Monday 5 January 2009

ABG

Aku kuliah di suatu perguruan tinggi swasta di Malang, yang mana
cerita berawal dari Perkenalanku dengan seorang gadis SMU, gadis ini
bernama Naning (panggilannya). Kuakui sangat cantik sekali karena
yang kutahu banyak sekali yang suka dengannya. Perkenalanku dengannya
berlanjut sampai aku mendekatinya, setelah kutahu dia sudah memiliki
pacar. Tapi dalam kamusku aku harus bisa mendapatkannya, karena aku
sudah terlampau jauh dan tidak ingin kehilangan dia. Namanya otak
kotor sudah banyak sekali di otakku, maka dia kuhasut untuk
meninggalkan pacarnya. Tapi namanya mungkin keberuntunganku dia
ternyata meninggalkan sang pacar.

Berawal setelah meninggalkan pacarnya, dia sudah dekat denganku dan
dalam genggamanku. Berjanji ketemu di rumahnya setelah pulang
sekolah, dia kujemput untuk kuajak ke kontrakanku. Setelah sampai di
rumahku, kami langsung menuju kamarku untuk bercerita masalah-masalah
yang dialaminya. Setelah beberapa waktu kami bercerita, tanpa
disadari aku menatap buah dadanya yang begitu padat yang membuat
pikiran kotorku mulai bekerja. Kulit putih tinggi semampai selalu
menggerogoti otakku untuk menyentuhnya. Aku takut untuk memulainya,
tapi dia mulai berkata, “Mas… kalau di rumah ngapain aja?” tanyanya
sambil menatap mataku. Yang kutahu matanya itu memiliki magnet yang
sangat besar untuk menarikku. Aku menjawab, “Yaa.. pulang kuliah
langsung tidur lagi,” kataku sambil aku mendekat untuk mencium harum
tubuhnya. Rupanya entah kenapa nafsuku sudah tak bisa aku bendung,
aku makin mendekat. Naning merasa kudekati dan berkata, “Mas kok
gelisah sekali sih?” Aku menjawab sambil menahan, “Si Dul berganti
posisi duduk.”

Tanpa kusadari Naning melihat ke arah “Dul” punyaku, langsung
berkata, “Ehh.. itu Mas kok keliatan?” Aku malu, tapi dia tertawa.
Karena sudah ketahuan aku mendekatinya dan langsung kusergap bibirnya
yang merah ranum, rupanya dia juga merasakan apa yang kurasakan.
Tanpa basa-basi kami sudah larut dalam ciuman yang sangat panjang.
Tanganku mulai meraba kedua buah dadanya yang padat, dan tangan
satunya ke arah kepala membelai rambutnya yang hitam panjang. Merasa
sesuatu ada yang menyentuh buah dadanya, Naning mulai mengeluarkan
suara yang kurasa adalah kenikmatannya. Aku tidak berhenti melakukan
gerilya di sekujur tubuhnya, sampai aku membuka satu persatu
pakaiannya. Dari baju kubuka terlihat buah dada yang padat berisi
ditutupi oleh kutang berwarna merah muda, kedua tanganku beralih ke
belakang tubuhnya untuk melepas BH-nya, karena aku sudah tidak tahan
lagi untuk menjilati buah dadanya.

Setelah terlepas, aku hanya bergumam dalam hati, wah ini baru namanya
buah dada, putingnya yang merah muda kecil yang seperti buah cerry
langsung kulumat. Naning langsung menjerit seakan terbang ke awan.
Wajahku bergantian ke kanan dan ke kiri untuk melumat buah dadanya.
Sampai akhirnya aku memutuskan untuk membuka celana jeans-nya. Aku
takut juga, dikira laki-laki kurang ajar, namanya otak kotor, ya aku
langsung saja melepas kancing celananya dan dia meneruskan membuka
celananya. Jantungku berhenti sejenak untuk menyaksikan kulit putih
yang ada di hadapanku, sekali lagi aku bergumam, aduh mulusnya tubuh
putih ini. Tanpa pikir panjang aku langsung membuka seluruh
pakaianku. Dia berkata, “Cepet Mas… aku udah gak tahan!” dengan
nafas terputus-putus. Membuatku sedikit tergesa-gesa melepaskan
pakaianku, mungkin dia tidak ingin melepaskan kenikmatan yang baru
didapat. Dia terkejut melihat si “Dul” punyaku yang besar sekali,
sambil berkata, “Wahh.. Mas.. kok besar sekali?” Aku menjawab, “Akh
masa sich?” sambil aku menindihkan tubuhku di tubuhnya.

Disambut dengan kecupan bibir mungilnya, aku mulai kembali melakukan
agresi ke bagian kemaluannya yang berbulu tipis lembut. Jariku mulai
mengarah ke rerumputan di sekitarnya dan kulihat matanya berkedip-
kedip menahan nikmat yang dirasakan. Pinggulnya mulai bergoyang ke
kiri dan ke kanan seakan ingin mengarahkan jari-jariku untuk masuk ke
tempat yang lebih dalam. Begitu jariku mulai meniti ke arah yang
lebih dalam, kurasakan jariku basah oleh cairan yang aku sendiri tak
tahu. Mungkin itulah kesimpulanku adalah cairah dimana seorang wanita
mulai terangsang. Semakin lama aku bermain, semakin dia bergerak
lebih agresif dengan mengepitkan kedua pahanya dan tanganku kurasakan
tak dapat bergerak oleh hempitan kedua pahanya yang sangat mulus.
Hingga saat yang tak kuduga dia mengeluarkan suara tersendat-sendat
dengan seluruh tubuh mengejang. Naning berkata, “Akh… Masss… aku
keluarrr…” dengan ucapan yang tak ada hentinya dan kata terakhir
yang panjang, “Aaahhh…” dan seluruh tubuhnya mulai melemah.

Aku tak mau kalah dengan situasi seperti ini, karena akulah yang
ingin sekali merasakan kenikmatan tubuh mulusnya itu. Dengan
senjataku yang telah siap untuk mencari mangsa dan siap untuk diberi
tugas. Dengan mata yang tegang dia melihat ke arah “Dul”-ku, seperti
ingin melahap apa yang ada di hadapannya. Naning bergumam, “Mas.. kok
besar sekali?” seperti orang terkejut. Aku tak ambil pusing mau besar
atau kecil langsung kutancap gas saja, secara perlahan mulai
kuarahkan “Dul”-ku ke kemaluannya, tapi aku susah sekali untuk
memulai karena mungkin baru pertama kali ini dia melakukan
berhubungan layaknya suami istri. Kubuka kedua belah kakinya sehingga
tampaklah sosok yang belum pernah kulihat. Akhirnya dia yang
mengarahkan senjataku untuk masuk ke kemaluannya. Sedikit demi
sedikit kutekan secara perlahan dan dia mengeluarkan desisan yang
membuat badanku seperti bersemangat. Dengan bibir digigit dia menahan
rasa, entah sakit atau kenikmatan tapi yang kutahu dia mengeluarkan
kata “Ssttt… aaakkkhh… terus Mass…” begitu terus, sampai kata-
katanya berlanjut dengan… “Aku pingin yang lama Mass…”
permintaannya harus kupenuhi dan aku juga tak ingin membuang-buang
kesempatan seperti ini.

Dengan kedua tangannya di punggungku, dia melakukan gerakan-gerakan
yang membuat permainan ini semakin terasa nikmat. Aku makin
bersemangat bergerak maju dan mundur secara perlahan-lahan, semakin
terasa “Dul”-ku mudah melakukan gerakan maju-mundur di dalam
vaginanya, maka semakin kencang dan nikmat aku beradu untuk mencapai
kenikmatan yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Setelah beberapa
saat aku merubah gaya bermainku dengan kedua kakinya kuangkat tinggi
di bahuku. Dan permainan berlanjut dengan desahan-desahan nikmat.
Kuperhatikan wajahnya sepperti menahan sakit atau apa, kedua
tangannya menggenggam seprai kasur dan kepalanya ke kiri dan ke kanan
sambil mengeluarkan kata-kata yang tak menentu, “Aaakkhhh… Masss…
jangannn… di… lepass… yang kuattt.. Mass… aaahhkk… akuuu…
udahh… gaakkk.. tahaann nihh… aduhh.. Mass… enakk Mas…” dan
dia mengecupkan bibirnya di keningku. Keringat mulai keluar di
sekujur tubuhku dan dia tak kuhitung berapa kali si “Dul” keluar
masuk ke vaginanya. Tanganku yang tak pernah berhenti memutar,
menekan dan meremas buah dadanya bahkan sekali-kali aku melumatnya
dengan nafsu yang membara, dia pun setengah berteriak, “Aahk..
Maass… uuhggk… Masss.. eemmmhhhh…” begitu seterusnya.

Dan aku merasakan ada sesuatu yang menjepit keras di kemaluanku,
rupanya dia sudah akan mencapai puncaknya. “Aaahhkk… Mas… aku..
keluar Mas.. aaahhhkk… uuughh.. Maaas..!” sambil memeluk erat
tubuhku dan terasa kuku-kukunya mencabik pundakku. Aku hanya mendesis
sejenak, setelah dia sudah keluar, aku mulai dengan kegiatanku
semula. Secara perlahan aku mulai menggoyangkan pinggulku maju-mundur
secara teratur, dia merasakan kesakitan atau kenikmatan aku tak tahu,
yang jelas dia ingin ekali lagi mengulanginya. Aku menyuruhnya
berganti posisi. Dia sekarang berada di atasku dan kulihat “Dul”-ku
masih berdiri tegak menanti adanya sentuhan halus bulunya. Kedua
kakiku kuluruskan, Naning mulai dengan membengkangkan kedua pahanya
dan tangannya meraih “Dul”-ku dan memasukkan ke dalam
vaginanya. “Blep…” begitulah kira-kira antara pertemuan dua
kemaluan yang sangat cocok sekali seperti mur dan baut.

Dengan perlahan dia menggoyangkan pinggulnya ke atas dan
bawah, “Aaahhkk… eeemmhhh… enaknyaa Mas…” sambil kedua tanganku
membelai kedua buah dadanya dan sekali-kali kulumat salah satu dari
buah dadanya itu. Rupanya Naning merasakan lain dari yang pertama
yang dirasakannya. Ini kulihat dia lebih bersemangat dengan
menggoyangkan pinggulnya yang indah bagaikan body gitar. Aku mulai
tidak tahan dengan irama permainannya yang sungguh nikmat sekali.
Tangannya menarik kepalaku dan menyuruhnya mencium buah dadanya, aku
menurut saja apa yang ingin dia lakukan dan itu rupanya berhasil.
Sampai saatnya aku akan ejakulasi, kuberi tanda kepada Naning bahwa
aku akan keluar. Naning pun tak ingin menyia-nyiakan usahanya untuk
mencapai orgasme lagi dan berucap,
“Ssst.. aaahk… Mas.. bareng yaa… aku juga akan keluar… teruss..
Mas cium teruss.. Mass… aahhkk…”
Sambil aku berhitung, “Satu…”
“Aaahkk…” ucapnya.
“Dua…”"Uuughh Masss… iiyaa… Masss.. aakuu.. aaakkhh…”"Tiii…
gaaa…”
Kami bersama-sama mengeluarkan kata, “Aaahkkggk…” dan berpelukan
erat sekali seperti tak ingin menyiakannya, si “Dul” memuntahkan
laharnya. Naning masih terus menggoyangkan pinggulnya.

Sampai akhirnya kami lemas terkulai berdua, dan setelah itu dia
menciumku dengan penuh rasa sayang. “Wah.. Mas.. kamu hebat sekali
yaa… seperti berpengalaman saja.” Aku hanya menjawab, “Enggak
ah…” dan hari-hari selanjutnya kami selalu menghabiskan waktu
berdua. Tanpa ada hambatan aku melakukannya dimana saja, kapan saja,
kalau ada kesempatan kami melakukan di rumahku atau di rumahnya.

No comments: