Monday 5 January 2009

Pelajaran dari tante Ina

Ketika itu aku baru berumur 12 tahun, sebagai anak tunggal. Sewaktu orang tuaku
sedang pergi keluar negeri. Teman baik ibuku, Tante Ina, yang berumur 26 tahun,
diminta oleh orang tuaku untuk tinggal dirumah menjagaiku. Karena suaminya harus
keluar kota, Tante Ina akan menginap dirumahku sendirian. Tante Ina badannya
agak tinggi, rambutnya dipotong pendek sebahu, kulitnya putih bersih, wajahnya
ayu, pakain dan gayanya seksi. Tentu saja saya sangat setuju sekali untuk
ditemani oleh Tante Ina.
Biasanya, setiap ada kesempatan aku suka memainkan kemaluanku sendirian. Tapi
belum pernah sampai keluar, waktu itu aku masih belum mengerti apa2, hanya
karena rasanya enak. Mengambil kesempatan rumah lagi kosong dan Tante Ina juga
belum datang. Setelah pulang sekolah, aku kekamar tidurku sendirian me-mijit2
kemaluan ku sembari menghayalkan tubuh Tante Ina yang seksi. Kubayangkan seperti
yang pernah ku lihat di majalah porno dari teman2 ku disekolah. Selagi asyiknya
bermain sendirian tanpa ku sadari Tante Ina sudah tiba dirumahku dan tiba2
membuka pintu kamar ku yang lupa ku kunci.
Dia sedikit tercengang waktu melihat ku berbaring diatas ranjang telanjang
bulat, sembari memegangi kemaluan ku yang berdiri. Aduh malunya setengah mati,
ketangkap basah lagi mainin burung. Segera ku tutupi kemaluan ku dengan bantal,
wajahku putih pucat. Melihat ku ketakutan, Tante Ina hanya tersenyum dan berkata
“Eh, kamu sudah pulang sekolah J.D., Tante juga baru saja datang”. Aku tidak
berani menjawabnya. “Tidak usah takut dan malu sama Tante, itu hal biasa untuk
anak2 mainin burung nya sendiri” ujarnya. Aku tetap tidak berani berkutik dari
tempat tidur karena sangat malu. Tante Ina lalu menambah, “Kamu terusin saja
mainnya, Tante hanya mau membersihkan kamar kamu saja, kok”. “Tidak apa2kan
kalau Tante turut melihat permainanmu”, sembari melirik menggoda, dia kembali
berkata “Kalau kamu mau, Tante bisa tulungin kamu, Tante mengerti kok dengan
permainanmu J.D.”, tambahnya sembari mendekatiku. “Tapi kamu tidak boleh bilang
siapa2 yah, ini akan menjadi rahasia kita berdua saja”. Aku tetap tidak dapat
menjawab apa2, hanya mengangguk kecil walaupun aku tidak begitu mengerti apa
maksudnya.
Tante Ina pergi kekamar mandi mengambil Baby Oil dan segera kembali kekamarku.
Lalu dia berlutut dihadapan ku. Bantalku diangkat per-lahan2, dan saking
takutnya kemaluan ku segera mengecil dan segera ku tutupi dengan kedua telapak
tangan ku. “Kemari dong, kasih Tante lihat permainanmu, Tante janji akan
ber-hati2 deh”, katanya sembari membujukku. Tangan ku dibuka dan mata Tante Ina
mulai turun kebawah kearah selangkanganku dan memperhatikan kemaluan ku yang
mengecil dengan teliti. Dengan per-lahan2 dia memegang kemaluan ku dengan kedua
jarinya dan menuruni kepalanya, dengan tangan yang satu lagi dia meneteskan Baby
Oil itu dikelapa kemaluan ku, senyumnya tidak pernah melepaskan wajahnya yang
cantik. “Tante pakein ini supaya rada licin, kamu pasti suka deh” katanya
sembari mengedipkan sebelah matanya.
Malunya setengah mati, belum ada orang yang pernah melihat kemaluan ku, apa lagi
memegangnya. Hatiku berdebar dengan kencang dan wajahku merah karena malu. Tapi
sentuhan tangannya terasa halus dan hangat. “Jangan takut J.D., kamu rebahan
saja”, ujarnya membujuk ku. Setelah sedikit tenang mendengar suaranya yang halus
dan memastikan, aku mulai dapat menikmati elusan tangannya yang lembut.
Tangannya sangat mahir memainkan kemaluanku, setiap sentuhannya membuat kemaluan
ku bergetar dengan kenikmatan dan jauh lebih enak dari sentuhan tanganku
sendiri. “Lihat itu sudah mulai membesar kembali”, kemudian Tante Ina melumuri
Baby Oil itu keseluruh batang kemaluan ku yang mulai menegang dan kedua bijinya.
Kemudian Tante Ina mulai mengocokin kemaluan ku digenggamannya per-lahan2 sambil
membuka lebar kedua pahaku dan mengusapi biji ku yang mulai panas membara.
Kemaluan ku terasa kencang sekali, berdiri tegak seenaknya dihadapan muka Tante
Ina yang cantik. Perlahan Tante Ina mendekati mukanya kearah selangkangan ku,
seperti sedang mempelajarinya. Terasa napasnya yang hangat berhembus dipaha dan
dibijiku dengan halus. Aku hampir tidak bisa percaya, Tante Ina yang baru saja
ku khayalkan, sekarang sedang berjongkok diantara selangkanganku.
Setelah kira2 lima menit kemudian, aku tidak dapat menahan rasa geli dari godaan
jari2 tangannya. Pinggulku tidak bisa berdiam tenang saja diranjang dan mulai
mengikuti setiap irama kocokan tangan Tante Ina yang licin dan berminyak. Belum
pernah aku merasa seperti begitu, semua kenikmatan duniawi ini seperti berpusat
tepat di-tengah2 selangkanganku. Mendadak Tante Ina kembali berkata ” Ini pasti
kamu sudah hampir keluar, dari pada nanti kotorin ranjang Tante hisap saja yah”.
Aku tidak mengerti apa yang dia maksud. Dengan tiba2 Tante Ina mengeluarkan
lidahnya dan menjilat kepala kemaluan ku lalu menyusupinya perlahan kedalam
mulutnya.
Hampir saja aku melompat dari atas ranjang. Karena bingung dan kaget, aku tidak
tahu harus membikin apa, kecuali menekan pantatku keras kedalam ranjang.
Tangannya segera disusupkan kebawah pinggulku dan mengangkatnya dengan perlahan
dari atas ranjang. Kemaluanku terangkat tinggi seperti hendak diperagakan
dihadapan mukanya. Kembali lidahnya menjilat kepala kemaluan ku dengan halus,
sembari me-nyedot kedalam mulutnya. Bibirnya merah merekah tampak sangat seksi
menutupi seluruh kemaluan ku. Mulut dan lidahnya terasa sangat hangat dan basah.
Lidahnya dipermainkan dengan sangat mahir. Matanya tetap memandang mataku
seperti untuk meyakinkanku. Tangannya kembali menggenggam kedua bijiku.
Kepalanya tampak turun naik disepanjang kemaluan ku, aku berasa geli setengah
mati. Ini jauh lebih nikmat daripada memakai tangannya.
Sekali2 Tante Ina juga menghisap kedua bijiku bergantian dengan gigitan2 kecil.
Dan perlahan turun kebawah menjilat lubang pantatku dan membuat lingkaran kecil
dengan ujung lidahnya yang terasa sangat liar dan hangat. Aku hanya dapat
berpegangan erat kebantal ku, sembari mencoba menahan rintihanku. Kudekap mukaku
dengan bantal, setiap sedotan kurasa seperti yang aku hendak menjerit. Napasku
tidak dapat diatur lagi, pinggulku menegang, kepalaku mulai pening dari
kenikmatan yang berkonsentrasi tepat diantara selangkanganku. Mendadak kurasa
kemaluan ku seperti akan meledak. Karena rasa takut dan panik, kutarik pinggulku
kebelakang. Dengan seketika, kemaluan ku seperti mempunyai hidup sendiri,
berdenyut dan menyemprot cairan putih yang lengket dan hangat kemuka dan
kerambut Tante Ina. Seluruh badanku bergetar dari kenikmatan yang tidak pernah
kualami sebelumnya. Aku tidak sanggup untuk menahan kejadian ini. Aku merasa
telah berbuat sesuatu kesalahan yang sangat besar. Dengan napas yang ter-engah2,
aku meminta maaf kepada Tante Ina atas kejadian tersebut dan tidak berani untuk
menatap wajahnya. Tetapi Tante Ina hanya tersenyum lebar, dan berkata “Tidak
apa2 kok, ini memang harus begini”, kembali dia menjilati cairan lengket itu
yang mulai meleleh dari ujung bibirnya dan kembali menjilati semua sisa cairan
itu dari kemaluan ku sehingga bersih. “Tante suka kok, rasanya sedap”,
tambahnya.
Dengan penuh pengertian Tante Ina menerangkan bahwa cairan itu adalah air mani
dan itu wajar untuk dikeluarkan sekali2. Kemudian dengan penuh kehalusan dia
membersihkanku dengan handuk kecil basah dan mencium ku dengan lembut
dikeningku.
Setelah semuanya mulai mereda, dengan malu2 aku bertanya “Apakah perempuan juga
melakukan hal seperti ini?”. Tante Ina menjawab “Yah, kadang2 kita orang
perempuan juga melakukan itu, tapi caranya agak berbeda”. Dan Tante Ina berkata
yang kalau aku mau, dia dapat menunjukkannya. Tentu saja aku bilang yang aku mau
menyaksikannya.
Jari2 tangan Tante Ina yang lentik dengan perlahan mulai membuka kancing2
bajunya, memperagakan tubuhnya yang putih. Waktu kutangnya dibuka buah dadanya
melejit keluar dan tampak besar membusung dibandingkan dengan perutnya yang
mengecil ramping. Kedua buah dadanya bergelayutan dan bergoyang dengan indah.
Dengan halus Tante Ina memegang kedua tanganku dan meletakannya diatas buah
dadanya. Rasanya empuk, kejal dan halus sekali, ujungnya agak keras. Putingnya
warna coklat tua dan agak besar. Tante Ina memintaku untuk menyentuhnya. Karena
belum ada pengalaman apa2, aku pencet2 saja dengan kasar. Tante Ina kembali
tersenyum dan mengajariku untuk mengelusnya per-lahan2. Putingnya agak sensitif,
jadi kita harus lebih perlahan disana, katanya. Tanganku mulai me-raba2 tubuh
Tante Ina yang putih bersih itu. Kulitnya terasa sangat halus dan panas membara
dibawah telapak tanganku. Napasnya memburu setiap kusentuh bagian yang tertentu.
Aku mulai mempelajari tempat2 yang disukainya.
Tidak lama kemudian Tante Ina memintaku untuk menciumi tubuhnya. Ketika aku
mulai menghisap dan menjilat kedua buah dadanya, putingnya terasa mengeras
didalam mulutku. Napasnya semakin men-deru2, membuat buah dadanya turun naik
bergoyang dengan irama. Lidahku mulai menjilati seluruh buah dadanya sampai
keduanya berkilat dengan air liurku Mukanya tampak gemilang dengan penuh gairah.
Bibirnya yang merah merekah digigit seperti sedang menahan sakit. Roknya yang
seksi dan ketat mulai tersibak dan kedua lututnya mulai melebar perlahan.
Pahanya yang putih seperti susu mulai terbuka menantang dengan gairah
dihadapanku. Tante Ina tidak berhenti meng-elus2 dan memeluki tubuhku yang masih
telanjang dengan kencang. Tangannya menuntun kepalaku kebawah kearah perutnya.
Semakin kebawah ciumanku, semakin terbuka kedua pahanya, roknya tergulung
keatas. Aku mulai dapat melihat pangkal paha atasnya dan terlihat sedikit bulu
yang hitam halus mengintip dari celah celana dalamnya. Mataku tidak dapat
melepaskan pemandangan yang sangat indah itu.
Kemudian Tante Ina berdiri tegak dihadapanku dengan perlahan Tante Ina mulai
membuka kancing roknya satu persatu dan membiarkan roknya terjatuh dilantai.
Tante Ina berdiri dihadapanku seperti seorang putri khayalan dengan hanya
memakai celana dalamnya yang putih, kecil, tipis dan sexy. Tangannya ditaruh
dipingulnya yang putih dan tampak serasi dengan kedua buah dadanya
diperagakannya dihadapanku. Pantatnya yang hanya sedikit tertutup dengan celana
dalam seksi itu bercuat menungging kebelakang. Tidak kusangka yang seorang
wanita dapat terlihat begitu indah dan menggiurkan. Aku sangat terpesona
memandang wajah dan keindahan tubuhnya yang bercahaya dan penuh gairah.
Tante Ina menerangkan yang bagian tubuh bawahnya juga harus dimainkan. Sambil
merebahkan dirinya diranjangku, Tante Ina memintaku untuk menikmati bagiannya
yang terlarang. Aku mulai me-raba2 pahanya yang putih dan celana dalamnya yang
agak demak dan bernoda. Pertama2 tanganku agak bergemetar, basah dari keringat
dingin, tetapi melihat Tante Ina sungguh2 menikmati semua perbuatanku dan
matanya juga mulai menutup sayu, napasnya semakin mengencang. Aku semakin berani
dan lancang merabanya. Kadang2 jariku kususupkan kedalam celana dalamnya
menyentuh bulunya yang lembut. Celana dalamnya semakin membasah, noda dibawah
celana dalamnya semakin membesar. Pingulnya terangkat tinggi dari atas ranjang.
Kedua pahanya semakin melebar dan kemaluannya tercetak jelas dari celana dalam
nya yang sangat tipis itu.
Setelah beberapa lama, Tante Ina dengan merintih memintaku untuk membuka celana
dalamnya. Pinggulnya diangkat sedikit supaya aku dapat menurunkan celana
dalamnya kebawah. Tante Ina berbaring diatas ranjang tanpa sehelai benangpun
yang menutupi tubuhnya. Disitu untuk pertama kali aku dapat menyaksikan kemaluan
seorang wanita dari jarak yang dekat dan bukan hanya dari majalah. Bulu2 diatas
kemaluannya itu tampak hitam lembut, tumbuh dengan halus dan rapi dicukur,
sekitar kemaluannya telah dicukur hingga bersih membuat lekuk kemaluannya tampak
dari depan. Tante Ina membuka selangkangannya dengan lebar dan menyodorkan
kewanitaannya kepadaku tanpa sedikit rasa malu. Sembari bangkit duduk ditepi
ranjang, Tante Ina memintaku untuk berjongkok diantara kedua pahanya untuk
memperhatikan vagina nya dari jarak dekat. Dengan penuh gairah kedua jarinya
mengungkap bibir kemaluannya yang rada tebal dan ke-hitam2an dan memperagakan
kepadaku lubang vagina nya yang basah dan berwarna merah muda.
Dengan nada yang ramah, Tante Ina menggunakan jari tangannya sendiri dengan
halus, menerangkan kepadaku satu persatu seluruh bagian tubuh bawahnya. Tempat2
dan cara2nya untuk menyenangkan seorang wanita. Kemudian Tante Ina mulai
menggunakan jari tangan ku untuk di-raba2kan kebagian tubuh bawahnya. Rasanya
sangat hangat, lengket dan basah. Klitorisnya semakin membesar ketika aku
menyentuhnya. Aroma dari vagina nya mulai memenuhi udara dikamarku, aromanya
menyenangkan dan berbau bersih. Dari dalam lubang vaginanya per-lahan2 keluar
cairan lengket berwarna putih dan kental dan mulai melumuri semua permukaan
lubang vagina nya. Mengingat apa yang dia sudah lakukan dengan air maniku, aku
kembali bertanya “Boleh ngga saya mencicipi air mani Tante?” Tante Ina hanya
mengangguk kecil dan tersenyum.
Perlahan aku mulai menjilati pahanya yang putih dan sekitar lubang vagina Tante
Ina yang merah dan lembut. Cairan nya mulai mengalir keluar dengan deras
keselangkangannya. Lidahku menangkap tetesan itu dan mengikuti aliran cairan itu
sampai balik keasal lubangnya. Rasanya rada keasinan dengan berbau sangat khas,
tidak seperti kata orang2, Tante Ina cairan sangat bersih dan tidak berbau amis.
Begitu pertama aku mencicipi alat kelamin Tante Ina, aku tahu yang aku dapat
menjilatinya terus2an, karena aku sangat menyukai rasanya. Tante Ina mendadak
menjerit kecil ketika lidahku menyentuh klitorisnya. Aku tersentak takut karena
mungkin aku telah membuatnya sakit. Tetapi Tante Ina kembali menjelaskan bahwa
itu hal biasa kalau seseorang mengerang waktu merasa enak.
Semakin lama, aku semakin berani untuk menjilati dan menghisapi semua lubang
vagina dan klitoris nya. Pinggulnya diangkat naik tinggi. Tangannya tidak
berhenti memeras buah dadanya sendiri, cengkramannya semakin menguat. Napasnya
sudah tidak beraturan lagi. Kepalanya terbanting kekanan dan kekiri. Pinggul dan
pahanya kadang2 mengejang kuat, berputar dengan liar. Kepalaku terkadang
tergoncang keras oleh dorongan dari kedua pahanya. Tangannya mulai menjambak
rambutku dan menekan kepalaku erat kearah selangkangannya. Dari bibirnya yang
mungil itu keluar desah dan rintihan memanggil namaku, seperti irama
ditelingaku. Keringatnya mulai keluar dari setiap pori2 tubuhnya membuat
kulitnya tampak bergemilang dibawah cahaya lampu. Matanya sudah tidak
memandangku lagi, tapi tertutup rapat oleh bulu mata yang panjang dan lentik.
Sembari merintih Tante Ina memintaku untuk me-nyodok2kan lidahku kedalam lubang
vaginanya dan mempercepat iramaku. Seluruh mukaku basah tertutup oleh cairan
yang bergairah itu.
Kemudian Tante Ina memintaku untuk berbalik supaya dia juga dapat menghisap
kemaluan ku bersamaan. Setelah melumuri kedua buah dadanya yang busung itu
dengan Baby Oil, Tante Ina meng-gosok2kan dan menghimpit kemaluan ku yang sudah
keras kembali diantara buah dadanya, dan menghisapinya bergantian. Kemudian
Tante Ina memintaku untuk lebih berkonsentrasi di klitorisnya dan menyarankanku
untuk memasuki jariku kelubang vaginanya. Dengan penuh gairah aku pertama
kalinya merasakan bahwa kelamin wanita itu dapat berasa begitu panas dan basah.
Otot vaginanya yang terlatih terasa berdekup memijiti jari tanganku perlahan.
Bibir dan lubang vaginanya tampak merekah, berkilat dan semakin memerah.
Klitorisnya bercahaya dan membesar seperti ingin meledak. Setelah tidak beberapa
lama, Tante Ina memintaku untuk memasuki satu jariku kedalam lubang pantatnya
yang ketat. Dengan bersamaan waktu, Tante Ina juga masuki satu jarinya pula
kedalam lubang pantatku. Tangannya dipercepat mengocok kemaluan ku. Pahanya
mendekap kepalaku dengan keras. Pinggulnya mengejang keras. Terasa dilidahku
urat2 sekitar dinding vaginanya berkontraksi keras ketika dia keluar. Aku
menjerit keras ber-sama2 Tante Ina sembari memeluknya dengan erat, kita berdua
keluar hampir bersamaan. Kali ini Tante Ina menghisap habis semua air maniku dan
terus menghisapi kemaluan ku sampai kering.
Setelah itu kita berbaring telanjang terengah mengambil napas. Badannya yang
berkeringat dan melemah, terasa sangat hangat memeluki tubuh ku dari belakang,
tangannya tetap menghangati dan mengenggam kemaluanku yang mengecil. Aroma dari
yang baru saja kita lakukan masih tetap memenuhi udara kamarku. Wajahnya tampak
gemilang bercahaya menunjukan kepuasan, senyumnya kembali menghiasi wajahnya
yang terlihat lelah. Lalu kita jatuh tertidur berduaan dengan angin yang sejuk
meniup dari jendela yang terbuka. Setelah bangun tidur, kita mandi bersama.
Waktu berpakaian Tante Ina menciumku dibibir dengan lembut dan berjanji yang
nanti malam dia akan mengajari bagaimana caranya bila kejantananku dimasuki
kedalam kewanitaannya.

No comments: