Ketika permainan mulutku mencapai perutnya kutarik celana dalam Tante
Yo, dan Tante Yo mengangkat pantatnya sehingga celana dalamnya dengan
mudah lepas dari tempatnya. Kupelorotkan celana dalam Tante Yo sampai
sebatas lutut lalu ciumanku naik lagi kearah payudaranya, dan ketika
jilatanku mendekati puting Tante Yo tangankupun mendekati vagina Tante
Yo dan ketika bibir dan lidahku mulai memainkan puting Tante Yo tangan
dan jari-jariku juga mulai bermain dibibir vagina Tante Yo yang ternyata
sudah basah. Ketika kukulum puting Tante Yo yang sudah berdiri dari tadi
kumainkan juga kelentitnya dengan jari-jari tanganku yang seketika itu
juga membuat tubuh Tante Yo melengkung keatas.

"Akhh.. Ferry.. kamu benar-benar gila sayang, kamu kejam sekali
mempermainkan Tante.. akhh.. ferry enak sekali sayang.. akhh.. gila..
kamu bener-bener gila sayang" teriak Tante Yo histeris sambil tangannya
meremas seprei dan rambut kepalaku bergantian.
Tak kuhiraukan teriakan Tante Yo dan aku terus mengulum kedua puting dan
menjilati kedua payudara Tante Yo bergantian. Tak lama kemudian
kurasakan vagina Tante Yo bertambah basah dan tubuhnya mulai bergetar
keras yang disertai erangan-erangan, akhirnya Tante Yo mendapatkan
orgasme pertamanya.

Pada saat tubuhnya mulai tenang, kulepaskan cumbuanku di payudaranya dan
langsung kuangkat kedua kakinya sehingga kepalaku dengan mudah menuju
kevaginanya dan langsung kujilat dan kukulum serta kusedot-sedot vagina
dan kelentit Tante Yo.
"Akhh.. ahh.. gila.. ini namanya penyiksaan kenikmatan.. ahh.. kamu
memang gila sayang.. ahh.. aku nggak kuat lagi sayang.. ahh.. terus
sedot yang kuat sayang.. ahh.. tusuk dengan jarimu sayang.. ahh.. tusuk
yang kuat.. ahh sayang.. Tante mau.. ahh.. mau dapet lagi sayang.. ahh..
kamu benar-benar gila" teriak Tante Yo histeris memohon, lalu tubuhnya
mulai bergetar lagi merasakan orgasme kedua yang datang menghampirinya.

Kuturuti permintaanya dengan menusukan jariku dan kumainkan jariku
dengan menyentuhkan jariku kedinding vaginanya yang berkedut-kedut
sambil terus bibir dan lidahku memainkan perannya dikelentit Tante Yo.
Tubuh Tante Yo bergetar keras dan pinggulnya bergoyang-goyang mengikuti
irama tusukan jariku sambil tak henti-hentinya menjerit-jerit histeris
sambil kedua tangannya meremas dan menjambak-jambak rambutku.

"Ahh.. Ferryy.. sayang.. ahh.. enak sayang.. ahh.. sodok yang keras
sayang.. ahh.. sedot itilku yang kuat.. ahh.. yang kuatt.. " jerit
histeris Tante Yo mengantar orgasmenya yang kedua itu.
Dan ketika tubuh Tante Yo sudah hampir tenang lagi, kuhentikan juga
semua aktivitasku dan kulepas celana dalam Tante Yo yang masih sebatas
lulut sehingga lepas semua, lalu kuatur posisiku dan kutusukkan penisku
kedalam lubang vagina Tante Yo.
"Okhh.. jangan dulu sayang.. jangan.. ahh.. stop sayang.. stop.. biar
Tante istirahat dulu" pinta Tante Yo padaku, tapi aku tidak menghiraukan
permintaanya sambil terus kutusukan penisku sampai masuk seluruhnya dan
mulai kugoyang, kuputar dan kukocok penisku dalam vagina Tante Yo.

Tak lama kemudian kuangkat tubuh Tante Yo hingga posisi Tante Yo kini
dalam pangkuanku, dan dalam posisi Tante Yo sedang menaik turunkan
pantat dan menggoyangkan pinggulnya kulepas baju Tante Yo yang masih
melekat dan kulemparkan entah kemana lalu kubuka pengait dan resleting
rok Tante Yo dan kulepas rok Tante Yo dari atas dan kulemparkan juga
entah kemana hingga kini tidak ada selembar benangpun yang menempel
ditubuh Tante Yo lalu akupun melepaskan bajuku sendiri dan kulemparkan
sembarangan. Setelah melepaskan baju mulai kuputar-putar pantatku hingga
penisku lebih menggesek dinding vagina Tante Yo.
"Akhh.. sayang.. ahh.. kamu memang gila sayang.. ahh.. kamu.. ahh.. kamu
memang gila.. ohh.. penis kamu benar-benar.. ahh.. kamu pintar sekali
sayang.. pintar dan gila.. ahh.. Tante mau.. ahh.. mau keluar lagi..
ahh.. Tante nggak kuat lagi sayang.. ahh" jerit Tante Yo histeris dan
tubuhnya mulai bergetar mendapat orgasmenya yang ketiga, kurasakan
cairan diliang vagina Tante Yo bertambah banyak dan kurasakan juga
kedutan-kedutan dari dinding vagina Tante Yo.

Lalu kurebahkan tubuh Tante Yo dan terus kugenjot penisku didalamnya
yang sekali-kali kuputar-putar pinggulku, tubuh Tante Yo tambah bergetar
dengan kencang, goyangan dan kocokan penisku juga tambah kencang, lalu
kumainkan tanganku dikelentitnya sambil kurebahkan kepalaku kedadanya
dan kusedot dan kukulum dengan kuat juga kedua puting Tante Yo
bergantian dan kedutan-kedutan dinding vagina Tante Yo juga bertambah
kuat sehingga penisku merasakan sensasi yang membuat aku merasakan
sesuatu yang akan segera meledak keluar.
"Akh.. Tante aku mau keluar Tante.. akhh.. aku keluar Tante" kataku
disela-sela kuluman mulutku diputingnya sambil terus mengocok penisku
dengan cepat dan kuat dalam liang vagina Tante Yo.
"Ahh.. iya sayang.. ahh.. keluarkan saja.. ahh.. Tante juga.. ahh..
sudah nggak kuat lagi.. ahh" teriak Tante Yo dan memelukku dengan erat
sambil tubuhnya terus bergetar, kurasakan kuku-kukunya mencakar punggungku.

Lalu meledaklah cairan kenikmatan yang kukeluarkan dalam vagina Tante Yo
yang sudah basah sehingga bertambah basah lagi, ketika kenikmatanku
meledak dan tubuhku bergetar kenikmatan kukocok dengan keras dan kuat
penisku dalam vagina Tante Yo sehingga ada cairan yang keluar dari dalam
vagina Tante Yo yang kurasakan dari tanganku yang basah karena masih
memainkan kelentit Tante Yo. Tubuh kami sama-sama bergetar dengan
kencang, keringat kami bersatu dan seluruh ruangan dipenuhi oleh suara
erangan dan jeritan kenikmatan yang kami dapatkan pada saat bersamaan.

Setelah tubuhku dan Tante Yo mulai tenang kembali, kulepaskan penisku
dari vaginanya yang sudah sangat basah, lalu kubersihkan vagina yang
penuh dengan cairan kenikmatan kami berdua dengan sedotan dan jilatanku,
kujilati sampai bersih dan sayup-sayup kudengan erangan pelan Tante Yo
yang memejamkan matanya merasakan kenikmatan yang baru saja dia
dapatkan. Setelah bersih kurebahkan tubuhku disamping Tante Yo, lalu
kupeluk dia dan kukecup pipi Tante Yo.

"Ahh.. terima kasih sayang.. terima kasih daun mudaku.. uhh.. rasanya
tubuhku ringan sekali bagaikan kapas yang masih terbang diawang-awang,
ahh.. nikmat sekali tadi kurasakan, kamu memang pintar sayang, baru
sekali ini kurasakan orgasme beruntun seperti tadi, sampai lemas tubuh
Tante" kata Tante Yo sambil membuka matanya dan tersenyum padaku.
"Ah Tante Yo bisa aja.. aku juga tadi nikmat sekali, kedutan dinding
vagina Tante Yo membuat penisku merasakan seperti diremas-remas, nikmat
sekali" balasku sambil kuusap keringat yang ada di keningnya dan kukecup
kening Tante Yo, lalu aku bangkit dan menuju kamar mandi untuk
membersihkan tubuh yang penuh dengan keringat dan disusul oleh Tante Yo
dan kamipun saling membersihkan tubuh.

Selesai membersihkan tubuh dan dalam keadaan masih bugil kami lalu
menyantap makanan yang tadi dipesan oleh Tante Yo sambil bercakap-cakap
dan bercanda, sedangkan tangan Tante Yo tidak pernah lepas dari
selangkanganku. Selesai makan kami melanjutkan percakapan kami diatas
tempat tidur sambil saling memeluk hingga akhirnya kamipun tertidur
untuk memulihkan tenaga yang akan membuat pertarungan berikutnya lebih
seru lagi. Dan mulai sejak itu jadilah aku daun muda kesayangan Tante
Yohana dan Tante Mira.

Tante Vida yang Sintal

Nama saya Dodi. Sekarang saya masih kuliah di Universitas dan Fakultas
paling favorit di Yogyakarta. Saya ingin menceritakan pengalaman saya
pertama kali berkenalan dengan permainan seks yang mungkin membuat saya
sekarang haus akan seks.

Waktu itu saya masih sekolah di salah satu SMP favorit di Yogyakarta.
Hari itu saya sakit sehingga saya tidak bisa berangkat sekolah, setelah
surat ijin saya titipkan ke teman terus saya pulang. Ketika sampai di
rumah Papa dan Mama sudah pergi ke kantor dan Mama pesan supaya saya
istirahat saja di rumah dan Mama sudah memanggil Tante Vida untuk
menjaga saya. Tante Vida waktu itu masih sekolah di sekolah perawat.
Sehabis minum obat, mata saya terasa mengantuk. Ketika mau terlelap
Tante Vida mengetuk kamarku.
Dia bilang, "Dod, sudah tidur?"
Saya jawab dari dalam, "Belum, tante!"
Tante Vida bertanya, "Kalau belum boleh tante masuk."
Terus saya bukakan pintu, waktu itu saya sempat kaget juga melihat Tante
Vida. Dia baru saja pulang dari aerobik, masih dengan pakaian senam dia
masuk ke kamar. Walau masih SMP kelas 2 lihat Tante Vida dengan pakaian
gitu merasa keder juga. Payudaranya yang montok seperti tak kuasa
pakaian senam itu menahannya. Kemudian dia duduk di samping. Dia bilang,
"Dod, kamu mau saya ajari permainan nggak Dod?" Tanpa pikir panjang,
saya jawab, "Mau tante, tapi permainan apa lha wong Dodi baru sakit gini
kok!"

Tante Vida berkata, "Namanya permainan kenikmatan, tapi mainnya harus di
kamar mandi. Yuk" Sambil Tante Vida menggandeng tanganku masuk ke kamar
mandi saya. Saya sih mau-mau saja. Kemudian mulai dia melorotkan celana
saya sambil berkata, "Wah, burungmu untuk anak SMP tergolong besar Dod."
Tante Vida terkagum-kagum. Waktu itu saya cuma cengengesan saja, lha
wong hati saya deg-degan sekali waktu itu.

Terus dia mulai membasahi kemaluan saya dengan air, kemudian dia beri
shampo, terus digosok. Lama-lama saya merasa kemaluan saya semakin lama
semakin keras. Setelah terasa kemudian dia melucuti pakaiannya satu demi
satu. Ya, tuhan ternyata tubuhnya sintal banget. Payudaranya yang
montok, dengan pentil yang tegang, pantat yang berisi dan sintal
kemudian vaginanya yang merah muda dengan rambut kemaluan yang lebat.
Kemudian dia berjongkok, setelah itu dia mengulum penis saya, dadanya
yang montok ikut bergoyang. Dada dan nafasku semakin memburu. Saya cuma
bisa memejamkan mata, aduh nikmatnya yang namanya permainan seks.
Kemudian, saya nggak tahu tiba-tiba saja naluri saya bergerak. Tangan
saya mulai meremas-remas dadanya, sementara tangan saya yang satu turun
mencari liang vaginanya. Kemudian saya masukkan jari saya, dia meritih,
"Akhh, Dodi!" Saya semakin panas, saya kulum bibirnya yang ranum, saya
nggak peduli lagi. Setelah bibir, kemudian turun saya ciumi leher dan
akhir saya kulum punting susunya. Dia semakin merintih, "Aakhh, Dodi
terus Dod!" Saya nggak tahu berapa lama kami di kamar mandi, terus
tahu-tahu dia sudah di atas saya. "Dodi sekarang tante kasih akhir
permaianan yang manis, ya?" Dia meraih kemaluan saya yang sudah tegang
sekali waktu itu. Kemudian dimasukkan ke dalam vaginanya. Kami berdua
sama-sama merintih, "Akhh! Lagi tante.. lagi tantee." Terus dia mulai
naik turun, sampai saya merasa ada yang meletus dari penis saya dan kami
sama-sama lemas. Setelah itu kami mandi bersama-sama. Waktu mandi pun
kami sempat mengulangi beberapa kali.

Setelah itu kami berdua sama-sama ketagihan. Kami bermain mulai dari
kamar saya, pernah di sebuah hotel di kaliurang malah pernah cuma di
dalam mobil. Rata-rata dalam satu minggu kami bisa 2-3 kali bermain dan
pasti berakhir dengan kepuasan karena Tante Vida pintar membuat variasi
permainan sehingga kami tidak bosan. Setelah Tante Vida menikah saya
jadi kesepian. Kadang kalau baru kepingin saya cuma bisa dengan pacar
saya, Nanda. Untung kami sama-sama tegangan tinggi, tapi dari segi
kepuasan saya kurang puas mungkin karena saya sudah jadi "Hiperseks"
atau mungkin Tante Vida yang begitu mahirnya sehingga bisa mengimbangi
apa yang saya mau. Nah, buat cewek-cewek atau tante-tante bermukim di
Yogya yang sama-sama tegangan tinggi, kapan-kapan kita bisa saling
berkenalan dan berhubungan. Mungkin kita bisa bermain seperti Tante Vida.

Surabaya Indah

Pagi ini aku sedang membereskan pakaianku untuk dimasukkan ke dalam

koper. Ayahku memperhatikan dengan wajah sedih karena aku satu-satunya
anak lelakinya harus pergi demi meraih masa depanku. Aku akan tinggal di
Surabaya bersama Tante dan Oomku.
"Papa harap kamu bisa menjaga diri dan berbuat baik, menurut pada Oom
Benny dan TanteLenny.." kata papaku.
Aku hanya diam menoleh menatap papaku yang nampak kurang bersemangat
karena kepergianku, lalu kupeluk papaku.
"Saya tidak akan mengecewakan Papa.." kataku sambil menuju ke pintu.

Aku naik angkot menuju ke terminal bus. Ketika sudah di atas bus, aku
membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya sambil berharap semoga
cita-citaku dapat tercapai. Sesampainya di terminal, aku melanjutkan
dengan naik angkot menuju perumahan mewah di daerah Darmo.
"Apa ini rumahnya..?" kataku dalam hati.
Nomornya sih bener. Maklum aku belum pernah ke rumahnya.
"Gila.., ini rumah apa istana..?" gumamku bicara pada diriku sendiri.

Aku segera menekan bel yang ada pada pintu gerbang. Beberapa saat
kemudian pintu gerbang dibuka. Seorang satpam berbadan gemuk
mengamatiku, lalu menegurku.
"Cari siapa ya..?" tanyanya.
"Apa betul ini rumah Oom Benny..?" tanyaku balik.
"Ya betul.. sampean siapa?" tanyanya lagi.
"Saya keponakan Oom Benny dari Jember."
"Kenapa nggak bilang dari tadi, Sampean pasti Den Welly, kan..? Tuan
sedang keluar kota, tapi Nyonya ada lagi nungguin."

Sekejap aku sudah berada di ruangan dalam rumah mewah yang diisi
perabotan yang serba lux. Tak lama kemudian seorang wanita cantik
berkulit putih bersih dan bertubuh seksi muncul dari ruang dalam. Kalau
kutebak usianya sekitar 35 tahunan, tapi bagikan seorang gadis yang
masih perawan.
Dia tersenyum begitu melihatku, "Kok terlambat Well..? Tante pikir kamu
nggak jadi datang.." ucap wanita seksi itu sambil terus memandangiku.
"Iya Tante.. maaf.." jawabku pendek.
"Ya sudah.., kamu datang saja Tante sangat senang.. Pak Bowo.., antarkan
Welly ke kamarnya..!" perintah Tante Lenny pada Bowo.

Lalu aku mengikuti Pak Bowo menuju sebuah kamar yang ada di bagian bawah
tangga. Aku cukup senang menempati kamar itu, karena aku langsung
tertidur sampai sore hari. Ketika bangun aku segera mandi, lalu berganti
pakaian. Setelah itu aku keluar kamar hendak jalan-jalan di
halamanbelakang yang luas. Ketika sedang asik menghayal, tiba-tiba suara
lembut dan manja menegurku. Aku agak kaget dan menoleh ke belakang.
Ternyata tanteku yang sore itu mengenakan kimono dengan rokok di
tangannya, rupanya ia baru bangun tidur.

"Oh Tante.." sapaku kikuk.
Tante tersenyum, dan pandangan yang nakal tertuju pada dadaku yang
bidang dan berbulu lebat. Badanku memang cukup atletis karena sering
berenang, fitness, dan aku memang mempunyaiwajah yang lumayan ganteng.
"Kamu sudah mandi ya, Wel..? Tampan sekali kamu.." kata tanteku memuji.
Aku kaget bukan main ketika ia mendekatiku, tangannya langsung
mengelu-elus penisku, tentu saja aku jadi salah tingkah.

"Saya mau ke kamar dulu Tante.." kataku takut kalau nanti dilihat Oom
Benny.
"Tunggu sebentar Wel, Tante ingin minta tolong mijitin kaki Tante..,
soalnya keseleo waktu turun tadi.." kata Tante Lenny sambil merengek.
Lalu dia duduk seenaknya, hingga kimono yang tidak dikancing seluruhnya
tersingkap, dan bagian dalam tante terlihat olehku. Gila.., ternyata ia
tidak memakai CD, sempat juga kulihat bulu-bulu tipis di sekitar
kemaluannya seperti habis dicukur.

Aku menahan nafas dan mencoba mengalihkan pandangan, tapi Tante Lenny
yang tahu hal itu malah menarik lenganku dan mengangkat kaki kanannya
menunjukkan bagian yang sakit. Aku terpaksa melihat betis dan paha tante
yang mulus dan padat itu.
"Tolong diurut ya Wel.., tapi pelan-pelan aja ya.." ucapnya lembut.
Terpaksa aku memijit betis tanteku, meskipun hatiku cemas dan bingung.
Apalagi ketika aku mencuri pandang melihat paha dan selangkanganya,
sehingga nampak sekilas bagian yang berwarna merah muda itu. Tanteku
melirik ke arahku sambil tersenyum genit, aku semakin bingung dan malu.

Itu pengalamanku di hari pertama di rumah Oom Benny. Sudah tiga Hari Oom
Benny belum pulang juga, padahal aku ingin bertemu dengannya, sedangkan
tiap malam aku diminta oleh tante untuk menemaninya ngobrol, bahkan
tidak jarang disuruh menemani menonton VCD porno. Benar-benar
gila.Hingga pada suatu malam tanteku merintih kesakitan. Waktu itu tante
sedang nonton TV sendirian.

Tiba-tiba wanita itu memekik, "Achh.., aduh.., tolong Wel..!" keluhnya
sambil memegangi keningnya.
"Kenapa Tante..?" tanyaku kaget dan khawatir.
"Kepala Tante agak pusing.., aduh.. tolong bawa Tante ke kamar Wel..!"
keluh tante sambilmemegangi kepalanya.
Aku jadi kebingungan dan serba salah.
"Saya panggil Pak Bowo dulu ya Tante..?" usulku sambil ingin pergi.
Tapi dengan cepat tanteku melarangnya, "Nggak usah, lagi pula Pak Bowo
Tante suruh ke Pasuruan ngawal barang."

Aku jadi bertambah bingung. Terpaksa kutuntun tanteku untuk naik ke
ruang atas. Tante merebahkan kepalanya pada pelukanku, aku jadi
gemeteran sambil terus menaiki tangga.Sesampainya di dalam kamar, tante
merebahkan tubuhnya yang seksi itu dengan telentang. Aku menarik napas
lega dan bermaksud meninggalkan kamar. Baru saja kubalikkan tubuh, suara
lembut itu melarangku.
"Kamu mau kemana..? Jangan tinggalkan Tante.., tolong pijitin Tante..
Wel..!"
Mendengar itu seluruh tubuhku jadi teringat pesan papa agar menuruti
perkataan Oom dan Tanteku.

Perlahan kubalikkan badan, ternyata tanteku telah melepas kimononya. Dan
kini hanya tinggal CD saja. Tubuhnya yang masih padat membuat nafsuku
naik, payudara yang masih montok dan menantang itu membuat penisku mulai
tegang, karena aku belum pernah melihat keindahan tubuh wanita dalam
keadaan telanjang seperti ini, apalagi tanteku menggeliat perlahan.
Desahan bibirnya yang tipis mengundang nafsu dan birahiku, dan penisku
semakin dibuatnya tegang. Kuberanikan diri melangkah menuju ranjang.

Begitu sampai, tanteku yang pura-pura pusing itu tiba-tiba bangkit, lalu
memelukku dan mencium bibirku dengan penuh nafsu. Wanita yang hipersex
itu dengan cepat melucuti seluruh pakaianku.
"Jangan Tante.., jangan, saya takut.." pintaku sambil mau memakai
pakaianku kembali.
"Kalo kamu menolak, Tante akan teriak dan mengatakan pada semua orang
bahwa kamu mau memperkosa Tante.." ancam tanteku.
Aku hanya terdiam dan pasrah. Wanita itu kembali mencumbuku, diciuminya
dan dijilatinya tubuhku. Begitu tangan halusnya mengenggam penisku, aku
langsung membalas ciumannya dan mulai menjilati payudaranya, lalu
kukulum putingnya yang berwarna merah agak kecoklatan itu. Tanteku
mendesah perlahan.

Selanjutnya kami memainkan posisi 69, sehingga penisku dihisap dan
dikemutnya. Nikmat sekali, kurenggangkan kedua pahanya sambil
kujilat-jilat kemaluannya yang mulai basah itu.
"Ahh.., aahh.., ayo terus jilat Wel..! Jangan berhenti..!" erang tanteku
keenakan.
Rupanya tanteku mengeluarkan cairan dari dalam liang kewanitaannya.
Cairan itu memuncrat di wajahku, lalu kuhisap dan kutelan semua. Aku
semakin terangsang, kujilati lagi kali ini lebih dalam, bahkan sampai ke
duburnya. Kemudian kami berganti posisi, kali ini aku berdiri dan tante
jongkok sambil mengulum penisku yang sudah sangat tegang.

Ternyata tanteku pandai sekali menjilat penis, tidak sampai lima menit
aku sudah keluar.
"Ahh.., ayo Tante.., terus jilat sayang.., acchh..!" desahku sambil
kudorong keluar masuk di mulutnya penisku yang besar ini.
"Tante mau keluar nih.., achh.. yeahh..!" erangku sambil kumuncratkan
maniku di mulutnya.
Tante menelan semua maniku, bahkan masih mengocoknya berharap masih ada
sisanya.

Setelah beberapa saat penisku mulai bangun kembali. Setelah tegang
dibimbingnya penisku masuk ke liang kewanitaannya. Kali ini aku di atas
dan tante di bawah. Agak susah sih, mungkin sudah lama tidak service
oleh Oom Benny. Setelah kepalanya masuk, kudorong perlahan hingga masuk
semuanya ke dalam.
"Ayo Wel..! Gerakin dong Sayang..!" pinta tanteku sambil menggerakkan
pantatnya ke atas dan ke bawah karena ia sekarang berada di bawah.
Akhirnya kudorong keluar masuk penisku dengan gerakan yang cepat,
sehingga semakin keras erangan tanteku.

Beberapa saat kemudian aku sudah ingin keluar, "Aahh..! Tante.., Welly
udah mau keluar.., ahh..!" kataku.
"Sabar Sayang.., Tante sebentar lagi nih..! Yeahh.. ohh.. ahh.., fuck me
Wel..! Kita barengan ya Sayang..? Oh.. yeah..!"
Rupanya tanteku juga hampir orgasme. Rasanya seperti ada yang
memijat-mijat penisku dan kakinya dilingkarkan ke pantatku. Tante
bergetar hebat dan memelukku sambil kemaluannya mengeluarkan cairan yang
menyemprot penisku. Tidak lama aku juga mengeluarkan air mani dan
spermaku di dalam vaginanya. Terasa begitu nikmatnya dunia ini. Akhirnya
kami berdua terkapar lemas.

"Hebat bener kamu Wel.., Tante nggak nyangka baru kali ini Tante
merasakan kenikmatan yang luar biasa..!" tuturnya dengan nafas
terengah-engah.
Aku diam tak menjawab, tapi dalam hati aku merasa bersalah telah
berhubungan dengan tanteku dan takut ketahuan Oom Benny. Tante turun
dari ranjang tanpa busana, lalu dia menyalakan sebatang rokok.

"Bagaimana kalau Oom Benny sampai tahu, Tante..? Saya takut.., saya
merasa berdosa.." kataku lemah.
Tapi tanteku malah tersenyum dan memelukku dengan mesra.
"Asal kamu tidak memberitahu orang lain, perbuatan kita aman. Lagi pula
Oommu itu udah nggak bisa melakukan hubungan badan sejak lama. Dia itu
impotent, Wel..!" tutur wanita tanpa busana yang penuh daya tarik itu.
"Jadi semua ini Tante lakukan karena Oom Benny tidak bisa menggauli
Tante lagi, ya..?" tanyaku.
"Ya. Bukan sekali ini saja Tante melakukan hal seperti ini.., sebelum
sama kamu, Tante pernah melakukannya dengan beberapa teman bisnis Oommu.
Terus terang Tante nggak tahan kalau seminggu tidak disentuh atau
dipeluk laki-laki.." tutur Tante.

Aku jadi geleng kepala mendengar penjelasan tanteku. Lalu aku bergerak
mau pergi, tapi dengan cepat tante menahanku dan mengusap-usap dadaku
yang berbulu.
"Well.., kamu harus bersihkan badanmu dulu.., mandilah supaya segar..!"
ucapnya lembut.
Aku tak menjawab hanya menarik nafas panjang, lalu melangkah ke kamar
mandi. Tubuhku terasa letih namun puas juga.

Begitulah pengalaman di Surabaya yang kualami 6 tahun yang lalu. Dan
sampai saat ini aku telah mempunyai istri dan seorang anak.

Sex Education Homework

Cerita sepasang anak praremaja yang berexperimen tentang pelajaran sex.

*****

Kami kehilangan keperjakaan dan keperawanan kami bersama-sama. Hal itu
terjadi ketika usiaku baru menginjak 11 tahun, pada akhir sekolahku di
kelas 5. Memang tidak terlalu mengejutkan kalau dipelajari karena
pasanganku adalah tetanggaku Kathy, yang usianya setahun diatasku, dan
duduk dikelas 6.

Kita berdua satu sekolah di pinggir kota Chicago dan kami sudah
bersahabat sejak tiga tahun sebelumnya. Sampai kemudian aku
menganggapnya lebih dari sahabatku lainnya. Kathy agak tomboy, dia biasa
bermain mainan yang biasanya dikerjakan anak laki-laki. Sampai kemudian
tubuhnya berkembang seperti selayaknya seorang gadis, dan akupun mulai
kikuk kalau sedang bersamanya, tanpa kuketahui dengan jelas apa sebabnya.

Ibu Kathy telah cerai dan harus bekerja siang hari pada suatu rumah
makan. Keadaan ini semakin menyenangkan buat kami, karena kami berdua
biasa ditinggalkan sendirian berjam-jam pada siang hari. Biasanya kami
hanya sebatas duduk bersama sambil berbincang-bincang seperti anak-anak
lain pada umumnya. Tapi sore ini terjadi keadaan yang berbeda.

Hari itu kami baru mendapatkan pelajaran pendidikan-sex di sekolah. Pada
jaman itu, setahun sekali anak laki-laki dan perempuan dipisahkan untuk
mendapatkan 'pendidikan seks'. Sebenarnya pelajaran itu berupa pelajaran
biologi dengan sedikit tambahan informasi tentang masalah sex. Informasi
tersebut cukup rinci dengan dilengkapi pula dengan buku saku dengan
judul 'Apa yang harus diketahui anak laki-laki' atau 'Apa yang harus
diketahui anak perempuan'.

Disana tidak dijelaskan secara gamblang tentang aktivitas sex. Secara
alami anak laki-laki selalu ingin tahu apa yang telah diajarkan kepada
teman-teman perempuannya, demikian pula sebaliknya anak-anak perempuan
ingin tahu apa yang telah diajarkan ke teman-teman laki-lakinya.
Demikian pula yang kami perbincangkan hari itu.

Kami berdua berada di dalam kamar Kathy, di atas tempat tidurnya yang
berukuran besar, terbuat dari kayu jati yang nyaman. Kami duduk
berhadapan, Kathy membaca buku sakuku sedang aku membaca buku sakunya.

"Kathy, kamu mendapatkan bahan banyak banyak dari yang kuperoleh.
Contohnya lihat ini, ada proses haid dan Kotex!"
"Tapi mereka tidak benar-benar menceritakan secara jelas. Aku pikir kita
telah memiliki gambar atau semacam anu."

Aku benar-benar sangat mengharapkan, karena aku belum pernah melihat
tubuh perempuan yang telanjang dan seperti apa bentuk anunya dibawah
sana. Kathy memakai T-Shirt dan celana pendek, aku bisa melihat betuk
lengkungan bukit dadanya yang kecil, dan samar-samar aku juga bisa
melihat garis celah-celah diantara pahanya yang tertutup oleh celana
ketatnya.

"Aku tidak mengetahui mengapa mereka menyebutnya pendidikan-seks.
Padahal disini tidak menerangkan bagaimana cara melakukannya."
"Siapa bilang? Mari kutunjukan kepadamu," kata Kathy sambil
membungkukkan punggung dan meletakkan buku dihadapanku.

Kucium keharuman shampo rambutnya yang membuatku terangsang. Aku pun
merasakan ketegangan anuku didalam celanaku. Tapi aku mengharapkan
semoga dia tidak menyadari apa yang sedang kurasakan.

"Lihat! Disini dikatakan penis laki-laki akan tegang kaku dan keras.
Sehingga bisa dimasukkan ke vagina perempuan, yang lembut dan mudah
mengembang. Ketika dia ejakulasi, cairan sperma yang berisi jutaan sel
masuk ke vagina perempuan dan membuahi telur."
"Itu sudah ceritakan banyak kepadaku," katanya dengan menyindir,"Seperti
dimana letak liang vagina itu? Bagaimana cara penis memasukinya?"

Sebenarnya aku agak malu mendengar secara fulgar kata-kata itu di depan
seorang gadis, sehingga wajahku menjadi merah padam dan penisku semakin
menonjol keluar celanaku. Kathy membuka lagi lembar lainnya dan
menunjukkannya kepadaku suatu baris gambar.

"Disini tempatnya," katanya sambil menunjuk kesuatu gambar.
"Sudah jelas apa yang kumaksudkan? Tidakkah sudah cukup jelas yang kamu
cari?" kata Kathy.

Tiba-tiba sebuah ide masuk keotakku dan aku harus memutuskan untuk
mengambil resiko.

"Dimana milikmu?"

Aku hampir tidak percaya bahwa aku benar-benar berani mengucapkannya.
Aku tahu aku telah melakukan sesuatu yang bodoh, yang bisa diceritakan
Kathy kepada teman-temanku disekolah.
Kathy melirikku dengan ekor matanya beberapa saat. Dia kibaskan
rambutnya kebelakang dan menyisihkan rambut yang menutupi wajahnya.
Kemudian merebahkan punggungnya dan tangannya digerakkan ketempat
diantara kedua pahanya. Aku hampir tidak berani memandang ke arah bagian
tersebut. Kemudian disusupkannya disuatu tempat di celananya.

"Disini tempatnya."

Waktu terus berjalan dengan cepat dan aku tidak tahu harus berbuat apa
lagi. Aku Cuma tertawa dan berkata, "Itu bukan sangat dekat seperti apa
yang dikatakan di buku!"

Kathy juga tertawa, dan aku bisa merasakan 'anuku' semakin membesar.
Kami berdua melanjutkan membuka lembar lainnya sambil memperbincangkan
lebih lanjut. Aku jadi grogi ketika Kathy kemudian berkata,"Jadi
bagaimana penis bisa muat kalau dimasukkan kesana? Seperti yang
dikatakan buku ini. Apa betul?"

Ya ampun! Dia sedang memperbincangkan 'anuku'! Aku menelan ludah
beberapa kali sambil berkata,

"Kecuali, ketika penis sudah keras dan tegang."

Aku merasa jantungku berdebar semakin keras. Aku hampir tidak percaya
apa yang sedang terjadi! Itu tidak seperti yang sering aku impikan. Aku
belum mulai onani, dan proses ke arah sana terus berlangsung dengan cepat.

"Aku masih tidak paham bagaimana caranya penis bisa masuk kesana. Si
perempuan mestinya tidur di atas meja atau apa saja sedang laki-laki
dalam posisi berdiri."
"Aku sempat menyaksikan 'Wild Kingdom' semalam dan melihat dua singa
melakukan itu. Cukup menarik."
"Bagaimana cara mereka melakukan itu?" Tanya Kathy penasaran.
"Singa betina duduk sana dan singa jantan duduk dibelakangnya. Kukira ia
menaruh penisnya dari belakang."
"Mana bisa?" kata Kathy dengan nada meremehkan yang membuatku marah.
Kami memang selalu bersaing dan saling mencintai.
"Benar, Aku melihatnya dengan jelas."
"Tidak masuk akal, lihat" kata Kathy sambil tubuhnya memberangkang
dengan perut menyentuh kasur.
"Dengan posisi seperti ini bagaimana bisa masuk?"
"Singa betina bukan berbaring seperti itu. Kakinya ada dibawahnya,"
kataku sambil memperagakan posisi singa betina setengah berjongkok
dengan tangan bertumpu pada kasur.
"Sama saja tetap tidak bisa. Lihat?" Kathy memposisikan kakinya dan
sikutnya berada dibawah dadanya. Pantatnya diangkat, sehingga bulatan
pinggulnya nampak jelas dibungkus celananya yang ketat.
"Vaginaku tepat disini." Tangannya digerakkan diantara kedua pangkal
pahanya dan kulihat cembungan ditempat tersebut.
"Jika penis ditusukkan kesini, tidak akan bisa menjangkaunya."

Aku yakin bahwa aku yang benar, dan aku harus membuktikannya.
"Kenapa tidak, coba lihat," kataku sambil memposisikan tubuhku
dibelakang Kathy seperti singa jantan, dan penisku kutempelkan dibulatan
pantatnya.
"Hey, apa yang kau lakukan??" tanya Kathy dengan wajah merah padam.
"Membuktikan bahwa aku benar. Begini." kataku sambil mendorong dan
menggesekan tonjolan penisku pada bulatan pantatnya. Kurasakan sensasi
kehangatan menyentuh bagian tonjolan penisku.
"Penis akan ditusukkan dari sini, begini." Kuletakkan jari telunjukku
mengacung diposisi penisku, kemudian kugerakkan pinggulku kedepan
sehingga ujung telunjukku menusuk kepangkal pahanya.

"Ya, tapi tetap saja tidak bisa," kata Kathy tidak puas.
"Hey, aku tahu! Tunggu, jangan bergerak. Pindahkan posisi kakimu
diantara kakiku, nah sekarang gerakkan maju."

Dengan berlandaskan lutut aku berdiri diantara kedua paha Kathy,
kugerakkan pinggulku kedepan sehingga ujung jari telunjukku menyentuh
cembungan dipangkal paha Kathy.
"Ohh," desah Kathy. Pinggulnya terjungkit ketika ujung jariku menusuk
tepat di vaginanya.
"Begitu sudah tepat di vaginanya, singa jantan kemudian menindih tubuh
singa betina, sambil menusukkan penisnya kedepan."

Kurebahkan tubuhku dipunggung Kathy sambil menggerakkan pinggulku maju
mundur. Jariku kutusuk-tusukkan ke vagina Kathy. Aku hampir tidak
percaya dengan apa yang kulakukan, kenyataannya jari telunjukku sedang
menusuk dan menggosok bagian paling rahasia Kathy! Penisku jadi semakin
tegang dan kalau diteruskan lagi sepertinya aku bisa orgasme. Aku tak
tahu apa yang Kathy rasakan, yang pasti tubuhnya ikut menggeliat-geliat
setiap kali kusentuh vaginanya. Akhirnya Kathy sadar akan keadaan kami,
tubuhnya kemudian dibalikkan dan menjauh.

"OK, aku tahu yang kau maksudkan. Kau mungkin benar. Tapi kupikir
manusia tidak melakukan dengan cara seperti itu."

Aku terduduk dengan wajah merah padam, sejenak kutenangkan diriku agar
Kathy tidak tahu apa yang sedang bergolak pada diriku."Aku tidak
mengatakan begitu, aku hanya mengatakan bahwa dengan cara seperti itu
bisa dilakukan. Disamping itu apa ada cara lain untuk melakukan itu.

"Aku pernah melihat sesuatu di TV dengan Mamaku, tapi dia segera merubah
channel sebelum aku sempat melihatnya dengan jelas." kata Kathy
"Apa itu?"
"Mereka berada dibawah selimut sehingga aku tidak bisa melihatnya dengan
jelas. Tetapi perempuannya jelas sedang berbaring terlentang, seperti
ini," kata Kathy sambil berguling terlentang, dengan kedua pahanya
direnggangkan.
"Dan ada seorang laki-laki menindihnya dari atas."
"Tidak, dia tidak akan bisa berbuat sesuatu!" kataku penasaran.
"Kenapa tidak? Mari kita coba!"

Aku benar-benar khawatir. Aku tidak ingin melukai Kathy. Tapi aku ingat
katika bermain bola, kathy pernah ditindih beberapa anak laki-laki yang
ternyata tidak apa-apa. Tapi ada sesuatu yang membuatku berdebar-debar,
dengan posisi itu aku akan bisa bergesekan lebih banyak dengan gundukan
kecil di pangkal paha Kathy. Daerah itu terasa hangat dan telah
menghipnotisku sehingga sempat bembuatku hampir orgasme.

"Sekarang berbaringlah di atasku," kata Kathy.

Aku merebahkan diri menindih tubuhnya dengan bertumpu pada kedua
tanganku. Kurasakan sepasang bukit di dadanya menusuk dadaku! Desah
nafasnya menyapu wajahku dan kucium keharuman rambutnya, demikian juga
kehangatan yang terpancar dari pangkal pahanya. Aku benar-benar
terangsang berat, apalagi ketika kedua tangannya merangkul leherku
sehingga tubuh kami berhimpitan.

"Kamu menyukai posisiku seperti ini?" bisikku dengan suara bergetar.
"Yeah. Sepertinya nyaman," bisik Kathy. Mata kami saling pandang, 1001
perasaan bercampur aduk. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan sampai
Kathy berbisik,
"Kamu pernah mencium seorang gadis?"
"T.. Tidak pernah," jantungku berdebar keras, aku tidak pernah sedekat
ini dengan Kathy. Wajahnya yang manis sekali tampak merah padam, tapi
malah kelihatan semakin cantik. Tubuhnya yang harum, padat tapi lembut
sekali.
"Aku juga," kata Kathy, kemudia kita tertawa bersama.
"Maksudku aku tidak pernah mencium seorang laki-laki, tapi.."

Tiba-tiba Kathy menarik wajahku dan.. Bibirku bersentuhan dengan
bibirnya.. Kami berciuman sambil menutup mata, bibir kami saling
bergesekan, saling menghisap dan lidah kami saling menyentuh dan
membelai.. Wow, sesuatu yang sangat luar biasa!! Getaran sentuhan bibir
kami sampai terasa kesekujur tubuh kami, terasa niimaat sekali, sulit
kami gambarkan dengan kata-kata. Ciuman itu terhenti karena kami
kehabisan napas.

"Ohh, luar biasa, manis sekali," desahku.
Tapi tiba-tiba aku terkejut ketika Kathy malah tetawa genit.
"Mnn.. Mmmhmm." tawanya yang genit lagi.
"Apa yang sangat lucu?" tanyaku penuh tanda tanya.
"Aku dapat merasakan kamu." kata Kathy sambil tersenyum manis.
"Tapi? Aku dapat merasakan kamu juga." kataku masih bingung.
"Tidak, maksudku aku dapat merasakan anumu.. Um.. Penismu. Aku merasakan
benar-benar sangat keras."

Aduh! Aku benar-benar telah melupakan! Aku benar-benar bodoh luar biasa,
dan Kathy bisa ceritakan teman-temanku! Aku bisa sangat malu, tapi hal
itu terjadi tanpa dapat kukendalikan.

"Oh.. Aku.. Minta maaf, aku benar-benar tidak sengaja, itu terjadi
dengan sendirinya, tanpa dapat kucegah." kataku terbata-bata, sambil
bergerak mengangkat pinggulku.
"Hey, Aku tidak keberatan koq." kata Kathy, sambil melipat kakinya
memeluk pinggulku, sehingga aku tidak bisa bangun, dan kurasakan
tonjolan penisku semakin merapat erat dengan cembungan vaginanya.
"Aku.. Aku tidak tahu. Itu kadang-kadang terjadi dengan sendirinya."
kataku mencoba untuk menerangkan keadaanku.
"Benar? Bagus sekali." kata Kathy sambil menggerak-gerakkan pinggulnya
sehingga aku semakin terangsang.
"Seberapa besarnya?" bisik Kathy.
"Apanya?!" tanyaku agak panik.

Kathy tertawa genit, dia senang melihat kebingunganku.

"Seberapa besarnya mm penismu? Aku merasakan cukup besar. Aku hanya
tidak bisa memahami apakah anunya seorang gadis bisa dimasuki yang
sebesar itu?
"Aku tidak tahu, aku juga tidak pernah memikirkan seberapa besarnya."
"Coba kulihat," kata Kathy.

Hatiku semakin berdebar-debar, Kathy ingin melihat penisku! Apakah aku
harus telanjang bulat di depan seorang gadis? Tidak!

"Ayolah, biarkan aku melihatnya, please?"

Tunggu dulu. Ini adalah kesempatanku untuk melihat seorang gadis
telanjang. Ini benar-benar sesuatu yang luar biasa! Tapi aku tidak yakin
Kathy membolehkan aku melihatnya. Tapi ternyata Kathy mau! Kathy juga
benar-benar ingin melihatku telanjang. Hanya untuk melihat, tanpa
berbuat apa-apa lagi!

"OK, kamu dulu." kataku.
"Tidak, kita sama-sama." katanya.

Ini memang adil. Aku segera membuka bajuku, demikian pula Kathy. Detak
jantungku terasa semakin cepat. Aku pernah melihat Kathy dalam pakaian
renang, tapi ini benar-benar luar biasa. Sambil melepas bajuku, mataku
tidak pernah lepas dari bra-nya yang berwarna putih, dan juga kulit
tubuhnya yang kuning mulus. Aku benar-benar tidak pernah membayangkan
begitu luar biasa, apalagi ketika Kathy membuka kaitan bra-nya dan
melepaskannya.. Jantungku seakan berhenti bertetak..

Akhirnya aku benar-benar melihat buah dada seorang gadis!! Bulat, putih
bagai cream, puting kecil berwarna pink yang mencuat indah sekali.
"Mmm." Guman Kathy menyadarkanku. Kathy tersenyum-senyum malu melihatku
terbengong-bengong melihat kemulusan buah dadanya.

Aku segera melepaskan sabukku, Kathy menyusupkan jarinya memegang
elastik celana pendeknya dan berhenti menungguku. Aku segera melepaskan
kancing celana dan terus melepas celana jeanku. Penisku yang tegang
langsung tampak mencuat dari dalam celana dalamku. Tiba-tiba mukaku
merah padam, ternyata Kathy belum melepas celana pendeknya.

"Hey! Ayoi! Kamu kan janji bersama-sama!"
"Oh, maaf. Aku lupa," kata Kathy sambil sorot matanya tidak lepas dari
tonjolan penisku di celana dalamku.

Kathy kemudian berbaring sambil melepas celena pendeknya melewati
pinggulnya yang bulat indah. Tubuh kami berdua sekarang tinggal dibalut
oleh celana dalam. Aku benar-benar kagum dengan kemulusan kulit tubuhnya
bagaikan kulit bayi, kuning kemerahan dan halus sekali.

"Siap," kata Kathy.
"OK," kataku mantap.

Aku benar-benar sudah tidak sabar lagi melihat tubuh seorang gadis yang
telanjang bulat di depanku. Dan.. Hal itu benar-benar menjadi kenyataan
ketika Kathy pelahan-lahan melepas celana dalamnya, bersamaan dengan
kuturunkan celana dalamku melewati kakiku.

Dan kemudian kami berdua sama-sama terbengong-bengong melihat tubuh
telanjang di depannya. Kulit tubuh Kathy benar-benar mulus, lekukan
tubuhnya benar-benar mempesona. Ketika sudut mataku melihat ke Kathy,
kulihat wajahnya merah padam dan sorot matanya menjelajahi seluruh
tubuhnya. Sepertinya wajahnya jadi semakin cantik dan oohh.. Sepasang
bukit dadanya benar-benar mengagumkan dan menggetarkan hatiku, tapi..
Bagian bawahnya.. Kulihat rambut kecil-kecil halus berwarna pirang
menutupi cembungan dipangkal pahanya. Tapi tidak ada lagi yang bisa
kulihat, sepertinya semuanya tersembunyi dibalik rambut halus itu.

"Wow," seru Kathy.
"Berbaringlah terlentang, aku ingin bisa melihatnya dengan jelas."

Aku tidak bisa menolaknya, aku terlentang sambil memperhatikan Kathy.
Dia bergeser mendekati diriku. Sepasang bukit dadanya ikut bergoyang,
pemandangan yang menakjubkan sekali. Aku tidak memperhatikan tangannya
sampai ketika jari-jarinya mengelus batang penisku dengan lembut."Oh
besar sekali, keras, tapi kulitnya lembut sekali." kata Kathy sambil
tangannya menjelajahi seluruh bagian penisku, meremas dan
mengusap-usapnya dengan lembut.

"Ouchh!" erangku. Sepertinga tubuhku melambung tinggi..
"Benar-benar luar biasa," desis Kathy benar-benar terpesona menyaksikan
penisku yang tegang kukuh dan keras. Kurasakan jari-jari Kathy
mengocok-kocok batang penisku naik turun dengan penuh gairah. Aku tidak
pernah melihat penisku menjadi sebesar itu, sepertinya penisku telah
mengembang secara maximum. Mataku tertutup rapat-rapat.. Mulutku
mendesah-desah tanpa dapat kukendalikan lagi,

"Ooohh.. Aaahh.." aku benar-benar tidak pernah merasakan senikmat ini.
"Kau senang aku beginikan?" bisik Kathy dengan suara genit.

Gerakan tangannya naik-turun semakin cepat sampai pinggulku
terangkat-angkat menahan nikmat dan geli luar biasa. Akhirnya aku tak
dapat menahan lagi, dengan diiringi teriakkan nyaringku, spermaku
meledak dan menyembur kuat keudara beberapa kali. Inilah untuk pertama
kalinya aku mengalami orgasme. Kathy juga berteriak tertahan dan
meloncat menjauhiku, gadis ini benar-benar terkejut melihat spermaku
yang begitu dasyat menyembur keudara dan sebagian jatuh menimpa tangan,
paha dan dadanya.

Beberapa saat aku terkulai lemas. Sepertinya aku sempat tak sadar
beberapa detik. Begitu pula Kathy, gadis ini terbengong-bengong melihat
kejadian yang benar-benar tak pernah terbayangkan olehnya.

"Apa.. Apa yang terjadi??" kata Kathy terbata-bata.
"A.. A.. Aku tidak tahu. Aku tidak pernah mengalami seperti ini
sebelumnya." kataku tergagap-gagap.

Setelah berpikir beberapa saat Kathy berkata pelan.

"Aku tahu. Kau mengalami orgasme." katanya sambil mengusap-usap cairan
kental spermaku yang berhamburan kemana-mana.
"Ini adalah sperma. Tapi aku benar-benar tidak menduga proses keluarnya
begitu luar biasa."
"Yeah, memang sangat luar biasa. Aku merasakan kenikmatan yang luar
biasa dan sulit kugambarkan." kataku.
Kathy tertawa genit.
"Itu karena aku! Aku yang membuatmu sampai orgasme! Tadinya aku
khawatir, kau mengerang-erang seperti kesakitan."
"Yeah. Benar-benar luar biasa. Jari-jari tanganmu juga luar biasa"
kataku sambil melihat tubuh moleknya yang telanjang bulat. Dan akupun
tak ingin membuang tempo lagi.

"Hey. Sekarang gantian aku!! Cepat kamu berbaring" kataku.
"Tapi.. Tapi kau pelan-pelan ya??" kata Kathy."Aku takut."
"OK, jangan khawatir, aku tak akan menyakitimu."

Ya Tuhan, inilah hari bersejarahku sebagai seorang laki-laki.
Dihadapanku berbaring terlentang sesosok tubuh gadis yang luar biasa
cantiknya telanjang bulat. Mataku benar-benar termanjakan dengan
pemandangan yang benar-benar menakjubkan.

Pelahan-lahan kuusap cairan spermaku yang menempel di bukit kecil di
dada Kathy. Tanganku sampai gemetaran meraba kulit kenyal dan halus di
sepasang bukit indah itu. Puttingnya yang kecil jadi mengeras ketika
tanganku mengelus-elusnya. Apalagi ketika puting itu kepegang dan
kupilin-pilin lembut, Kathy mengerang lembut. Hatiku sampai berdesir
mendengar erangan aneh itu. Sepertinya mengandung kekuatan magis yang
membangkitkan kembali gairahku.

Kuturunkan tanganku menelusuri perutnya kebawah sampai daerah pangkal
pahanya. Kuusap-usap rambut halus pirang disana. Rambut yang panjangnya
sekitar 1/4 inci itu sangat lembut. Aku tidak menduga didaerah itu bisa
tumbuh rambut. Ujung jariku kususupkan ke celah-celah yang membelah
vertikal gundukan kecil di pangkal pahanya. Daerah itu ternyata basah
oleh cairan lendir.

"Buka lagi pahamu, aku tidak bisa melihat apa-apa disini."

Ketika Kathy membuka lagi pahanya, tampaklah celah-celah yang berwarna
pink yang mengkilat basah oleh cairan lendir.

"Wow!!"

Benar-benar pemandangan yang luar biasa, aku tidak pernah membayangkan
seperti itu bentuk vagina seorang gadis. Kudekatkan wajahku agar bisa
melihat lebih jelas daerah misterius yang sudah lama ingin kulihat.
Kucium aroma khas yang segar dan juga cukup harum. Kukita Kathy sangat
rajin membersihkan daerah itu. Tapi kembali aku tak bisa melihat apa-apa
selain celah vertikal yang tertutup. Dengan hati-hati kususupkan
jari-jariku kebibir vertikal yang cukup tebal itu, kurasakan kebasahan
dan kehangatan didaerah itu.

Pinggul Kathy terjungkit-jungkit setiap kali kugosok celah-celah itu,
bibirnya setiap kali juga mengeluarkan desahan-desahan aneh yang
merangsang pendengaran, apalagi ketika ujung jariku menyentuh tonjolan
clitorisnya. Sepertinya daerah tersebut sangat sensitif seperti juga
sulit penisku, dan Kathy juga merasakan nikmat yang tak kalah bebatnya
seperti ketika Kathy mengusap penisku. Aku jadi semakin bersemangat
menggerakkan jariku menyusuri celah-celah itu.

Akhirnya mataku melihat lubang kecil berwarna merah muda dibawah
tonjolan clitorisnya. Dari lubang itulah cairan bening itu keluar.
Lubang itu cuma sebesar ujung jari kelingkingku. Aku yakin itulah yang
disebut vagina yang tadi ditunjuk oleh Kathy, dan di buku dikatakan
bahwa penis dimasukkan ke lubang itu. Tapi koq begitu kecil? Kumasukkan
ujung jariku ke lubang itu, terasa hangat dan ketika kugerak-gerakkan
tiba-tiba aku sangat terkejut, sepertinga ujung jariku terhisap oleh
lubang itu. Aku jadi penasaran sekali, ketika akan kumasukkan lagi
tiba-tiba Kathy membentakku.

"Hey! Apa yang kamu lakukan?!" katanya sambil melompat ketika ujung
jariku kumasukkan lebih dalam.
"I just want to see what it feels like.", I said, still pushing. Now, it
was past the first knuckle.
"Aku hanya ingin tahu lubang apa itu.", kataku sambil terus mau
memasukkan ujung jariku lagi.
"Cut it out!" she was squirming. I kept pushing. She moaned and said
again, but more softly,
"Keluarkan cepar keluarkan." kata Kathy panik.

Ujung jariku seperti menabrak suatu dinding dan ketika kudorong lagi.

"Auw.. aduh stop!!" Jerit Kathy kesakitan. Dengan gugup kutarik ujung
jariku keluar lubang kecil dan sempit itu.
"Itukan lubang dimana penis dimasukkan bukan??" kataku mencari kepastian.
"Mungkin."

I started pushing my finger into her again,"Does it feel like a penis?"

Aku memulai mendorong lagi jariku ke dalam lubang itu,
"Apakah seperti dimasukkan penis?" tanyaku lagi. Pinggul Kathy kembali
menggeliat-geliat.
"Aduuhh stop, stop please!" Rintih Kathy.

Aku ingat ketika singa jantan memasukkan penisnya kevagina singa betina.
Tapi Kathy sepertinya merasa kesakitan dan keenakan sekaligus. Kini
jariku kugerakkan keluar masuk. Lubang itu begitu sempit dan ketat
menjepit ujung jariku. Cairan lendir semakin banyak keluar. Kulihat
Kathy tidak lagi kesakitan, cuman mulutnya tak henti-hentinya mendesis
keenakan dan tubuhnya menggeliat-geliat begitu menggairahkan.. Sampai
tiba-tiba tubuhnya menggigil dan mengejang,

"Aaahh.. Ooohh," jeritnya nyaring sambil menarik tanganku dari liang itu.
"Apa yang terjadi??" tanyaku keheranan.
"Entah, ahh." Desah Kathy dengan nafas tersegal-segal.
"Mungkin aku orgasme," bisik Kathy sambil tersenyum manis sekali.
"Ohh, kupikir memang benar penis harus dimasukkan ke lubang itu,"
kataku, "Tapi aku tidak yakin lubang itu terlalu kecil untuk ukuran penis."
"Kenapa tidak?" kata Kathy sambil melihat penisku yang mulai membesar
dan menegang lagi.
"Penis terlalu besar. Ujung jariku saja sudah sulit masuk, apalagi penis
yang ukurannya jauh lebih besar dan panjang."

Kathy meraih kembali penisku.

"Yeah aku tahu maksudmu."

Dia memperhatikan penisku dengan seksama sambil mengusap-usapnya.
Sepertinya dia sangat sangat tertarik dan menyukai penisku itu, seperti
barang antik yang sangat berharga.

"Jika tidak cukup, paling tidak kita bisa mencobanya untuk meyakinkan
samapi sejauh mana." kata Kathy sambil melirik ke arahku, senyuman genis
tersungging dibibirnya.
"Apa kau pikir cukup aman?" tanyaku ragu-ragu. Tentunya aku sangat
senang melakukannya, tapi aku khawatir Kathy akan kesakitan.
Kathy kembali berbaring terlentang dan pahanya dibuka lebar.
"Yakin. Bila tidak muat dimasukkan ke dalam milikku, maka kita akan
mencari cara lainnya. Apapun juga kamu bisa ejakulasi, dan itu tidak
akan menbuatku hamil karena tidak masuk ke dalam."

Aku segera menempatkan pinggulku diantara kedua pahanya. Terasa hangat,
basah dan lembut. Kugerak-gerakkan ujung penisku untuk menemukan lubang
itu, begitu menyentuh lubangnya, kutekan sedikit, kemudian kugerakkan
pinggulku sambil terus menekan. Sepasang bukit dadanya mengeras,
putingnya menusuk dadaku. Kedua tangannya merangkul leherku. Kami
kembali berciuman. Tubuh kamu saling menekan dan menggesek.

Kathy ketawa genit sambil berbisik, "Aku sangat senang kamu ada disini,
dalam posisi seperti ini," katanya sambil memelukku dengan mesra sekali.

Kami terus saling menggesek dan menekan, tangan kami juga saling
mengelus dan meremas-remas. Nafas kami semakin cepat dan tubuh kami juga
semakin panas, peluh kami mulai membasahi tubuh kami. Ini benar-benar
luar biasa. Gesekan-gesekan itu demikian nikmatnya. Tapi usaha penisku
untuk masuk ke lubang itu selalu gagal.

"Masih belum bisa masuk?" Bisik kathy.
"Coba kutekan agak keras lagi," kuangkat sedikit pinggulku, kemudian
kutekan keras, tapi ternyata malah meleset kesamping.
"Uhh.." desis Kathy.
"Coba kubantu," bisik Kathy sambil tangannya meraih batang penisku,
kemudian ditempatkan tepat di gerbang liang vaginanya.
"Tekan!!" kata Kathy.
"Yeah," kataku sambil menekan pinggulku cukup kuat.

Kuangkat sedikit lagi, kembali kutekan lebih keras sambil tangan Kathy
mengarahkan penisku. Kurasakan liang itu semakin mengembang dan
tiba-tiba sebagian ujung penisku berhasil melesak ke dalam.

"Stop!" teriak Kathy.
"Ohh.." keluhku, sambil menghentikan gerakanku.

Kepala penisku yang bulat sudah berhasil masuk keliang vagina Kathy.
Begitu ketatnya liang itu seperti mengunci ujung penisku.

"Ujung penisku sudah berhasil masuk," bisikku.
"Ya, aku tahu. Aku dapat merasakannya." kata Kathy.

Pelahan kutarik sedikit penisku pelan-pelan, kemudian kutekan lagi
dengan tekanan lebih kuat. Begitu kulakukan berulang-ulang sampai ujung
penisku tiba-tiba menabrak kuat dinding penghalang disana.

"Ahh, stop, kita sebaiknya berhenti, ohh jangan!" kata Kathy terbata-bata.

Meskipun mulutnya mengatakan jangan, tapi kurasakan pelukan Kathy malah
semakin erat, dan pinggulnya pun bergerak mengimbangi tusukannku.

"Kita sebaiknya berhenti.. Kita, ohh stop!" rintih Kathy.
"Yeah." kataku, tapi penisku tidak mau berhenti. Tekanan pinggulku makin
lama makin kuat sehingga akhirnya..
"Aaahh.. ADUH!! Ohh.. Aaahh," jeritan Kathy melengking kuat ketika
penisku berhasil menembus benteng penghalang itu. Batang penisku
tenggelam seluruhnya ke dalam liang yang sudah tidak perawan lagi,
sampai bola testicle-ku menekan pangkal pahanya. Jeritan Kathy dan
cengkeraman kukunya mencengkeram kuat di pundakku dan pahanya memeluk
kuat kuat pinggulku membuatku benar-benar terkejut.

"Aduh! stop, stop!" jerit Kathy.

Kurasakan jepitan liang vagina Kathy yang begitu kuat dan ketat sekali,
kurasakan juga denyutan-denyutan dinding liang itu seperti menyedot
penisku, dan kurasakan kehangatan disana.

"Kathy. Penisku sudah masuk semua." kataku sambil terengah-engah.
"I can tell. It hurt. A lot."
"Aku bilang stop! Sakit sekali tahu!" bentak Kathy. Kulihat wajahnya
merah padam dan air matanya mengalir membasahi pipinya.
"Maafkan aku Kathy. Aku tidak bisa mengendalikan diriku."
"OK. Bisa kamu tarik keluar sekarang?"
"OK.." Aku cabut penisku pelan-pelan, Kathy merintih, kutekan lagi
pelan-pelan dan kembali kutarik lagi sedikit. Kurasakan sesasi gesekan
antara penisku dan dinding liang vagina Kathy begitu luar biasa
nikmatnya. Tubuhku sampai menggigil menahan geli dan nikmat yang teramat
sangat.

"Kathy, sebaiknya jangan dilepas," bisikku.
"Ya, aku tahu.." desah Kathy sambil menggerakkan pinggulnya keriri-kanan
mengikuti gerakan pinggulku. Tangan Kathy kembali memelukku erat-erat.
Seperti juga aku, sepertinya Kathy juga merasakan sensasi kenikmatan
yang sangat luar biasa. Dia ingin menghentikannya, tapi kenikmatan itu
sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja. Dan tiba-tiba kembali tubuh
Kathy mengejang sambil mengerang cukup keras, ketika Kathy mencapai
orgasmenya yang kedua kali. Kathy sepertinya mengatakan sesuatu
kepadaku, tapi tidak jelas, akhirnya ia menggigit pundakku.

Diding liang vaginanya berdenyut-denyut kuat, membuat penisku
tersedot-sedot dan sepertinya aku juga tidak kuat lagi menahan diri.
Kutekan penisku dalam-dalam dan..

"Aaahh.." spermaku menyembur kuat berkali-kali didasar liang vagina Kathy.

Entah berapa lama kami terkulai sambil berpelukan, penisku masih
tertanam diliang vagina Kathy..

Ketika kami sadar, segera kutarik penisku yang sudah mengecil itu.
Kulihat cairan spermaku bersama cairan vagina Kathy berhamburan
dimana-mana. Dan cairan itu berwarna merah.. Memang benar-benar darah
Kathy yang bercampur cairan sperma.

"Ya ampun, Kathy, aku benar-benar melukaimu, maafkan aku Kathy," seruku
panik.
"Ohh tidak!" jerit Kathy sambil melihat ke vaginanya.
"Kamu ejakulasi di dalam lubang vaginaku!! Kau masukkan spermamu di
dalam! Aduh, kamu bisa membuatku hamil!!"

Cepat-cepat kuperiksa vagina Kathy. Tidak kelihatan ada luka disana,
tapi darah keluar dari liang vaginanya. Aku yakin, pasti bagian dalam
liang vagina itu ada yang luka.

Akhirnya kami memutuskan untuk tidak menceritakan kepada orang lain
kalau Kathy sembuh nanti. Kami cuman bisa menunggu untuk melihat apakan
Kathy hamil atau tidak. Kami segera berpakaian dan aku segera lari
pulang kerumah. Sampai beberapa minggu kami berdua dihinggapi perasaan
takut. Dan Kathy pun sepertinya takut untuk menemuiku. Dia selalu
menghindar kalau melihatku.

Kami memang tidak pernah menceritakan kejadian itu kepada orang lain,
dan kami juga tidak pernah melakukan hubungan sex lagi, tapi kami masih
berteman sampai beberapa tahun, sampai akhirnya aku pindah ke Denver.
Tapi aku tidak pernah melupakan hari bersejarah yang sangat menakjubkan
itu!!

Thursday 15 November 2007

The Club

Joseph telah lama menantikan malam ini. Semua orang selalu membicarakan
tentang klub itu tetapi tak seorangpun akan mekatakan secara persisn apa
yang ada di dalam klub itu. Banyak issue yang mengatakan bahwa sering
diadakan pesta sex liar untuk anggota klub.

Pada usia ke 15, ia telah banyak memikirkan masalah sex. Ia juga telah
banyak menjumpai para anggota yang susianya sebaya dengannya atau
sedikit lebih muda. Malam ini dia berniat untuk mendaftar ke dalam klub
itu. akhirnya ia akan menemukan apa yang selama ini diperbincangkan orang.

Tak seorangpun akan menceritakan kepadanya tentang maksud mereka
masing-masing. Bermacam-Macam pikiran jelek timbul dikepalanya ketika
dia sedang duduk menunggu diluar ruang pertemuan itu. Sampai kemudian
mereka memanggilnya untuk masuk keruang tersebut. Ruangan pertemuan itu
terletak diluar ruang tidur pimpinan club.

Ia bisa dengar pergerakan dan tertawa genit yang berlangsung di dalam
kamar tersebut. Untuk pertama kali dalam hidupnya dia mendengar suara
wanita seperti itu. Ia melihat pada dirinya sendiri. Ia telah mengenakan
pakaian persis seperti apa yang telah diperintahkan; sepasang celana dan
kemeja, dan telanjang kaki tanpa mengenakan sepatu.

Shelly adiknya yang berusia 13 tahun melihatnya ketika dia pergi dan
bertanya mau pergi kemana. Dia hanya mengatakan kepadanya agar tidak
mencampuri urusannya dan kemudian pergi tanpa mengatakan apapun kepada
adiknya yang cerewet itu.

Gagasan untuk melakukan pembuatan itu datang dari para tetangganya. Ia
pikir sebaiknya segera bangun dan metinggalkan tempat itu. Akan tetapi
sudah terlambat, piintu telah terbuka dimana Ralph. Sang pemimpin muncul
dihadapannya. Ia berdiri dengan mengenakan celana pendek memegang topeng
Halloween plastik. Ralph kemudia menghampirinya.
"Buka pakaianmu dan pakai ini." katanya sambil memberikan topeng itu.

Joseph tidak dapat menolak. Tapi dia ragu-ragu untuk melepas semua
pakaiannya. Ada orang lain disana yang bisa melihatnya telanjang bulat.
Tidak pernah sebelumnya ada orang yang melihatnya telanjang, kecuali,
dia duga suatu ketika Shelly pernah mengintipnya, tapi dia adalah
adiknya sehingga tidak pernah diperhitungkan.

Ralph melihat keraguannya.
"Jika kamu tidak ingin masuk klub, aku tidak memaksanya."
"Tidak, aku benar-benar ingin masuk," kata Joseph segera sambil melepas
bajunya.
Ralph tersenum melihatnya. "Bagus, segera buka pakaianmu dan pakai topeng."

Joseph segera melepas semua pakaiannya, ia tidak ingin mengambil resiko
buat keanggotaan klubnya. Kemudian dia berdiri didepan Ralph tanpa
sehelai benangpun kecuali topeng.
Ralph melihat kebawah kearah lemaluan Joseph dan tersenyum kecil,
"Kita akan memperbaikinya segera, ayo masuk kedalam!"

Joseph mengikuti sang pemimpin masuk kedalam kamarnya. Laki-laki anggota
klub lainnya ikut masuk, Ada 7 orang didalam kamar itu, semuanya hanya
memakai celana pendek. Dan dia segera melihat bahwa diatas tempat tidur
ada anak lain yang juga memakai topeng, dan selimut menutupi tubuhnya
sehingga dia tidak tahu siapa dia.

"Ini ujian buatmu!" kata Ralph.

Joseph melihat kearah sang pemimpin yang berjalan ke tempat tidur. "Kamu
harus lakukan apa yang kita perintahkan. Pertama, kepada semua diruang
ini, kalian tidak boleh berbicara apa-apa sampai semuanya selesai."

Ralph memegang ujung sudut selimut dan pelan-pelan menariknya. Joseph
segera dapat melihat kemulusan kulit yang hanya dimiliki seorang gadis.
Kemudia ketika ia melihat dengan jelas sepasang bukit dada kecil yang
menggairahkan, penisnya pun segera bangkit. Ia merasa batang penisnya
menjadi lebih keras dan lebih keras lagi ketika melihat semakin banyak
bagian tubuh telanjang anak gadis itu. Gadis cilik itu tiba-tiba merasa
malu dan segera menutup sepasang buah dada kecilnya itu dengan lengan
tangannya.

"Kamu harus tetap terbuka jika kamu ingin masuk kedalam klub." Kata
Ralph yang dapat didengar oleh Joseph dengan jelas.

Dan gadis cilik itupun segera menurunkan tangannyanya. Joseph tiba-tiba
mernysadari bahwa ia bukan satu-satunya yang akan diproses masuk ke
dalam klub malam ini.

"Kemari kamu." Kata Ralph kepada Joseph.

Joseph segera mendekat dan berdiri disamping Ralph sehingga langsung
berhadapan dengan tubuh telanjang itu. Dari lekukan tubuhnya itu
menunjukan dengan bahwa tubuh anak gadis itu baru mulai berkembang.
Joseph benar-benar terpesona melihat tubuh yang sangat menggairahkan
ini. Ini adalah juga untuk pertama kalinya ia melihat seorang anak
perempuan yang telanjang secara nyata. Ia merasa akan orgasme hanya
kerena melihat kemolekan tubuh gadis cilik ini.

Ralph cukup waspada dengan keadaan Joseph. Dia tidak mau membiarkan
terjadinya kegagalan pada proses upacara ini, maka segera memberi
instruksi yang berikutnya nya. "Aku ingin kamu segera orgasme diatas
dadanya."

Kedua-duanya Joseph dan anak perempuan saling berpandangan dengan shock.

"Well, kamu sudah berjanji akan mengikuti perintah kami, segera lakukan
itu!" Joseph memang sudah merasakan bahwa penisnya sudah
berdenyut-denyut nikmat sebagai tanda bahwa orgasmenya sudah tidak lama
lagi, segera mengangguk kearah sang pemimpin, kemudian kembali melihat
kearah tubuh anak gadis cilik yang sangat menggairahkan itu, sambil
menggusap-usap batang penisnya.

Si gadis cilik cuman bisa diam terbengong-bengong tidak tahu harus
melakukan apa. Dan gadis itu mulai tegang dan terangsang melihat anak
laki-laki asing yang sedang melakukan onani didepanya. Tanpa
disadarinya, tanganya mengusap-usap kulit tubuhnya yang mulus, dan
beberapa saat kemudian beberapa kali semburan yang cukup kuat dari
sperma Joseph menimpa sepasang bukit dadanya yang baru mulai mengembang
itu.

Kejadian itu membuatnya jijik dan sekaligus menggairahkan perasaan
birahi gadis cilik ini. Cairan sperma berwarna putih susu yang kental,
liat dan lengket itu sepertinya membuat gairah gadis cilik ini semakin
membara, juga kepada anak laki-laki asing yang demikian bergairah
sehingga orgasme hanya karena melihat tubuhnya yang telanjang bulat itu.

"Ambil sperma itu dan usap-usapkan ke vaginamu sampai kamu juga
orgasme." Perintah Ralph pada gadis cilik itu. Sekali lagi keduanya
terkejut dan saling pandang. Gadis cilik itu membuka mulutnya untuk
mengatakan sesuatu, tapi segera dipotong Ralph. "Ingat instruksi yang
pertama, tidak ada yang boleh bicara!"

Pertama-tama gadis cilik itu benar-benar shock, akan tetapi kemudian
mulai menhikuti perintah Ralph dengan patuh; meraup cairan sperma
didadanya dan mengusapkannya ke vaginanya dan digosok-gosokkannya ke
celah-celah vaginanya. Dia memang pernah melakukan onani seperti tu,
kadang-kadang juga dengan menggunakan minyak baby oil, tapi tidak pernah
terbanyang dalam pikirannya bahwa dia akan menggunakan cairan sperma
untuk beronani sampai orgasme. Perasaan malu, takut dan bergairah saling
berpacu dalam diri gadis cilik ini tapi segera dilupakannya, dia segera
berkonsentrasi untuk membuatnya mencapai orgasme tanpa perduli lagi
bahwa hal itu bisa membuatnya hamil.

Joseph juga benar-benar menikmati proses untuk orgasme gadis cilik itu.
Penisnya dengan cepat bangkit lagi. Ia kembali mengocok-kocok batang
penisnya lagi, tetapi Ralph segera mencegahnya. Joseph jadi gelisah
dengan berkobarnya kembali gairah seksualnya, tapi dia menuruti perintah
Ralph sambil menikmati pemandangan menggairahkan dari sesosok gadis
cilik dihadapannya itu.

Gadis cilik itu sampai menggigit bibirnya untuk menahan agar dia tidak
mengeluarkan suara. Gejolak gairah seksualnya benar-benar telah
menyelimuti seluruh tubuhnya. Tubuhnya bergetar ketika setapak-demi
setapak dia mencapai puncak orgasmenya.

"Perhatikan baik-baik," kata Ralph kepada Joseph. "Usahakan sekuatnya
untuk menahan spermamu sampai waktunya nanti kau masukkan kedalam
vaginanya dan jadilah ayah dari anak bayimu."

Pernyataan Ralph semakin meningkatkan gairah seksual gadis cilik itu
sehingga akhirnya dibarengi dengan keluhan agak keras, tubuh gadis cilik
itu mengejang dan bergetar ketika dia mencapai puncak orgasmenya.
Beberapa saat kemudia tiubuh itu tergoleh lemas.

"Sekarang aku ingin kamu mengambil keperawanannya seperti juga dirinya
mengambil keperjakaanmu."

"Hah?" seru gadis cilik dari balik topengnya. Matanya melotot lebar
ketakutan.

Joseph tidak berkata apa-apa selain memandang Ralph dengan penuh
keraguan. Ralph hanya mengibas-ngibaskan jarinya pada mereka berdua dan
berkata lagi, "Kamu benar-benar ingin di menjadi anggota klub, ya kan?"
kedua pasang remaja cilik itupun saling pandang dan kemudian mengangguk
hapir bersamaan.

Gadis cilik segera membuka pahanya, yang memberikan tanda kepada Joseph
bahwa dia sudah siap. Joseph melihat vagina cilik itu berkilat basah
oleh cairan spermanya. Pemandangan itu benar-benar semakin meningkatkan
gairahnya, sehingga dengan ragu-ragu diusapnya dengan lembut bagian
paling rahasia dari gadis cilik ini. Mereka saling pandang, tapi
masing-masing tidak bisa melihat perubahan mimik wajah mereka yang
tertutup topeng.

Selama ini Joseph tidak pernah menyentuh seorang gadis, ini pengalaman
pertamanya bersama gadis cilik ini, demikian pula si perawan cilik ini.
Benar-benar detik-detik yang sangat mendebarkan buat keduanya ketika
penis Joseph ditempelkan dan ditekan di gerbang liang kecil vagina itu.
Tubuh mereka berdua bergetar seiring dengan deru napasnya yang semakin
cepat. Sampai Gadis cilik itu mengerang tertahan ketika pelahan-lahan
ujung penis Josep yang bulat melesak masuk keliang sempit itu.

Joseph juga mengerang pelan ketika merasakan jepitan kuat diujung
penisnya. Pemuda itu jadi semakin bersemangat menekan penisnya sampai
tiba-tiba dia merasa ujung penisnya menabrak dinding keperawanan gadis
cilik itu. gadis cilik ini ternyata juga masih perawan tulen seperti
juga dirinya.

Joseph benar-benar berjuang keras, disamping berusaha keras menjebol
keperawanan gadis cilik ini, dia juga berusaha sekuat tenaga menahan
agar spermanya tidak muncrat dulu sebelum menyelesaikan tugasnya. Ini
benar-benar perjuangan sulit buat Joseph, karena jepitan dinding vagina
gadis cilik itu begitu kuatnya sehingga menimbulkan kenikmatan yang
sangat luar biasa, yang benar benar tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

Gadis cilik itu juga merasakan perasaan yang serupa. Disamping rasa
sakit, dia juga merasakan kenikmatan yang teramat luar biasa sehingga
dia tidak mampu lagi menahan diri untuk tidak desisan dan rintihan
nikmat yang keluar dari mulutnya. Pinggulnya sampai terangkat-angkat
menahan gempuran penis Joseph.

Sesaat Joseph menghentikan gerakannya. Dia perlu konsentrasi sejenak
untuk segera menyelesaikan tugasnya. Mereka saling pandang tanpa
mengucapkan sepatah katapun. Joseph melihat sorot mata gadis cilik ini
memohon dengan amat sangat agar dia segera menuntaskan tugasnya. Perawan
cilik ini benar-benar sudah pasrah sepenuhnya untuk menyerahkan
keperawanannya apapun yang terjadi.

Joseph menarik sedikit ujung penisnya, kemudian dengan tanpa memberikan
aba-aba dia tekan dengan cepat dan kuat penisnya, tembuslah benteng
keperawanan gadis cilik ini. Pemuda ini tidak tega memandang mata gadis
cilik ini, dia yakin pasti gadis ini merasakan kesakitan, tapi ini
adalah cara yang terbaik yang bisa diusahakan. Joseph pun terus menekan
penisnya sehingga seluruh batang penisnya tenggelam kedalam liang
perawan itu.

Gadis itu sepertinya sudah tidak perduli lagi dengan rasa sakit yang
dideritanya, dengan penuh semangat dipeluknya tubuh pemuda itu,
pinggullnya digerakkan kekiri dan kekanan mengimbangi gerakan Joseph,
sesaat kemudian keduanya menjerit keras hampir bersamaan ketika keduanya
mencapai puncak orgasmenya yang paling dasyat. Joseph merasakan betapa
spermanya berkali-kali menyemprot kuat didalam liang perawan itu.

Kemudian kedua remaja cilik ini terkulai sambil berpelukan. Mereka
dengan jelas mendengar dengan jelas betapa napas pasangannya masih
memburu seperti baru selesai lari marathon.

Joseph terkejut ketika melihat sekeliling, Ralph sekarang sudah
telanjang bulat sedang ngentot adiknya Cathy dengan buasnya, demikian
pula anggota klub lainnya juga sedang ngentot dengan pasangannya
masing-masing yang dia kenal sebagai keluarga mereka sendiri.

Tanpa dapat menahan diri lagi, Joseph melepas topengnya sambil berseru,
"Apa yang sedang terjadi disini?"

"Joseph?" jerit tertahan gadis cilik dibawahnya. Suara itu begitu sangat
dikenalnya.

Dengan penis masih tertanam penuh diliang vagina gadis dibawahnya ini,
dia buka topeng gadis ini. Ternyata dia adalah Shelly, adik perempuannya
sendiri yang baru berusia 13 tahun. Dia benar-benar tidak memimpikannya
untuk berhubungan sex dengan adiknya sendiri.

"Shelly!" hanya itu yang bisa muncul dari mulutnya. Kedua bibir mereka
kemudian saling berciuman, saling mengunci dan menghisap dengan ganas,
tangan-tangan mereka saling mengelus, meraba dan mengusap ketubuh
pasangannya. Joseph merasakan penisnya langsung tegang lagi, dan kembali
pinggulnya digerakkan naik-turun. Shelly juga menjadi demikian
bergairah, bahkan lebih dari tadi ketika pemuda itu memerawaninya.
Dipeluknya tubuh kakaknya dengan penuh kasih sayang, dan pinggulnya
digerakkan kekiri-kekanan lebih cepat mengimbangi gerakan pinggul kakaknya.

Kemudian mereka kembali tenggelam dalam arus birahinya, berhubungan
intim dengan ritme yang lebih menggelora. Shelly sampai orgasme empat
kali lagi sebelum Joseph mencapai orgasmenya yang ketiga. Mereka
benar-benar lupa akan keadaan sekelilingnya, dimana semua anggota klub
juga sedang berhubungan intim dengan pasangannya masing-masing yang
sekaligus juga keluarganya mereka sendiri.

Tapi Joseph dan shelly melakukannya bukan hanya karena dorongan
nafsunya, keduanya juga saling mengasihi dan mencintai sepenuh hatinya.

"Ini adalah rahasia terbesar dari klub ini!" kata Joseph kepada adiknya.

"Ya." Jawab Shelly, "Ini juga merupakan rahasia terbesarku, karena
akhirnya aku bisa memberikan kasih sayang dan cintaku kepadamu, Joseph."
Katanya sambil mengerling manja dan penuh kasih sayang.

Teman Chattingku

Sebelumnya, kuperkenalkan diriku dulu. Namaku Yeni. Aku lahir dan
dibesarkan di kota Bandung. Usiaku 33 tahun, aku bekerja di sebuah bank
swasta di Jalan Asia Afrika, Bandung. Saat ini aku hidup sendiri. Aku
pernah menikah, kurang lebih selama empat tahun. Pernikahanku tidak
dikaruniai anak. Aku bercerai, karena suamiku berselingkuh dengan rekan
bisnisnya.

Untuk mengusir kejenuhan dalam kesendirianku selama kurang lebih satu
tahun setengah, aku selalu menghibur diriku dengan membaca. Kadang aku
chatting, akan tetapi aku tidak berharaf untuk bertemu dengan teman
chatting-ku. Aku masih trauma akibat perlakuan suamiku terhadapku.

Aku kenal beberapa orang teman chatting yang asyik untuk diajak bercanda
ataupun berdiskusi, salah satunya adalah Ferdy. Dia anak kuliahan,
semester akhir di perguruan tinggi swasta di Bandung. Ferdy merupakan
teman chatting-ku yang pertama kali yang pernah bertemu denganku.

Pada awal perkenalannya aku kurang respek terhadapnya, karena email-nya
saja menyeramkan, dapat pembaca bayangkan, cari_ce_maniax@***.**
(edited). Tapi entah angin apa yang
membuatku penasaran untuk bertemu dengannya, padahal aku baru sekali
chatting dengannya. Cerita selanjutnya adalah pertemuan pertamaku dengan
Ferdy yang berakhir ke sebuah hotel di sekitar jalan Setiabudi.

Hari itu, Sabtu tanggal 16 Juni 2001, aku berjanji untuk bertemu dengan
Ferdy di sebuah cafe di belakang BIP pukul 16.00. Aku sengaja datang
lebih awal sekitar pukul 15.45, dan memilih tempat yang agak ke pojok
agar aku dapat melihat dia terlebih dahulu. Aku memesan minuman, dan
mataku tertuju terus ke arah pintu masuk cafe.

Sambil menunggu Ferdy datang, aku memperhatikan orang di sekelilingku.
Aku merasa risih sekali, karena ada anak muda (usianya sekita 25
tahunan) yang duduk sendirian di meja sebelahku memperhatikan terus
sejak pertama aku masuk cafe. Tapi aku cuek saja. Tepat pukul 16.00,
anak muda itu menghampiri diriku dan memperkenalkan dirinya. Namanya Ferdy.

Aku kaget sekali, karena tidak pernah kubayangkan sebelumnya bahwa Ferdy
itu masih muda. Dia masih sangat muda, padahal ketika chatting, dia
mengaku berusia 35 tahun. Dan tentunya juga, selama aku berkomunikasi
melalui telepon, suara Ferdy kelihatan seperti seorang bapak-bapak dan
sangat dewasa sekali. Aku sangat grogi. Untuk menghilangkan rasa grogi,
kupersilakan Ferdy duduk dan memesankan minuman.

"Maaf Bu Yeni, saya berbohong kepada Ibu. Saya mengaku berusia 35 tahun,
padahal usia saya tidak setua itu. Tentunya juga, saya mohon maaf tidak
memakai pakaian yang saya janjikan. Saya harus panggil siapa nih? Ibu
atau Mbak atau Tante atau siapa ya?"
"Yeni saja deh, biar lebih akrab," jawabku.
Selanjutnya Ferdy bercerita, kenapa dia berbohong usia, juga
aktifitasnya sehari-hari, begitu juga aku menceritakan aktifitasku dan
kehidupan sehari-hariku. Aku tidak menyangka dari cara dia berkomunikasi
sangat dewasa dan banyak dibumbui dengan kata-kata humor, sehingga aku
dibuat terpingkal-pingkal olehnya.

Tidak terasa, waktu bergulir dengan cepat. Sekitar pukul 5 sore, Ferdy
mengajak nonton bioskop di BIP. Aku tidak sungkan-sungkan, langsung
mengiyakan saja. Sepulang nonton sekitar jam 7 malam, aku mengantarkan
Ferdy pulang dengan Baleno-ku ke daerah Cihampelas. Ditengah perjalanan
Ferdy mengajakku main ke Ciater. Aku sih tidak masalah, karena di rumah
pun aku hanya tinggal sendirian.

Di daerah Lembang kami beristirahat dulu dan bercengkrama sambil
menghabiskan minuman dan jagung bakar. Tidak terasa jam sudah
menunjukkan pukul 11.30 malam. Akhirnya niat ke Ciater kubatalkan saja.
Aku mengajak Ferdy pulang saja. Dia pun mengiyakannya.

Sepanjang perjalanan pulang ke Bandung, Ferdy mulai agak-agak nakal.
Sambil bercerita, dia sudah berani mengelus-elus tanganku ketika aku
sedang memindahkan perseneling. Pada awalnya kutepis, tapi bandel juga
ini anak. Dia tidak pernah kapok, walau kutepis berkali-kali. Karena
bosan dan tidak ada hasilnya kalau kularang, maka kubiarkan dia
mengelus-elus tanganku.

Aku akui, elusannya itu membuat hatiku berdebar lebih cepat dari
biasanya. Bahkan semakin lama elusannya semakin ganas, dan sudah mulai
berani mengelus pahaku. Kubiarkan saja, dan aku tetap konsentrasi
menyetir mobil. Entah karena suasana yang mendukung, karena kami hanya
berdua-duaan, ataukah karena kesepianku selama ini, karena sudah lama
tidak dielus laki-laki. Aku membiarkan tangannya beraksi lebih jauh. Aku
mulai merinding, dan darahku serasa panas menjalar seluruh tubuhku.
Semakin lama, Aku semakin menikmati elusan tangannya.

Sekarang Ferdy sudah sangat berani! Dia sudah berani memegang
payudaraku. Aku mulai terangsang. Aku sudah tidak kuat lagi merasakan
elusan tangannya. Akhirnya mobil kupinggirkan. Aku tanyakan Ferdy,
kenapa dia berani memperlakukanku seperti itu, padahal dalam hati aku
pun menginginkannya. Dia minta maaf, tapi tangannya tetap tidak mau
lepas dari payudaraku. Aku tak kuasa menahan rangsangannya. Akhirnya
kubalas elusan tangannya dengan sebuah ciuman di keningnya. Aku tidak
menyangka dia menarik tubuhku, dan menciumi bibirku. Dia melumat
bibirku, sampai-sampai aku sulit untuk bernafas.

Dia mulai berani menyelusupkan tangannya di kaos ketat unguku. Aku
biarkan saja. Sungguh permainan yang indah, mulutku sudah tersumpal oleh
lidah Ferdy, dan tangannya pun begitu terampil mengelus-elus payudaraku.
Bahkan putingku pun sudah dia elus.
Aku melenguh, "Sh.. ah.. sh.. ah.. sh.. ah.."

Tangan kirinya mulai turun ke arah pangkal pahaku. Aku geli sehingga
menggerinjal. Tangannya mulai membuka reseletingku perlahan-lahan. Detik
demi detik kurasakan tangannya mulai mengelus kemaluanku. Aku semakin
keras mengeluarkan suara. Dan akhirnya aku kaget, ketika ada sebuah
mobil dengan kecepatan tinggi dari arah berlawanan, menyorotkan sinar
lampunya. Konsentrasiku buyar. Aku lalu membereskan reseletingku dan
kaos ketat unguku. Begitu juga Ferdy. Akhirnya permainan yang
berlangsung sekitar setengah jam itu harus berakhir karena sorotan lampu
mobil yang lewat tadi. Di sekitar selangkanganku terasa basah.

"Yeni, maafin Ferdy ya. Telah berlaku kurang ajar sama Yeni."
"Nggak apa-apa koq Fer. Tapi saya bingung, kenapa koq kamu berani
berbuat seperti itu kepada saya. Padahal kamu kan 8 tahun lebih muda
dari saya."
"Nggak tahu deh, Yen. Mungkin saya mulai menyukaimu sejak pertemuan kita
di Cafe."
"Gombal ah.." kataku agak manja.
"Aku geli banget lho, waktu kamu elus tadi. Mungkin karena aku baru
merasakan lagi sentuhan pria, ya Fer. Kalau boleh aku jujur, baru kali
ini, ada cowok yang menyentuh aku lho Fer. Sejak perceraian aku dengan
suami satu setengah tahun yang lalu."
"Sudahlah Yen, jangan ngomongin perceraian, nanti kamu sedih. Mendingan
kita melanjutkan perjalanan deh.."

Aku melanjutkan perjalanan dengan berbagai gejolak perasaan dan
kenikmatan yang baru aku raih bersama Ferdy. Sambil aku menyetir mobil,
Ferdy tidak lupa mengelus pahaku juga payudaraku.
"Yen, bagaimana kalau kita berhenti dulu di hotel. Biar kita bisa lebih
tenang melakukannya."
Aku bingung, antara mengiyakan dan tidak. Jujur saja, aku ingin
merasakan lebih jauh lagi dari elusan lembutnya itu. Tapi aku ragu dan
malu. Akhirnya kuputuskan, mengiyakan ajakkannya.

Sesampainya di kamar Hotel "S" di sekitar Setiabudi, Ferdy tidak
memberikan kesempatan untukku beristirahat. Dia langsung memelukku dan
melumat bibirku. Aku gelapan dan tidak kuasa menolaknya ketika Ferdy
mulai mebuka kaos ketat unguku dan membuka celana panjangku. Aku
disuruhnya duduk di atas meja. Dengan elusan tangannya, Ferdy telah
membuka bra-ku yang berukuran 36B dan celana dalamku. Dia semakin
beringas, bagaikan macan kelaparan. Ferdy mulai menciumi lubang
kewanitaanku.
"Ah.. uh.. ah.. uh.. ah.. teru..s Fer.. Ah.. Enaa..k ah.. uh shh.. shh..
uh.."
Rasanya tidak terlukiskan, badanku menggeliat-geliat bagai ulat
kepanasan. Lidah Ferdy merojok-rojok vaginaku dan menjilat klitorisku
yang sebesar kacang kedelai.

Lalu kubuka kemeja dan celana jeansnya Ferdy. Kaget! Ternyata
"barang"-nya Ferdy sudah keluar melewati celana dalamnya. Kelihatan
ujungnya memerah. Aku takut, apakah lubang kewanitaanku muat untuk
"barang"-nya Ferdy.

Sudah terasa satu jari dimasukkan ke dalam lubang kewanitaanku.
Dikeluar-masukkannya jari itu dan diputar-putar. Digoyang ke kanan dan
kiri. Satu jari dimasukkannya lagi. Terasa sakit, tapi nikmat. Mungkin
masih penasaran, Ferdy memasukkan jarinya yang ketiga.
Dikeluar-masukkan, digoyang kiri kanan. Nikmat sekali. Sedangkan tangan
kirinya membantu membuka lubang kewanitaanku untuk mempermudah
memasukkan jari-jari kanannya.
"Ah.. uh.. ah.. sh.. uhh.. shh.. terus Fer.. aduh.. nggak kuat Fer.. Aku
mau keluar nih.."
Akhirnya aku basah. Aku tersenyum puas.

"Sekarang gantian ya, jilatin punyaku dong Yen.." Ferdy memohon kepadaku.
"Iya Fer, tapi punyamu panjang, muat nggak ya..?" jawabku.
"Coba saja dulu, Yen. Nanti juga terbiasa."
"Auh.. aw.. jangan didorong dong Fer, malah masuk ke tenggorokkanku,
pelan-pelan saja ya. Punyamu kan panjang."

Sekitar lima belas menit kemudian erangan Ferdy semakin menjadi-jadi.
"Ah.. uh.. oh.. ah.. sh.. uh.. oh.. uh.. ah.. uh.."
Kuhisap semakin kuat dan kuat, Ferdy pun semakin keras erangannya. Ferdy
mulai ingat, tangannya bekerja lagi mengelus vaginaku yang mulai
mengering, basah kembali. Mulutku masih penuh kemaluan Ferdy dengan
gerakan keluar masuk seperti penyanyi karaoke.

"Sudah dulu Yen, aku nggak tahan.., masukkin saja ke punyamu ya..?"
pinta Ferdy.
Aku hanya menganggukkan kepala saja, sambil berharaf-harap cemas apakah
punyaku muat atau tidak dimasuki kepunyaannya Ferdi. Kedua kakiku
diangkat ke pundak kiri dan kanannya, sehingga posisiku mengangkang. Dia
dapat melihat dengan jelas kemaluanku yang kecil namun kelihatan gemuk
seperti bakpau.

Kulihat dia mengelus kemaluannya, dan menyenggol-nyenggolkan pada
kemaluanku, aku kegelian. Dibukanya kemaluanku dengan tangan kirinya,
dan tangan kanan menuntun kemaluannya yang besar dan panjang menuju
lubang kewanitaanku. Didorongnya perlahan, "Sreett..," dia melihatku
sambil tersenyum dan dicobanya sekali lagi. Mulai kurasakan ujung
kemaluan Ferdy masuk perlahan. Aku mulai geli, tetapi agak sakit
sedikit. Mungkin karena lubang kewanitaanku tidak pernah lagi dimasuki
kemaluan laki-laki. Ferdy melihat aku meringis menahan sakit, dia
berhenti dan bertanya.
"Sakit ya..?"
Aku tidak menjawab, hanya kupejamkan mataku ingin cepat merasakan
kemaluan besarnya itu.

Digoyangnya perlahan dan, "Bleess.." digenjotnya kuat pantatnya ke depan
hingga aku menjerit, "Aaauu.."
Kutahan pantat Ferdy untuk tidak bergerak. Rupanya dia mengerti
kemaluanku agak sakit, dan dia juga ikut diam sesaat. Kurasakan kemaluan
Ferdy berdenyut dan aku tidak mau ketinggalan. Aku berusaha mengejang,
sehingga kemaluan Ferdy merasa kupijit-pijit. Selang beberapa saat,
kemaluanku rupanya sudah dapat menerima semua kemaluan Ferdy dengan baik
dan mulai berair, sehingga ini memudahkan Ferdy untuk bergerak. Aku
mulai basah dan terasa ada kenikmatan mengalir di sela pahaku. Perlahan
Ferdy menggerakkan pantatnya ke belakang dan ke depan. Aku mulai
kegelian dan nikmat. Kubantu Ferdy dengan ikut menggerakkan pantatku
berputar.

"Aduuhh.., Yeni..," erang Ferdy menahan laju perputaran pantatku.
Rupanya dia juga kegelian kalau aku menggerakkan pantatku. Ditahannya
pantatku kuat-kuat agar tidak berputar lagi, justru dengan menahan
pantatku kuat-kuat itulah aku menjadi geli dan berusaha untuk
melepaskannya dengan cara bergerak berputar lagi, tapi dia semakin kuat
memegangnya. Kulakukan lagi gerakan berulang dan kurasakan telur
kemaluan Ferdy menatap pantatku licin dan geli. Rupanya Ferdy termasuk
kuat juga, berkali-kali kemaluannya mengocek kemaluanku masih tetap saja
tidak menunjukkan adanya kelelahan bahkan semakin meradang.

Kucoba mempercepat gerakan pantatku berputar semakin tinggi dan cepat,
kulihat hasilnya Ferdy mulai kewalahan, dia terpengaruh iramaku yang
semakin lancar. Kuturunkan kakiku menggamit pinggangnya, dia semakin
tidak bergerak berputar lagi, tapi dia semakin kuat memegangnya.
Kuturunkan kakiku menggamit pinggangnya, dia semakin tidak leluasa untuk
bergerak, sehingga aku dapat mengaturnya. Aku merasakan sudah 4 (empat)
kali kemaluanku mengeluarkan cairan untuk membasahi kemaluan Ferdy,
tetapi Ferdy belum keluar juga.

Kupegang batang kemaluan Ferdy yang keluar masuk liang kewanitaanku,
ternyata masih ada sisa sedikit yang tidak dapat masuk ke liang senggamaku.
Aku pun terus mengerang keasyikan, "Auh.. auh.. terus Fer.. auh.. Ena..k
Fer.. Ugh.. ah.. lebih cepat lagi Fer.. ugh.. ah.. sshh.. uh.. oh.. uh..
ash.. sshh.."
"Kecepek.., kecepek.., kecepek..," bunyi kemaluanku saat kemaluan Ferdy
mengucek habis di dalamnya.
Aku kegelian hebat, "Yeni.. aku mau keluar, Tahan ya..," pintanya menyerah.

Tanpa membuang waktu, kutarik kemaluanku dari kemaluannya, kugenggam dan
dengan lincah kumasukkan bonggol kemaluan tersebut ke dalam mulutku,
kukocok sambil kuhisap kuat-kuat, kuhisap lagi dan dengan cepat mulutku
maju mundur untuk mencoba merangsang agar air maninya cepat keluar.
Mulutku mulai payah tapi air mani yang kuharapkan tidak juga keluar.
Kutarik kemaluan dari mulutku, Ferdy tersenyum dan sekarang telentang.
Tanpa menunggu komando, kupegang kemaluannya, kutuntun ke lubangku
dengan aku mendudukinya. Aku bergerak naik turun, dan dia memegang
susuku dengan erat. Tidak lama kemudian ditariknya tubuhku melekat di
dadanya, dan aku juga terasa panas.

"Sreet.., sreett.., sreett..," kurasakan ada semburan hangat bersamaan
dengan keluarnya pelicin di kemaluanku, dia memelukku erat demikian pula
aku.
Kakinya dijepitkan pada pinggangku kuat-kuat seolah tidak dapat lepas.
Dia tersenyum puas.
"Yeni.., aku baru merasakan kemaluan seorang wanita. Kamu adalah wanita
pertama yang merenggut bujanganku. Aku selama ini paling banter hanya
melakukan peting saja. Sungguh luar biasa, enak gila, kepunyaanmu
memijit punyaku sampai nggak karuan rasanya, aku puas Yen.."
"Aahh kamu bohong, masa seusiamu baru pertama kali melakukan kayak
beginian," manjaku.
Dia hanya tersenyum dan kembali mengulum bibirku kuat-kuat.

"Sumpah, Yen..! Apakah kamu masih akan memberikannya lagi untukku..?"
tanyanya.
"Pasti..! Tapi ada syaratnya..," jawabku.
"Apa dong syaratnya, Yen..?" tanyanya penasaran.
"Gampang saja, asal kamu bisa kuat seperti tadi. Atau nanti saya kasih
pil untuk kamu ya, biar lebih kuat lagi..!"
"Oke deh.. Mandi bareng yuk, Yen.." ajaknya.
Dan kami pun mandi bersama, dan sekali lagi Ferdy memberikan kepuasan
yang selama ini tidak kudapatkan selama kurang lebih satu setengah tahun.

Aku bersiap-siap pulang. Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 8
pagi. Aku langsung check out menuju Cihampelas mengantarkan Ferdy
pulang. Mobil keluar hotel dengan berjalan perlahan.
Sepanjang perjalanan aku berfikir, "Kok bisa-bisanya aku mmberikan
sesuatu hal yang aku jaga selama ini, padahal Ferdy baru pertama kali
bertemu denganku. Sekaligus juga aku membayangkan kapan lagi aku dapat
memperoleh kepuasan dari Ferdy."

Kini tangan Ferdy menempel pada pahaku, dan tanganku menempel di
celananya. Sesekali Ferdy menyandarkan wajahnya ke dadaku dan jari nakal
Ferdy mulai beraksi dengan manja. Kurasakan gumpalan daging kemaluan
Ferdy mulai mengeras lagi, dia tersenyum melihatku. Akhirnya tidak
terasa aku sudah sampai di Cihampelas, dan menurunkan Ferdy. Selanjutnya
aku pulang ke rumahku di sekitar Sukarno-Hatta.

Tetanggaku

Saya adalah seorang mahasiswa yang sedang pulang untuk liburan. Di suatu
hari yang cerah, saya sedang berbaring untuk mencoba tidur siang.
Ternyata ibu memanggilku dari luar. Segera saya beranjak dari tempat
tidur untuk menemuinya, dan ternyata ibu memintaku untuk mengantarkan
sebuah bungkusan untuk diserahkan ke teman arisannya. Tanpa banyak tanya
saya segera bergerak ke alamat yang dituju yang tidak berbeda jauh dari
rumahku. Sesampainya di sana aku melihat sebuah rumah yang besar dengan
arsitektur yang menawan.

Aku segera memijit bel di pintu pagar rumah tersebut. Tidak beberapa
lama keluarlah seorang gadis manis yang memakai kaos bergambar tweety
kedodoran sehingga tidak terlihat bahwa gadis itu memakai celana,
walaupun akhirnya saya melihat dia memakai celana pendek.

Singkat kata saya segera bertanya tentang keberadaan teman ibu saya.
"Hmm.., sorry nih, Ibu Raninya ada?, saya membawa kiriman untuk beliau",
tanyaku.
"Wah lagi pergi tuh, Kak.., Kakak siapa ya?", tanyanya lagi.
"Oh saya anaknya Ibu Erlin", jawabku.

Tiba-tiba cuaca mendung dan mulai gerimis. Sehingga gadis manis itu
mempersilakan saya masuk dahulu.
"Kakak nganterin apaan sih?", tanyanya.
"Wah.., nggak tahu tuh kayaknya sih berkas-berkas", jawabku sambil
mengikutinya ke dalam rumahnya.
"Memang sih tadi Mama titip pesen kalo nanti ada orang yang nganterin
barang buat Mama.., tapi aku nggak nyangka kalo yang nganter cowo
cakep!", katanya sambil tersenyum simpul.
Mendengar pernyataan itu saya menjadi salah tingkah.

Saat saya memasuki ruang tengah rumah itu, saya menjumpai seorang gadis
manis lagi yang sedang asyik nonton TV, tapi melihat kami masuk ia
seperti gugup dan mematikan TV yang ditontonnya.
"Ehmm.., Trid siapa sih?", tanya gadis itu.
"Oh iya aku Astrid dan itu temanku Dini, kakak ini yang nganterin
pesanan mamaku..", jawab gadis pemilik rumah yang ternyata bernama Astrid.
"Eh iya nama gue Ian", jawabku.

Tidak lama kemudian aku dipersilakan duduk oleh Astrid. Aku segera
mencari posisi terdekat untuk duduk, tiba-tiba saat aku mengangkat
bantal yang ada di atas kursi yang akan aku duduki aku menemukan sebuah
VCD porno yang segera kuletakkan di sebelahku sambil aku berkata, "Eh..,
kalo ini punya kamu nyimpannya yang bener nanti ketahuan lho".
Dengan gugup Astrid segera menyembunyikan VCD tersebut di kolong
kursinya, lalu segera menyalakan TV yang ternyata sedang menayangkan
adegan 2 orang pasangan yang sedang bersetubuh. Karena panik Astrid
tidak dapat mengganti gambar yang ada.Untuk menenangkannya tanpa
berpikir aku tiba-tiba nyeletuk.
"Emang kalian lagi nonton begini nggak ada yang tahu?".

Dengan muka memerah karena malu mereka menjawab secara bersamaan tapi
tidak kompak sehingga terlihat betapa paniknya mereka.
"Ehh.., kita lagi buat tugas biologi tentang reproduksi manusia", jawab
Astrid sekenanya. Dapat kulihat mimik mukanya yang ketakutan karena ia
duduk tepat di sampingku.
"Tugas biologi?, emangnya kalian ini kelas berapa sih?", tanyaku lagi.
"Kita udah kelas 3 SMP kok!", jawab Dini. Aku hanya mengangguk tanda
setuju saja dengan alasan mereka.
"Kenapa kalian nggak nyari model asli atau dari buku kedokteran?", tanyaku.
"Emang nyari dimana Kak?", tanya mereka bersamaan.
"Hi.., hi.., hi.., siapa aja.., kalo gue jadi modelnya mo dibayar
berapa?", tanyaku becanda.
"Emang kakak mau jadi model kita?", tanyanya.
Mendengar pertanyaan itu giliran aku yang menjadi gugup.
"Siapa takut!", jawabku nekat.

Ternyata, entah karena mereka sudah 'horny' gara-gara film BF yang
mereka tonton itu, Astrid segera mendekatiku dengan malu-malu.
"Sorry Kak boleh ya 'itunya' kakak Astrid pinjem", bisiknya.
Dengan jantung yang berdegup kencang aku membiarkan Astrid mulai membuka
retsleting celanaku dan terlihat penisku yang masih tergeletak lemas.
"Hmm.., emangnya orang rumah kamu pada pulang jam berapa?", tanyaku
mengurangi degup jantungku. Tanpa dijawab Astrid hanya memegangi penisku
yang mulai menegang.
"Kak, kalo cowok berdiri itu kayak gini ya?", tanyanya.
"Wah segini sih belum apa-apa", jawabku.
"Coba kamu raba dan elus-elus terus", jawabku.
"Kalo di film kok kayaknya diremas-remas terus juga dimasukin mulut
namanya apa sih?", tanyanya lagi.
Ketegangan penisku hampir mencapai maksimal.
"Nah ukuran segini biasanya cowok mulai dapat memulai untuk bersetubuh,
gimana kalo sekarang aku kasih tahu tentang alat kelamin wanita, Emm..,
vagina namanya", mintaku.

Tanpa banyak tanya ternyata Astrid segera melepaskan celananya sehingga
terlihat vaginanya yang masih ditutupi bulu-bulu halus, Astrid duduk di
sampingku sehingga dengan mudah aku mengelus-elus bibir vaginanya dan
mulai memainkan clitorisnya.
"Ahh.., geli.., Kak.., ahh.., mm..", rintihnya dengan mata yang terpejam.
"Ini yang namanya clitoris pada cewek (tanpa melepaskan jariku dari
clitorisnya) nikmat kan kalo aku beginiin", tanyaku lagi. Dan dijawab
dengan anggukan kecil.

Tiba-tiba Dini yang sudah telanjang bulat memasukkan penisku ke mulutnya.
"Kok kamu sudah tahu caranya", tanyaku ke Dini.
"Kan nyontoh yang di film", jawabnya.

Tiba-tiba terjadi gigitan kecil di penisku, tapi kubiarkan saja dan
mengarahkan tangan kiriku ke vaginanya sambil kuciumi dan kujilati
vagina Astrid. Vagina Astrid mulai dibasahi oleh lendir-lendir pelumas
yang meleleh keluar.
Tiba-tiba Astrid membisiku, "Kak ajarin bersetubuh dong..?".
"Wah boleh", jawabku sambil mencabut penisku dari mulut Dini.
"Tapi bakal sedikit sakit pertamanya, Trid. Kamu tahan yah..", bisikku.

Aku mengangkangkan pahanya dan memainkan jariku di lubang vaginanya agar
membiasakan vagina yang masih perawan itu. Dan aku pelan-pelan mulai
menusukkan penisku ke dalam liang vagina Astrid, walau susahnya setengah
mati karena pasti masih perawan. Ketika akan masuk aku segera mengecup
bibirnya, "Tahan ya sayang..".
"Aduh.., sakit..", teriaknya.
Kubiarkan penisku di dalam vaginanya, beberapa menit baru kumulai
gerakan pantatku sehingga penisku bergerak masuk dan keluar, mulai
terlihat betapa menikmatinya Astrid akan pengalaman pertamanya.
"Masih sakit nggak, Trid", tanyaku.
"mm.., nggak.., ahh.., ahh.., uhh.., geli Kak".

Hampir 30 menit kami bersetubuh dan Astrid mulai mencapai klimaksnya
karena terasa vaginanya basah oleh lendir.
"Kak Astrid pingin pipis!", tanyanya.
"Jangan ditahan keluarin aja", jawabku.
"Ah.., ahh.., emm.., e..mm", terasa otot vaginanya menegang dan meremas
penisku.
"Nah Trid kamu kayaknya udah ngerasain ejakulasi tuh".

Aku merebahkan tubuh Astid di sampingku dan segera menarik Dini yang
sedang onani sambil melihat film porno di TV.
"Sini kamu mau nggak?", tanyaku.
Tanpa banyak tanya Dini segera bergerak mendekatiku, kuhampiri dia dan
segera mengangkat kaki kirinya dan kumasukkan penisku ke vaginanya dan
tampaknya ia menahan sakit saat menerima hunjaman penisku di lubang
vaginanya sambil memejamkan matanya rapat-rapat, tapi sekian lama aku
mengocokkan penisku di vaginanya mulai ia merintih keenakan. Aku terus
melakukannya sambil berdiri bersender ke tembok.
"aahh.., Kak.., Dini.., Dini", jeritnya dan tiba-tiba melemas, ia sudah
kelur juga pikirku.

Aku bopong gadis itu ke kursi dan rupanya Astrid sudah di belakangku dan
menyuruhku duduk dan memasukkan penisku ke vaginanya dengan dibimbing
tangannya. Aku telah berganti tempat dan gaya, yang semua Astrid yang
memerintahkan sesuai adegan di film sampai akhirnya Astrid memberitahuku
bahwa ia akan keluar.
"Trid tahan yah.., aku juga udah mau selesai nih.., ahh.., aahh..,
croot.., creett.., creet", aku muntahkan beberapa cairan maniku di dalam
vaginanya dan sisanya aku semprotkan di perutnya.
"Enak.., yah Kak.., hanget deh memekku.., hmm.., ini sperma kamu?",
bisiknya dan kujawab dengan ciuman di bibirnya sambil kubelai seluruh
tubuh halusnya.

Setelah itu kami mandi membersihkan diri bersama-sama sambil kuraba
permukaan payudara Astrid yang kira-kira berukuran cukup besar untuk
gadis seusianya, karena terangsang mereka menyerangku dan memulai
permainan baru yang di sponsori gadis-gadis manis ini, yang rupanya
mereka telah cepat belajar.