Thursday 15 November 2007

Tetanggaku

Saya adalah seorang mahasiswa yang sedang pulang untuk liburan. Di suatu
hari yang cerah, saya sedang berbaring untuk mencoba tidur siang.
Ternyata ibu memanggilku dari luar. Segera saya beranjak dari tempat
tidur untuk menemuinya, dan ternyata ibu memintaku untuk mengantarkan
sebuah bungkusan untuk diserahkan ke teman arisannya. Tanpa banyak tanya
saya segera bergerak ke alamat yang dituju yang tidak berbeda jauh dari
rumahku. Sesampainya di sana aku melihat sebuah rumah yang besar dengan
arsitektur yang menawan.

Aku segera memijit bel di pintu pagar rumah tersebut. Tidak beberapa
lama keluarlah seorang gadis manis yang memakai kaos bergambar tweety
kedodoran sehingga tidak terlihat bahwa gadis itu memakai celana,
walaupun akhirnya saya melihat dia memakai celana pendek.

Singkat kata saya segera bertanya tentang keberadaan teman ibu saya.
"Hmm.., sorry nih, Ibu Raninya ada?, saya membawa kiriman untuk beliau",
tanyaku.
"Wah lagi pergi tuh, Kak.., Kakak siapa ya?", tanyanya lagi.
"Oh saya anaknya Ibu Erlin", jawabku.

Tiba-tiba cuaca mendung dan mulai gerimis. Sehingga gadis manis itu
mempersilakan saya masuk dahulu.
"Kakak nganterin apaan sih?", tanyanya.
"Wah.., nggak tahu tuh kayaknya sih berkas-berkas", jawabku sambil
mengikutinya ke dalam rumahnya.
"Memang sih tadi Mama titip pesen kalo nanti ada orang yang nganterin
barang buat Mama.., tapi aku nggak nyangka kalo yang nganter cowo
cakep!", katanya sambil tersenyum simpul.
Mendengar pernyataan itu saya menjadi salah tingkah.

Saat saya memasuki ruang tengah rumah itu, saya menjumpai seorang gadis
manis lagi yang sedang asyik nonton TV, tapi melihat kami masuk ia
seperti gugup dan mematikan TV yang ditontonnya.
"Ehmm.., Trid siapa sih?", tanya gadis itu.
"Oh iya aku Astrid dan itu temanku Dini, kakak ini yang nganterin
pesanan mamaku..", jawab gadis pemilik rumah yang ternyata bernama Astrid.
"Eh iya nama gue Ian", jawabku.

Tidak lama kemudian aku dipersilakan duduk oleh Astrid. Aku segera
mencari posisi terdekat untuk duduk, tiba-tiba saat aku mengangkat
bantal yang ada di atas kursi yang akan aku duduki aku menemukan sebuah
VCD porno yang segera kuletakkan di sebelahku sambil aku berkata, "Eh..,
kalo ini punya kamu nyimpannya yang bener nanti ketahuan lho".
Dengan gugup Astrid segera menyembunyikan VCD tersebut di kolong
kursinya, lalu segera menyalakan TV yang ternyata sedang menayangkan
adegan 2 orang pasangan yang sedang bersetubuh. Karena panik Astrid
tidak dapat mengganti gambar yang ada.Untuk menenangkannya tanpa
berpikir aku tiba-tiba nyeletuk.
"Emang kalian lagi nonton begini nggak ada yang tahu?".

Dengan muka memerah karena malu mereka menjawab secara bersamaan tapi
tidak kompak sehingga terlihat betapa paniknya mereka.
"Ehh.., kita lagi buat tugas biologi tentang reproduksi manusia", jawab
Astrid sekenanya. Dapat kulihat mimik mukanya yang ketakutan karena ia
duduk tepat di sampingku.
"Tugas biologi?, emangnya kalian ini kelas berapa sih?", tanyaku lagi.
"Kita udah kelas 3 SMP kok!", jawab Dini. Aku hanya mengangguk tanda
setuju saja dengan alasan mereka.
"Kenapa kalian nggak nyari model asli atau dari buku kedokteran?", tanyaku.
"Emang nyari dimana Kak?", tanya mereka bersamaan.
"Hi.., hi.., hi.., siapa aja.., kalo gue jadi modelnya mo dibayar
berapa?", tanyaku becanda.
"Emang kakak mau jadi model kita?", tanyanya.
Mendengar pertanyaan itu giliran aku yang menjadi gugup.
"Siapa takut!", jawabku nekat.

Ternyata, entah karena mereka sudah 'horny' gara-gara film BF yang
mereka tonton itu, Astrid segera mendekatiku dengan malu-malu.
"Sorry Kak boleh ya 'itunya' kakak Astrid pinjem", bisiknya.
Dengan jantung yang berdegup kencang aku membiarkan Astrid mulai membuka
retsleting celanaku dan terlihat penisku yang masih tergeletak lemas.
"Hmm.., emangnya orang rumah kamu pada pulang jam berapa?", tanyaku
mengurangi degup jantungku. Tanpa dijawab Astrid hanya memegangi penisku
yang mulai menegang.
"Kak, kalo cowok berdiri itu kayak gini ya?", tanyanya.
"Wah segini sih belum apa-apa", jawabku.
"Coba kamu raba dan elus-elus terus", jawabku.
"Kalo di film kok kayaknya diremas-remas terus juga dimasukin mulut
namanya apa sih?", tanyanya lagi.
Ketegangan penisku hampir mencapai maksimal.
"Nah ukuran segini biasanya cowok mulai dapat memulai untuk bersetubuh,
gimana kalo sekarang aku kasih tahu tentang alat kelamin wanita, Emm..,
vagina namanya", mintaku.

Tanpa banyak tanya ternyata Astrid segera melepaskan celananya sehingga
terlihat vaginanya yang masih ditutupi bulu-bulu halus, Astrid duduk di
sampingku sehingga dengan mudah aku mengelus-elus bibir vaginanya dan
mulai memainkan clitorisnya.
"Ahh.., geli.., Kak.., ahh.., mm..", rintihnya dengan mata yang terpejam.
"Ini yang namanya clitoris pada cewek (tanpa melepaskan jariku dari
clitorisnya) nikmat kan kalo aku beginiin", tanyaku lagi. Dan dijawab
dengan anggukan kecil.

Tiba-tiba Dini yang sudah telanjang bulat memasukkan penisku ke mulutnya.
"Kok kamu sudah tahu caranya", tanyaku ke Dini.
"Kan nyontoh yang di film", jawabnya.

Tiba-tiba terjadi gigitan kecil di penisku, tapi kubiarkan saja dan
mengarahkan tangan kiriku ke vaginanya sambil kuciumi dan kujilati
vagina Astrid. Vagina Astrid mulai dibasahi oleh lendir-lendir pelumas
yang meleleh keluar.
Tiba-tiba Astrid membisiku, "Kak ajarin bersetubuh dong..?".
"Wah boleh", jawabku sambil mencabut penisku dari mulut Dini.
"Tapi bakal sedikit sakit pertamanya, Trid. Kamu tahan yah..", bisikku.

Aku mengangkangkan pahanya dan memainkan jariku di lubang vaginanya agar
membiasakan vagina yang masih perawan itu. Dan aku pelan-pelan mulai
menusukkan penisku ke dalam liang vagina Astrid, walau susahnya setengah
mati karena pasti masih perawan. Ketika akan masuk aku segera mengecup
bibirnya, "Tahan ya sayang..".
"Aduh.., sakit..", teriaknya.
Kubiarkan penisku di dalam vaginanya, beberapa menit baru kumulai
gerakan pantatku sehingga penisku bergerak masuk dan keluar, mulai
terlihat betapa menikmatinya Astrid akan pengalaman pertamanya.
"Masih sakit nggak, Trid", tanyaku.
"mm.., nggak.., ahh.., ahh.., uhh.., geli Kak".

Hampir 30 menit kami bersetubuh dan Astrid mulai mencapai klimaksnya
karena terasa vaginanya basah oleh lendir.
"Kak Astrid pingin pipis!", tanyanya.
"Jangan ditahan keluarin aja", jawabku.
"Ah.., ahh.., emm.., e..mm", terasa otot vaginanya menegang dan meremas
penisku.
"Nah Trid kamu kayaknya udah ngerasain ejakulasi tuh".

Aku merebahkan tubuh Astid di sampingku dan segera menarik Dini yang
sedang onani sambil melihat film porno di TV.
"Sini kamu mau nggak?", tanyaku.
Tanpa banyak tanya Dini segera bergerak mendekatiku, kuhampiri dia dan
segera mengangkat kaki kirinya dan kumasukkan penisku ke vaginanya dan
tampaknya ia menahan sakit saat menerima hunjaman penisku di lubang
vaginanya sambil memejamkan matanya rapat-rapat, tapi sekian lama aku
mengocokkan penisku di vaginanya mulai ia merintih keenakan. Aku terus
melakukannya sambil berdiri bersender ke tembok.
"aahh.., Kak.., Dini.., Dini", jeritnya dan tiba-tiba melemas, ia sudah
kelur juga pikirku.

Aku bopong gadis itu ke kursi dan rupanya Astrid sudah di belakangku dan
menyuruhku duduk dan memasukkan penisku ke vaginanya dengan dibimbing
tangannya. Aku telah berganti tempat dan gaya, yang semua Astrid yang
memerintahkan sesuai adegan di film sampai akhirnya Astrid memberitahuku
bahwa ia akan keluar.
"Trid tahan yah.., aku juga udah mau selesai nih.., ahh.., aahh..,
croot.., creett.., creet", aku muntahkan beberapa cairan maniku di dalam
vaginanya dan sisanya aku semprotkan di perutnya.
"Enak.., yah Kak.., hanget deh memekku.., hmm.., ini sperma kamu?",
bisiknya dan kujawab dengan ciuman di bibirnya sambil kubelai seluruh
tubuh halusnya.

Setelah itu kami mandi membersihkan diri bersama-sama sambil kuraba
permukaan payudara Astrid yang kira-kira berukuran cukup besar untuk
gadis seusianya, karena terangsang mereka menyerangku dan memulai
permainan baru yang di sponsori gadis-gadis manis ini, yang rupanya
mereka telah cepat belajar.

No comments: