Monday 5 January 2009

Goyangan Vinda

gue diundang ke suatu pesta anak-anak muda
kalangan the have. Pestanya diadakan di suatu villa di Curug Sewu, di kaki
gunung Salak, jalan masuknya cuma buat satu mobil. Kebetulan gue dan temen gue
Ferry dateng yang paling belakang dan gue nggak nyangka waktu gue lihat
mobil-mobil yang parkir di situ . Opel Blazer DOHC gue ternyata yang paling
murah !!
Kita berdua langsung masuk ke villa yang paling besar, di sana sudah ada
beberapa orang tamu . cowok cewek, semuanya anak muda dengan dandanan yang
keren. Ferry langsung ngenalin gue ke tuan rumahnya, dia cewek dengan tubuh yang
aduhai . umurnya kurang lebih 26 tahun, namanya Elena. Menurut Ferry, dia adalah
anak seorang bankir di Jakarta.
Nggak lama kemudian, Elena ngebuka acara hura-hura ini .. Sambil makan Ferry
bilangin gue kalau nanti jangan kaget, dengan bisik-bisik dia bilang, “Ndra,
coba elo itung jumlah cowok sama ceweknya sama nggak ?”. Selintas gue hitung dan
ternyata jumlahnya nggak jauh beda, gue langsung nanya, “Emangnya kenapa Fer ?”.
Temen gue ini nyahutin dengan tenang, “Tenang aja Ndra, pokoknya elo puas lah
!”. Sehabis makan, gue nyari kenalan buat ngobrol dan ada seorang cewek yang
menarik perhatian gue.
Nama cewek ini, Vinda . tingginya sekitar 158 cm, kulitnya putih dengan rambut
sebahu. Dia memakai kaos yang ketat dengan belahan di dada yang cukup menantang
kejantanan gue, buah dadanya nggak terlalu besar tapi bentuknya bagus. Yang
paling bikin gue penasaran adalah pandangan matanya yang memperlihatkan hasrat
bercinta. Untuk beberapa saat, kita berdua ngobrol kesana kemari . dan akhirnya
gue tahu kalau dia baru berumur 22 tahun dan masih kuliah di suatu perguruan
tinggi di daerah Kalibata.
Nggak berapa lama, suara musik disco berkumandang dan Elena berteriak lewat
mike, “Dancing time, guys !!”. Dan beberapa orang langsung turun berjoget, gue
nggak tahan juga akhirnya . gue tarik Vinda turun ke lantai dansa. Ternyata dia
seorang pe-disco yang hot, gerakan-gerakan tubuhnya bener-bener membangkitkan
kejantanan gue. Beberapa kali buah dadanya di tempel dan digoyang-goyangkan di
dada gue dengan sengaja, seolah nantang gue. Kurang lebih 1 jam kita berjoget,
akhirnya kita mutusin untuk break dulu. Gue nawarin dia mau minum apa dan dia
nyahut dengan nakal, “Gimana kalau whisky cola aja ?”. Wah, gile juga nih cewek
. abis kita minum-minum, ternyata lagunya diganti jadi slow and romantic dan
Vinda langsung narik gue balik melantai. Dia langsung meluk gue . buah dadanya
langsung terhimpit diantara kita berdua, dan membuat kemaluan gue menegang. Gue
pikir si Vinda pasti ngerasa juga nih .. Akhirnya gue beraniin nyium belakang
telinganya dan gue terusin ke lehernya, udah itu tangan kanan gue meremas dengan
pelan pantatnya yang berisi dan Vinda cuma menggumam nikmat. Gerakan itu gue
ulang beberapa kali, dan terasa desah nafasnya makin keras . akhirnya Vinda
nggak tahan, bibir gue langsung di kulumnya . gue ngerasain lidah kita beradu.
Buat makin ngerangsang, gue gesek-gesek kemaluannya pakai tangan gue.
Lagi enak-enaknya kita ciuman, tahu-tahu musik di balikin lagi jadi disco .
bubar deh, rangsangan-rangsangan yang gue buat tadi. Sementara gue sama Vinda
nge-slow dance, rupanya makin banyak minuman keras yang beredar. Nggak lama ada
seorang cewek naik ke atas meja dan ngejoget dengan gerakan-gerakan yang hot,
dan lagi-lagi Elena berteriak lewat mikenya DJ, “It’s free time . hey, Finny .
show your naked body !”. Dan cewek yang lagi joget diatas meja tadi langsung
ngelepasin blusnya dan disusul dengan BHnya, cowok-cowok langsung
bertepuk-tangan dan bersuit-suit, sementara cewek-ceweknya berteriak histeris.
Beberapa diantara mereka langsung mengadakan gerakan-gerakan sex foreplay. Dalam
hati gue berteriak, “Damn, ini yang dimaksud sama Ferry tadi !”.
Akhirnya perhatian gue balik ke Vinda lagi, yang sebelumnya gue peluk dari
belakang . gue cium tengkuknya yang putih, yang dipenuhi dengan bulu-bulu halus
dan tangan gue mulai masuk ke balik kaosnya mencari buah dadanya. Waktu gue
mulai meremas buah dadanya, Vinda cuma menggeliat senang di pelukan gue, dan dia
berusaha masukin tangannya ke celana gue. Sesaat kemudian, dia berbisik, “Ndra,
fuck me please . gue udah nggak tahan nih !”, udah itu si Vinda narik gue ke
salah satu kamar di lantai dua.
Begitu pintu ketutup, Vinda langsung meluk dan bibirnya langsung melumat bibir
gue dan tangannya langsung ngelepasin ikat pinggang dan celana gue, setelah itu
dengan nggak sabar dia melorotin celana dalam gue. Akhirnya kontol gue yang udah
berdiri dari tadi nongol keluar dan Vinda dengan sigap menggenggam kontol gue
dan diarahin ke mulutnya. Dalam sekejap kontol gue setengahnya udah masuk
mulutnya, sementara itu gue ngelepasin kemeja dan gue ngerasain nikmatnya kontol
dihisap dan diemut. Sambil ngebungkuk, gue ngebukain kaos sama BHnya Vinda,
ternyata badannya bener bener putih mulus, teteknya bulat penuh dengan puting
yang berwarna merah tua dan si Vinda masih ngemut dan ngisep kontol gue dengan
bernafsu.
Setelah gue pikir dia cukup ngisepin kontol gue, si Vinda gue bimbing dan gue
celentangkan di ranjang. Sesudah itu gue bukain rok dan celana dalamnya, gue
ngeliat bibir kemaluannya tidak ditutupi jembut sama sekali. Ketika jari gue
mulai masuk ke vaginanya, gue ngerasa vaginanya mulai basah. Sementara itu,
mulut dan lidah gue mulai bermain-main di teteknya, putingnya adalah sasaran
yang menggairahkan dan tangan gue yang satu nggak ketinggalan mulai
ngeremas-remas teteknya yang mulai mengeras. Si Vinda cuma mendesah-desah dan
menggeliat merasakan nikmatnya jari dan kecupan gue, tangannya cuma bisa
menarik-narik rambut gue.
Pelan-pelan jari gue bergerak makin dalam dan akhirnya tersentuhlah clitorisnya,
langsung aja si Vinda mendesah, “Uhghh, Ndra . lagii, emmhh” dan bibir gue
ngerasain teteknya makin tegang. Kecupan dan jilatan lidah gue akhirnya
menjelajahi kedua teteknya dan lembah diantaranya, dan jari-jari gue tetap
ngemainin clitorisnya yang membuat Vinda makin menggelinjang-gelinjang dan
desahannya makin keras, “Ohhh, Ndra .. Ufhh, oohhh”. Memeknya terasa makin basah
dan bibir vaginanya makin menggembung, tanda nafsu birahinya makin menggelora.
Akhirnya, gue ngambil posisi 69, kontol gue jatuh diatas mulutnya dan mulut gue
mulai bekerja dengan mengecup bibir vaginanya. Makin lama gue tambah kekuatan
kecupan gue, makin lama dan makin kuat, sekali-kali lidah gue mendesak masuk
kesisi dalam dari vaginanya. Si Vinda hanya bisa menggelinjang dan mengangkat
pinggulnya, karena mulutnya lagi sibuk ngisep kontol gue. Nggak lama dia
ngelepasin kontol gue dan ngejerit, “Ndra, fuck me .. please, gue nggak tahan
lagi, please !”. Gue putar badan dan Vinda langsung ngebuka selangkangannya,
dengan dua jari gue buka memeknya yang sudah menggembung itu dan gue
gesek-gesekan kepala kontol gue ke bibir vaginanya bagian dalam. Si Vinda makin
menggelinjang dan mendesah-desah, setelah itu gue masukin setengah kontol gue ke
memeknya dan gue goyang maju mundur tapi gue jaga cuma setengah kontol gue yang
masuk. Nggak lama Vinda ngejerit lagi, “Ndra . ayo masukin kontol elo semuanya .
yang dalem Ndra .”. Tapi gue cuekin aja permintaannya itu, karena gue pingin
ngebuat dia makin terangsang. Cuma kepala kontol gue yang bersenggolan sama
selaput dara dan kadang-kadang gue ngerasain clitorisnya di ujung kontol gue,
sementara itu goyangan gue makin cepat dan membuat Vinda makin terangsang. Si
Vinda makin nggak tahan untuk dientot, “Indra . ayo dong . entot gue .emmhh,
masukin yang dalem Ndra .” bujuknya manja. “Ok, kalau elo mau ngerasain
panjangnya kontol gue, kita ganti posisi aja”.
Udah itu, gue ngambil posisi duduk selonjor dan si Vinda gue suruh berjongkok
menghadap ke gue. Langsung aja kontol gue digenggamnya dan diarahin ke memeknya,
udah itu dia ngedudukin pinggul gue dan kontol gue langsung terbenam di memeknya
yang basah lembab itu. “Ok, Vin . sekarang elo goyang pelan pelan naik turun,
gimana ?” dan dia nyahut, “Ndra, kontol elo bener-bener fit di memek gue . emmm,
ufhhh “. Terusnya Vinda bergerak naik turun seperti orang naik kuda, gesekan
kontol gue dan memeknya memberikan kenikmatan yang luar biasa, makin lama
gerakannya makin cepat dan desahannya juga makin keras, “Oghhh .. Ohhhh, emmm
… ufghh”. Dan gue juga ngerasain kontol gue dialirin cairan vagina yang makin
banyak. Sementara itu, tangan gue mengelus-elus punggungnya dan meremas
teteknya, gerakan teteknya yang seirama dengan naik turun badannya benar benar
sensual. Kurang lebih setengah jam si Vinda berkuda diatas kontol gue, dia
ngejerit kecil, “Ndra . ughhhh .. gue orgasme .. Ohhh, ohhh” dan tiba tiba aja
badannya menegang dan dijatuhkannya ke badan gue, dan gue juga ngerasain kontol
gue bener bener basah sama cairan vagina.
Si Vinda gue rebahin di pinggir ranjang dan gue berdiri di atas lutut gue,
setelah itu gue buka kedua pahanya yang putih itu dan gue masukin lagi kontol
gue ke memeknya. Gue senderin kedua kaki Vinda ke badan gue dan sambil meganin
kedua kakinya, gue mulai ngegoyangin pinggul gue maju mundur. Gue bilang ke
Vinda, “Sekarang giliran gue .”. Awalnya gue goyang dengan lambat dan makin lama
makin cepat, gue ngerasain kenikmatan yang diberikan memeknya si Vinda.
Sementara itu, si Vinda cuma bisa melenguh, “Uhhhg . ohhhh . lagi Ndra . uufhh”
dan meremas-remas teteknya sendiri sambil menggelinjang-gelinjang. Nggak lama,
gue turunin frekuensi goyangan gue . jadi gue bisa sambil nyiumin betisnya
Vinda. “Ndra . ohhg, masukin yang dalem . uuhhhpp” dan gue sahutin, “OK,
sekarang lingkarin kaki elo di pinggang gue, gue akan tancepin dalem-dalem
kontol gue”. Si Vinda nurut dan gue tarik kontol gue pelan-pelan setelah itu gue
masukin lagi secepat mungkin dengan tenaga penuh, jadi gue masukin kontol gue
dengan sentakan-sentakan bertenaga. Vinda cuma bisa menjerit setiap kali kontol
gue memasuki memeknya, “Oohhh . uuhhhpp … uuhhhpp . Ndra . lagiii . ohhh .
gilaa . ouchh . “. Kedua tangannya merenggut seprei keras-keras, karena dia
merasakan sedikit rasa sakit yang bercampur kenikmatan yang luar biasa, dan
Vinda memejamkan matanya, suatu tanda dia bener-bener menikmati kontol gue.
Nggak lama kemudian gue ngerasain kedua pahanya menegang dan menjepit pinggang
gue dengan keras, demikian juga dengan badannya yang menegang dan punggungnya
terangkat dari tempat tidur, membuat teteknya makin menonjol. Akhirnya dia
menjerit lagi, “Ouchhh . Ndra .. Gue orgasm lagi .. Ouchh” dan gue rebahin badan
gue di atas badannya sambil gue ciumin leher, telinga dan teteknya yang
menggelembung keras. Kemudian gue suruh dia untuk terlentang di tengah ranjang.
Sambil gue remas teteknya, gue bisikin dia, “Satu session lagi yaa .” dan dia
menyahut, “Elo bener-bener ngebuat gue gila Ndra”. Dengan lutut gue, gue buka
lagi kedua pahanya dan untuk ke sekian kalinya kontol gue masuk lagi di
memeknya. Gue rebahin badan gue menimpa badannya Vinda dan gue ngerasain kedua
teteknya di dada gue, sementara itu kedua tangan Vinda memeluk tubuh gue dengan
erat. Gue cium bibirnya, sehingga kita kembali merasakan lidah-lidah yang beradu
dan gue mulai menggoyangkan pinggul gue naik turun. Dua puluh menit kemudian,
Vinda mulai menggelinjang dengan liar di bawah badan gue dan gue merasakan
kenikmatan yang lain yaitu tetek-teteknya makin bergesekan dengan dada gue.
Setelah itu gue makin mempercepat goyangan dan Vinda mulai mendesah-desah lagi,
“Ohhg .. Ufhhp”, nggak lama kemudian dia menjerit, “Ndra, gue mau orgasm lagi .
ouchhh”. Terus gue bilang, “Tahan bentar Vin, gue juga mau keluar nih” dan makin
gue percepat goyangan gue. Akhirnya Vinda menjerit kecil, “Ndra .. Gue orgasm .
ohhh” dan guepun nggak tahan lagi. Badan kita berdua menegang dan untuk meredam
jeritan Vinda, gue bungkam bibirnya dengan ciuman. Setelah itu gue merasakan
gerakan air mani di dalam kontol gue yang berarti sebentar lagi air mani gue
menyembur keluar dan dengan sigap gue keluarin kontol gue dari memeknya Vinda.
Akhirnya air mani gue muncrat keluar tepat di atas dada Vinda dan dia membantu
ngurutin kontol gue, supaya tidak ada mani yang ketinggalan. Kemudian Vinda
mulai menjilati kontol gue dan akhirnya diemut untuk dibersihkan. Setelah itu
kita berdua tidur berpelukan kelelahan dengan rasa puas yang tak segera hilang.
Minggu siang, kita berdua kembali ke Jakarta dan gue menghabiskan malam Senin
itu di apartemen Vinda di bilangan Prapanca. Kita berdua bersetubuh lagi dengan
nafsu yang menggelora. Karena Senin itu gue harus kerja, gue tinggalin Vinda
yang masih tidur telanjang dengan pulas. Gue tinggalin pesen di meja riasnya
“Vin, thanks .

No comments: