Cerita sepasang anak praremaja yang berexperimen tentang pelajaran sex.
*****
Kami kehilangan keperjakaan dan keperawanan
kami bersama-sama. Hal itu terjadi ketika usiaku baru menginjak 11
tahun, pada akhir sekolahku di kelas 5. Memang tidak terlalu
mengejutkan kalau dipelajari karena pasanganku adalah tetanggaku Kathy,
yang usianya setahun diatasku, dan duduk dikelas 6.
Kita berdua satu sekolah di pinggir kota
Chicago dan kami sudah bersahabat sejak tiga tahun sebelumnya. Sampai
kemudian aku menganggapnya lebih dari sahabatku lainnya. Kathy agak
tomboy, dia biasa bermain mainan yang biasanya dikerjakan anak
laki-laki. Sampai kemudian tubuhnya berkembang seperti selayaknya
seorang gadis, dan akupun mulai kikuk kalau sedang bersamanya, tanpa
kuketahui dengan jelas apa sebabnya.
Ibu Kathy telah cerai dan harus bekerja siang
hari pada suatu rumah makan. Keadaan ini semakin menyenangkan buat
kami, karena kami berdua biasa ditinggalkan sendirian berjam-jam pada
siang hari. Biasanya kami hanya sebatas duduk bersama sambil
berbincang-bincang seperti anak-anak lain pada umumnya. Tapi sore ini
terjadi keadaan yang berbeda.
Hari itu kami baru mendapatkan pelajaran
pendidikan-sex di sekolah. Pada jaman itu, setahun sekali anak
laki-laki dan perempuan dipisahkan untuk mendapatkan ‘pendidikan seks’.
Sebenarnya pelajaran itu berupa pelajaran biologi dengan sedikit
tambahan informasi tentang masalah sex. Informasi tersebut cukup rinci
dengan dilengkapi pula dengan buku saku dengan judul ‘Apa yang harus
diketahui anak laki-laki’ atau ‘Apa yang harus diketahui anak
perempuan’.
Disana tidak dijelaskan secara gamblang tentang
aktivitas sex. Secara alami anak laki-laki selalu ingin tahu apa yang
telah diajarkan kepada teman-teman perempuannya, demikian pula
sebaliknya anak-anak perempuan ingin tahu apa yang telah diajarkan ke
teman-teman laki-lakinya. Demikian pula yang kami perbincangkan hari
itu.
Kami berdua berada di dalam kamar Kathy, di
atas tempat tidurnya yang berukuran besar, terbuat dari kayu jati yang
nyaman. Kami duduk berhadapan, Kathy membaca buku sakuku sedang aku
membaca buku sakunya.
“Kathy, kamu mendapatkan bahan banyak banyak dari yang kuperoleh. Contohnya lihat ini, ada proses haid dan Kotex!”
“Tapi mereka tidak benar-benar menceritakan secara jelas. Aku pikir kita telah memiliki gambar atau semacam anu.”
Aku benar-benar sangat mengharapkan, karena aku
belum pernah melihat tubuh perempuan yang telanjang dan seperti apa
bentuk anunya dibawah sana. Kathy memakai T-Shirt dan celana pendek,
aku bisa melihat betuk lengkungan bukit dadanya yang kecil, dan
samar-samar aku juga bisa melihat garis celah-celah diantara pahanya
yang tertutup oleh celana ketatnya.
“Aku tidak mengetahui mengapa mereka
menyebutnya pendidikan-seks. Padahal disini tidak menerangkan bagaimana
cara melakukannya.”
“Siapa bilang? Mari kutunjukan kepadamu,” kata Kathy sambil membungkukkan punggung dan meletakkan buku dihadapanku.
Kucium keharuman shampo rambutnya yang
membuatku terangsang. Aku pun merasakan ketegangan anuku didalam
celanaku. Tapi aku mengharapkan semoga dia tidak menyadari apa yang
sedang kurasakan.
“Lihat! Disini dikatakan penis laki-laki akan
tegang kaku dan keras. Sehingga bisa dimasukkan ke vagina perempuan,
yang lembut dan mudah mengembang. Ketika dia ejakulasi, cairan sperma
yang berisi jutaan sel masuk ke vagina perempuan dan membuahi telur.”
“Itu sudah ceritakan banyak kepadaku,” katanya
dengan menyindir,”Seperti dimana letak liang vagina itu? Bagaimana cara
penis memasukinya?”
Sebenarnya aku agak malu mendengar secara
fulgar kata-kata itu di depan seorang gadis, sehingga wajahku menjadi
merah padam dan penisku semakin menonjol keluar celanaku. Kathy membuka
lagi lembar lainnya dan menunjukkannya kepadaku suatu baris gambar.
“Disini tempatnya,” katanya sambil menunjuk kesuatu gambar.
“Sudah jelas apa yang kumaksudkan? Tidakkah sudah cukup jelas yang kamu cari?” kata Kathy.
Tiba-tiba sebuah ide masuk keotakku dan aku harus memutuskan untuk mengambil resiko.
“Dimana milikmu?”
Aku hampir tidak percaya bahwa aku benar-benar
berani mengucapkannya. Aku tahu aku telah melakukan sesuatu yang bodoh,
yang bisa diceritakan Kathy kepada teman-temanku disekolah.
Kathy melirikku dengan ekor matanya beberapa
saat. Dia kibaskan rambutnya kebelakang dan menyisihkan rambut yang
menutupi wajahnya. Kemudian merebahkan punggungnya dan tangannya
digerakkan ketempat diantara kedua pahanya. Aku hampir tidak berani
memandang ke arah bagian tersebut. Kemudian disusupkannya disuatu
tempat di celananya.
“Disini tempatnya.”
Waktu terus berjalan dengan cepat dan aku tidak
tahu harus berbuat apa lagi. Aku Cuma tertawa dan berkata, “Itu bukan
sangat dekat seperti apa yang dikatakan di buku!”
Kathy juga tertawa, dan aku bisa merasakan
‘anuku’ semakin membesar. Kami berdua melanjutkan membuka lembar
lainnya sambil memperbincangkan lebih lanjut. Aku jadi grogi ketika
Kathy kemudian berkata,”Jadi bagaimana penis bisa muat kalau dimasukkan
kesana? Seperti yang dikatakan buku ini. Apa betul?”
Ya ampun! Dia sedang memperbincangkan ‘anuku’! Aku menelan ludah beberapa kali sambil berkata,
“Kecuali, ketika penis sudah keras dan tegang.”
Aku merasa jantungku berdebar semakin keras.
Aku hampir tidak percaya apa yang sedang terjadi! Itu tidak seperti
yang sering aku impikan. Aku belum mulai onani, dan proses ke arah sana
terus berlangsung dengan cepat.
“Aku masih tidak paham bagaimana caranya penis
bisa masuk kesana. Si perempuan mestinya tidur di atas meja atau apa
saja sedang laki-laki dalam posisi berdiri.”
“Aku sempat menyaksikan ‘Wild Kingdom’ semalam dan melihat dua singa melakukan itu. Cukup menarik.”
“Bagaimana cara mereka melakukan itu?” Tanya Kathy penasaran.
“Singa betina duduk sana dan singa jantan duduk dibelakangnya. Kukira ia menaruh penisnya dari belakang.”
“Mana bisa?” kata Kathy dengan nada meremehkan yang membuatku marah. Kami memang selalu bersaing dan saling mencintai.
“Benar, Aku melihatnya dengan jelas.”
“Tidak masuk akal, lihat” kata Kathy sambil tubuhnya memberangkang dengan perut menyentuh kasur.
“Dengan posisi seperti ini bagaimana bisa masuk?”
“Singa betina bukan berbaring seperti itu.
Kakinya ada dibawahnya,” kataku sambil memperagakan posisi singa betina
setengah berjongkok dengan tangan bertumpu pada kasur.
“Sama saja tetap tidak bisa. Lihat?” Kathy
memposisikan kakinya dan sikutnya berada dibawah dadanya. Pantatnya
diangkat, sehingga bulatan pinggulnya nampak jelas dibungkus celananya
yang ketat.
“Vaginaku tepat disini.” Tangannya digerakkan diantara kedua pangkal pahanya dan kulihat cembungan ditempat tersebut.
“Jika penis ditusukkan kesini, tidak akan bisa menjangkaunya.”
Aku yakin bahwa aku yang benar, dan aku harus membuktikannya.
“Kenapa tidak, coba lihat,” kataku sambil
memposisikan tubuhku dibelakang Kathy seperti singa jantan, dan penisku
kutempelkan dibulatan pantatnya.
“Hey, apa yang kau lakukan??” tanya Kathy dengan wajah merah padam.
“Membuktikan bahwa aku benar. Begini.” kataku
sambil mendorong dan menggesekan tonjolan penisku pada bulatan
pantatnya. Kurasakan sensasi kehangatan menyentuh bagian tonjolan
penisku.
“Penis akan ditusukkan dari sini, begini.”
Kuletakkan jari telunjukku mengacung diposisi penisku, kemudian
kugerakkan pinggulku kedepan sehingga ujung telunjukku menusuk
kepangkal pahanya.
“Ya, tapi tetap saja tidak bisa,” kata Kathy tidak puas.
“Hey, aku tahu! Tunggu, jangan bergerak. Pindahkan posisi kakimu diantara kakiku, nah sekarang gerakkan maju.”
Dengan berlandaskan lutut aku berdiri diantara
kedua paha Kathy, kugerakkan pinggulku kedepan sehingga ujung jari
telunjukku menyentuh cembungan dipangkal paha Kathy.
“Ohh,” desah Kathy. Pinggulnya terjungkit ketika ujung jariku menusuk tepat di vaginanya.
“Begitu sudah tepat di vaginanya, singa jantan kemudian menindih tubuh singa betina, sambil menusukkan penisnya kedepan.”
Kurebahkan tubuhku dipunggung Kathy sambil
menggerakkan pinggulku maju mundur. Jariku kutusuk-tusukkan ke vagina
Kathy. Aku hampir tidak percaya dengan apa yang kulakukan, kenyataannya
jari telunjukku sedang menusuk dan menggosok bagian paling rahasia
Kathy! Penisku jadi semakin tegang dan kalau diteruskan lagi sepertinya
aku bisa orgasme. Aku tak tahu apa yang Kathy rasakan, yang pasti
tubuhnya ikut menggeliat-geliat setiap kali kusentuh vaginanya.
Akhirnya Kathy sadar akan keadaan kami, tubuhnya kemudian dibalikkan
dan menjauh.
“OK, aku tahu yang kau maksudkan. Kau mungkin benar. Tapi kupikir manusia tidak melakukan dengan cara seperti itu.”
Aku terduduk dengan wajah merah padam, sejenak
kutenangkan diriku agar Kathy tidak tahu apa yang sedang bergolak pada
diriku.”Aku tidak mengatakan begitu, aku hanya mengatakan bahwa dengan
cara seperti itu bisa dilakukan. Disamping itu apa ada cara lain untuk
melakukan itu.
“Aku pernah melihat sesuatu di TV dengan
Mamaku, tapi dia segera merubah channel sebelum aku sempat melihatnya
dengan jelas.” kata Kathy
“Apa itu?”
“Mereka berada dibawah selimut sehingga aku
tidak bisa melihatnya dengan jelas. Tetapi perempuannya jelas sedang
berbaring terlentang, seperti ini,” kata Kathy sambil berguling
terlentang, dengan kedua pahanya direnggangkan.
“Dan ada seorang laki-laki menindihnya dari atas.”
“Tidak, dia tidak akan bisa berbuat sesuatu!” kataku penasaran.
“Kenapa tidak? Mari kita coba!”
Aku benar-benar khawatir. Aku tidak ingin
melukai Kathy. Tapi aku ingat katika bermain bola, kathy pernah
ditindih beberapa anak laki-laki yang ternyata tidak apa-apa. Tapi ada
sesuatu yang membuatku berdebar-debar, dengan posisi itu aku akan bisa
bergesekan lebih banyak dengan gundukan kecil di pangkal paha Kathy.
Daerah itu terasa hangat dan telah menghipnotisku sehingga sempat
bembuatku hampir orgasme.
“Sekarang berbaringlah di atasku,” kata Kathy.
Aku merebahkan diri menindih tubuhnya dengan
bertumpu pada kedua tanganku. Kurasakan sepasang bukit di dadanya
menusuk dadaku! Desah nafasnya menyapu wajahku dan kucium keharuman
rambutnya, demikian juga kehangatan yang terpancar dari pangkal
pahanya. Aku benar-benar terangsang berat, apalagi ketika kedua
tangannya merangkul leherku sehingga tubuh kami berhimpitan.
“Kamu menyukai posisiku seperti ini?” bisikku dengan suara bergetar.
“Yeah. Sepertinya nyaman,” bisik Kathy. Mata
kami saling pandang, 1001 perasaan bercampur aduk. Aku tak tahu apa
yang harus kulakukan sampai Kathy berbisik,
“Kamu pernah mencium seorang gadis?”
“T.. Tidak pernah,” jantungku berdebar keras,
aku tidak pernah sedekat ini dengan Kathy. Wajahnya yang manis sekali
tampak merah padam, tapi malah kelihatan semakin cantik. Tubuhnya yang
harum, padat tapi lembut sekali.
“Aku juga,” kata Kathy, kemudia kita tertawa bersama.
“Maksudku aku tidak pernah mencium seorang laki-laki, tapi..”
Tiba-tiba Kathy menarik wajahku dan.. Bibirku
bersentuhan dengan bibirnya.. Kami berciuman sambil menutup mata, bibir
kami saling bergesekan, saling menghisap dan lidah kami saling
menyentuh dan membelai.. Wow, sesuatu yang sangat luar biasa!! Getaran
sentuhan bibir kami sampai terasa kesekujur tubuh kami, terasa niimaat
sekali, sulit kami gambarkan dengan kata-kata. Ciuman itu terhenti
karena kami kehabisan napas.
“Ohh, luar biasa, manis sekali,” desahku.
Tapi tiba-tiba aku terkejut ketika Kathy malah tetawa genit.
“Mnn.. Mmmhmm.” tawanya yang genit lagi.
“Apa yang sangat lucu?” tanyaku penuh tanda tanya.
“Aku dapat merasakan kamu.” kata Kathy sambil tersenyum manis.
“Tapi? Aku dapat merasakan kamu juga.” kataku masih bingung.
“Tidak, maksudku aku dapat merasakan anumu.. Um.. Penismu. Aku merasakan benar-benar sangat keras.”
Aduh! Aku benar-benar telah melupakan! Aku
benar-benar bodoh luar biasa, dan Kathy bisa ceritakan teman-temanku!
Aku bisa sangat malu, tapi hal itu terjadi tanpa dapat kukendalikan.
“Oh.. Aku.. Minta maaf, aku benar-benar tidak
sengaja, itu terjadi dengan sendirinya, tanpa dapat kucegah.” kataku
terbata-bata, sambil bergerak mengangkat pinggulku.
“Hey, Aku tidak keberatan koq.” kata Kathy,
sambil melipat kakinya memeluk pinggulku, sehingga aku tidak bisa
bangun, dan kurasakan tonjolan penisku semakin merapat erat dengan
cembungan vaginanya.
“Aku.. Aku tidak tahu. Itu kadang-kadang terjadi dengan sendirinya.” kataku mencoba untuk menerangkan keadaanku.
“Benar? Bagus sekali.” kata Kathy sambil menggerak-gerakkan pinggulnya sehingga aku semakin terangsang.
“Seberapa besarnya?” bisik Kathy.
“Apanya?!” tanyaku agak panik.
Kathy tertawa genit, dia senang melihat kebingunganku.
“Seberapa besarnya mm penismu? Aku merasakan
cukup besar. Aku hanya tidak bisa memahami apakah anunya seorang gadis
bisa dimasuki yang sebesar itu?
“Aku tidak tahu, aku juga tidak pernah memikirkan seberapa besarnya.”
“Coba kulihat,” kata Kathy.
Hatiku semakin berdebar-debar, Kathy ingin melihat penisku! Apakah aku harus telanjang bulat di depan seorang gadis? Tidak!
“Ayolah, biarkan aku melihatnya, please?”
Tunggu dulu. Ini adalah kesempatanku untuk
melihat seorang gadis telanjang. Ini benar-benar sesuatu yang luar
biasa! Tapi aku tidak yakin Kathy membolehkan aku melihatnya. Tapi
ternyata Kathy mau! Kathy juga benar-benar ingin melihatku telanjang.
Hanya untuk melihat, tanpa berbuat apa-apa lagi!
“OK, kamu dulu.” kataku.
“Tidak, kita sama-sama.” katanya.
Ini memang adil. Aku segera membuka bajuku,
demikian pula Kathy. Detak jantungku terasa semakin cepat. Aku pernah
melihat Kathy dalam pakaian renang, tapi ini benar-benar luar biasa.
Sambil melepas bajuku, mataku tidak pernah lepas dari bra-nya yang
berwarna putih, dan juga kulit tubuhnya yang kuning mulus. Aku
benar-benar tidak pernah membayangkan begitu luar biasa, apalagi ketika
Kathy membuka kaitan bra-nya dan melepaskannya.. Jantungku seakan
berhenti bertetak..
Akhirnya aku benar-benar melihat buah dada
seorang gadis!! Bulat, putih bagai cream, puting kecil berwarna pink
yang mencuat indah sekali. “Mmm.” Guman Kathy menyadarkanku. Kathy
tersenyum-senyum malu melihatku terbengong-bengong melihat kemulusan
buah dadanya.
Aku segera melepaskan sabukku, Kathy
menyusupkan jarinya memegang elastik celana pendeknya dan berhenti
menungguku. Aku segera melepaskan kancing celana dan terus melepas
celana jeanku. Penisku yang tegang langsung tampak mencuat dari dalam
celana dalamku. Tiba-tiba mukaku merah padam, ternyata Kathy belum
melepas celana pendeknya.
“Hey! Ayoi! Kamu kan janji bersama-sama!”
“Oh, maaf. Aku lupa,” kata Kathy sambil sorot matanya tidak lepas dari tonjolan penisku di celana dalamku.
Kathy kemudian berbaring sambil melepas celena
pendeknya melewati pinggulnya yang bulat indah. Tubuh kami berdua
sekarang tinggal dibalut oleh celana dalam. Aku benar-benar kagum
dengan kemulusan kulit tubuhnya bagaikan kulit bayi, kuning kemerahan
dan halus sekali.
“Siap,” kata Kathy.
“OK,” kataku mantap.
Aku benar-benar sudah tidak sabar lagi melihat
tubuh seorang gadis yang telanjang bulat di depanku. Dan.. Hal itu
benar-benar menjadi kenyataan ketika Kathy pelahan-lahan melepas celana
dalamnya, bersamaan dengan kuturunkan celana dalamku melewati kakiku.
Dan kemudian kami berdua sama-sama
terbengong-bengong melihat tubuh telanjang di depannya. Kulit tubuh
Kathy benar-benar mulus, lekukan tubuhnya benar-benar mempesona. Ketika
sudut mataku melihat ke Kathy, kulihat wajahnya merah padam dan sorot
matanya menjelajahi seluruh tubuhnya. Sepertinya wajahnya jadi semakin
cantik dan oohh.. Sepasang bukit dadanya benar-benar mengagumkan dan
menggetarkan hatiku, tapi.. Bagian bawahnya.. Kulihat rambut
kecil-kecil halus berwarna pirang menutupi cembungan dipangkal pahanya.
Tapi tidak ada lagi yang bisa kulihat, sepertinya semuanya tersembunyi
dibalik rambut halus itu.
“Wow,” seru Kathy.
“Berbaringlah terlentang, aku ingin bisa melihatnya dengan jelas.”
Aku tidak bisa menolaknya, aku terlentang
sambil memperhatikan Kathy. Dia bergeser mendekati diriku. Sepasang
bukit dadanya ikut bergoyang, pemandangan yang menakjubkan sekali. Aku
tidak memperhatikan tangannya sampai ketika jari-jarinya mengelus
batang penisku dengan lembut.”Oh besar sekali, keras, tapi kulitnya
lembut sekali.” kata Kathy sambil tangannya menjelajahi seluruh bagian
penisku, meremas dan mengusap-usapnya dengan lembut.
“Ouchh!” erangku. Sepertinga tubuhku melambung tinggi..
“Benar-benar luar biasa,” desis Kathy
benar-benar terpesona menyaksikan penisku yang tegang kukuh dan keras.
Kurasakan jari-jari Kathy mengocok-kocok batang penisku naik turun
dengan penuh gairah. Aku tidak pernah melihat penisku menjadi sebesar
itu, sepertinya penisku telah mengembang secara maximum. Mataku
tertutup rapat-rapat.. Mulutku mendesah-desah tanpa dapat kukendalikan
lagi,
“Ooohh.. Aaahh..” aku benar-benar tidak pernah merasakan senikmat ini.
“Kau senang aku beginikan?” bisik Kathy dengan suara genit.
Gerakan tangannya naik-turun semakin cepat
sampai pinggulku terangkat-angkat menahan nikmat dan geli luar biasa.
Akhirnya aku tak dapat menahan lagi, dengan diiringi teriakkan
nyaringku, spermaku meledak dan menyembur kuat keudara beberapa kali.
Inilah untuk pertama kalinya aku mengalami orgasme. Kathy juga
berteriak tertahan dan meloncat menjauhiku, gadis ini benar-benar
terkejut melihat spermaku yang begitu dasyat menyembur keudara dan
sebagian jatuh menimpa tangan, paha dan dadanya.
Beberapa saat aku terkulai lemas. Sepertinya
aku sempat tak sadar beberapa detik. Begitu pula Kathy, gadis ini
terbengong-bengong melihat kejadian yang benar-benar tak pernah
terbayangkan olehnya.
“Apa.. Apa yang terjadi??” kata Kathy terbata-bata.
“A.. A.. Aku tidak tahu. Aku tidak pernah mengalami seperti ini sebelumnya.” kataku tergagap-gagap.
Setelah berpikir beberapa saat Kathy berkata pelan.
“Aku tahu. Kau mengalami orgasme.” katanya sambil mengusap-usap cairan kental spermaku yang berhamburan kemana-mana.
“Ini adalah sperma. Tapi aku benar-benar tidak menduga proses keluarnya begitu luar biasa.”
“Yeah, memang sangat luar biasa. Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa dan sulit kugambarkan.” kataku.
Kathy tertawa genit.
“Itu karena aku! Aku yang membuatmu sampai orgasme! Tadinya aku khawatir, kau mengerang-erang seperti kesakitan.”
“Yeah. Benar-benar luar biasa. Jari-jari
tanganmu juga luar biasa” kataku sambil melihat tubuh moleknya yang
telanjang bulat. Dan akupun tak ingin membuang tempo lagi.
“Hey. Sekarang gantian aku!! Cepat kamu berbaring” kataku.
“Tapi.. Tapi kau pelan-pelan ya??” kata Kathy.”Aku takut.”
“OK, jangan khawatir, aku tak akan menyakitimu.”
Ya Tuhan, inilah hari bersejarahku sebagai
seorang laki-laki. Dihadapanku berbaring terlentang sesosok tubuh gadis
yang luar biasa cantiknya telanjang bulat. Mataku benar-benar
termanjakan dengan pemandangan yang benar-benar menakjubkan.
Pelahan-lahan kuusap cairan spermaku yang
menempel di bukit kecil di dada Kathy. Tanganku sampai gemetaran meraba
kulit kenyal dan halus di sepasang bukit indah itu. Puttingnya yang
kecil jadi mengeras ketika tanganku mengelus-elusnya. Apalagi ketika
puting itu kepegang dan kupilin-pilin lembut, Kathy mengerang lembut.
Hatiku sampai berdesir mendengar erangan aneh itu. Sepertinya
mengandung kekuatan magis yang membangkitkan kembali gairahku.
Kuturunkan tanganku menelusuri perutnya kebawah
sampai daerah pangkal pahanya. Kuusap-usap rambut halus pirang disana.
Rambut yang panjangnya sekitar 1/4 inci itu sangat lembut. Aku tidak
menduga didaerah itu bisa tumbuh rambut. Ujung jariku kususupkan ke
celah-celah yang membelah vertikal gundukan kecil di pangkal pahanya.
Daerah itu ternyata basah oleh cairan lendir.
“Buka lagi pahamu, aku tidak bisa melihat apa-apa disini.”
Ketika Kathy membuka lagi pahanya, tampaklah celah-celah yang berwarna pink yang mengkilat basah oleh cairan lendir.
“Wow!!”
Benar-benar pemandangan yang luar biasa, aku
tidak pernah membayangkan seperti itu bentuk vagina seorang gadis.
Kudekatkan wajahku agar bisa melihat lebih jelas daerah misterius yang
sudah lama ingin kulihat. Kucium aroma khas yang segar dan juga cukup
harum. Kukita Kathy sangat rajin membersihkan daerah itu. Tapi kembali
aku tak bisa melihat apa-apa selain celah vertikal yang tertutup.
Dengan hati-hati kususupkan jari-jariku kebibir vertikal yang cukup
tebal itu, kurasakan kebasahan dan kehangatan didaerah itu.
Pinggul Kathy terjungkit-jungkit setiap kali
kugosok celah-celah itu, bibirnya setiap kali juga mengeluarkan
desahan-desahan aneh yang merangsang pendengaran, apalagi ketika ujung
jariku menyentuh tonjolan clitorisnya. Sepertinya daerah tersebut
sangat sensitif seperti juga sulit penisku, dan Kathy juga merasakan
nikmat yang tak kalah bebatnya seperti ketika Kathy mengusap penisku.
Aku jadi semakin bersemangat menggerakkan jariku menyusuri celah-celah
itu.
Akhirnya mataku melihat lubang kecil berwarna
merah muda dibawah tonjolan clitorisnya. Dari lubang itulah cairan
bening itu keluar. Lubang itu cuma sebesar ujung jari kelingkingku. Aku
yakin itulah yang disebut vagina yang tadi ditunjuk oleh Kathy, dan di
buku dikatakan bahwa penis dimasukkan ke lubang itu. Tapi koq begitu
kecil? Kumasukkan ujung jariku ke lubang itu, terasa hangat dan ketika
kugerak-gerakkan tiba-tiba aku sangat terkejut, sepertinga ujung jariku
terhisap oleh lubang itu. Aku jadi penasaran sekali, ketika akan
kumasukkan lagi tiba-tiba Kathy membentakku.
“Hey! Apa yang kamu lakukan?!” katanya sambil melompat ketika ujung jariku kumasukkan lebih dalam.
“I just want to see what it feels like.”, I said, still pushing. Now, it was past the first knuckle.
“Aku hanya ingin tahu lubang apa itu.”, kataku sambil terus mau memasukkan ujung jariku lagi.
“Cut it out!” she was squirming. I kept pushing. She moaned and said again, but more softly,
“Keluarkan cepar keluarkan.” kata Kathy panik.
Ujung jariku seperti menabrak suatu dinding dan ketika kudorong lagi.
“Auw.. aduh stop!!” Jerit Kathy kesakitan. Dengan gugup kutarik ujung jariku keluar lubang kecil dan sempit itu.
“Itukan lubang dimana penis dimasukkan bukan??” kataku mencari kepastian.
“Mungkin.”
I started pushing my finger into her again,”Does it feel like a penis?”
Aku memulai mendorong lagi jariku ke dalam lubang itu,
“Apakah seperti dimasukkan penis?” tanyaku lagi. Pinggul Kathy kembali menggeliat-geliat.
“Aduuhh stop, stop please!” Rintih Kathy.
Aku ingat ketika singa jantan memasukkan
penisnya kevagina singa betina. Tapi Kathy sepertinya merasa kesakitan
dan keenakan sekaligus. Kini jariku kugerakkan keluar masuk. Lubang itu
begitu sempit dan ketat menjepit ujung jariku. Cairan lendir semakin
banyak keluar. Kulihat Kathy tidak lagi kesakitan, cuman mulutnya tak
henti-hentinya mendesis keenakan dan tubuhnya menggeliat-geliat begitu
menggairahkan.. Sampai tiba-tiba tubuhnya menggigil dan mengejang,
“Aaahh.. Ooohh,” jeritnya nyaring sambil menarik tanganku dari liang itu.
“Apa yang terjadi??” tanyaku keheranan.
“Entah, ahh.” Desah Kathy dengan nafas tersegal-segal.
“Mungkin aku orgasme,” bisik Kathy sambil tersenyum manis sekali.
“Ohh, kupikir memang benar penis harus
dimasukkan ke lubang itu,” kataku, “Tapi aku tidak yakin lubang itu
terlalu kecil untuk ukuran penis.”
“Kenapa tidak?” kata Kathy sambil melihat penisku yang mulai membesar dan menegang lagi.
“Penis terlalu besar. Ujung jariku saja sudah sulit masuk, apalagi penis yang ukurannya jauh lebih besar dan panjang.”
Kathy meraih kembali penisku.
“Yeah aku tahu maksudmu.”
Dia memperhatikan penisku dengan seksama sambil
mengusap-usapnya. Sepertinya dia sangat sangat tertarik dan menyukai
penisku itu, seperti barang antik yang sangat berharga.
“Jika tidak cukup, paling tidak kita bisa
mencobanya untuk meyakinkan samapi sejauh mana.” kata Kathy sambil
melirik ke arahku, senyuman genis tersungging dibibirnya.
“Apa kau pikir cukup aman?” tanyaku ragu-ragu.
Tentunya aku sangat senang melakukannya, tapi aku khawatir Kathy akan
kesakitan.
Kathy kembali berbaring terlentang dan pahanya dibuka lebar.
“Yakin. Bila tidak muat dimasukkan ke dalam
milikku, maka kita akan mencari cara lainnya. Apapun juga kamu bisa
ejakulasi, dan itu tidak akan menbuatku hamil karena tidak masuk ke
dalam.”
Aku segera menempatkan pinggulku diantara kedua
pahanya. Terasa hangat, basah dan lembut. Kugerak-gerakkan ujung
penisku untuk menemukan lubang itu, begitu menyentuh lubangnya, kutekan
sedikit, kemudian kugerakkan pinggulku sambil terus menekan. Sepasang
bukit dadanya mengeras, putingnya menusuk dadaku. Kedua tangannya
merangkul leherku. Kami kembali berciuman. Tubuh kamu saling menekan
dan menggesek.
Kathy ketawa genit sambil berbisik, “Aku sangat
senang kamu ada disini, dalam posisi seperti ini,” katanya sambil
memelukku dengan mesra sekali.
Kami terus saling menggesek dan menekan, tangan
kami juga saling mengelus dan meremas-remas. Nafas kami semakin cepat
dan tubuh kami juga semakin panas, peluh kami mulai membasahi tubuh
kami. Ini benar-benar luar biasa. Gesekan-gesekan itu demikian
nikmatnya. Tapi usaha penisku untuk masuk ke lubang itu selalu gagal.
“Masih belum bisa masuk?” Bisik kathy.
“Coba kutekan agak keras lagi,” kuangkat sedikit pinggulku, kemudian kutekan keras, tapi ternyata malah meleset kesamping.
“Uhh..” desis Kathy.
“Coba kubantu,” bisik Kathy sambil tangannya meraih batang penisku, kemudian ditempatkan tepat di gerbang liang vaginanya.
“Tekan!!” kata Kathy.
“Yeah,” kataku sambil menekan pinggulku cukup kuat.
Kuangkat sedikit lagi, kembali kutekan lebih
keras sambil tangan Kathy mengarahkan penisku. Kurasakan liang itu
semakin mengembang dan tiba-tiba sebagian ujung penisku berhasil
melesak ke dalam.
“Stop!” teriak Kathy.
“Ohh..” keluhku, sambil menghentikan gerakanku.
Kepala penisku yang bulat sudah berhasil masuk keliang vagina Kathy. Begitu ketatnya liang itu seperti mengunci ujung penisku.
“Ujung penisku sudah berhasil masuk,” bisikku.
“Ya, aku tahu. Aku dapat merasakannya.” kata Kathy.
Pelahan kutarik sedikit penisku pelan-pelan,
kemudian kutekan lagi dengan tekanan lebih kuat. Begitu kulakukan
berulang-ulang sampai ujung penisku tiba-tiba menabrak kuat dinding
penghalang disana.
“Ahh, stop, kita sebaiknya berhenti, ohh jangan!” kata Kathy terbata-bata.
Meskipun mulutnya mengatakan jangan, tapi
kurasakan pelukan Kathy malah semakin erat, dan pinggulnya pun bergerak
mengimbangi tusukannku.
“Kita sebaiknya berhenti.. Kita, ohh stop!” rintih Kathy.
“Yeah.” kataku, tapi penisku tidak mau berhenti. Tekanan pinggulku makin lama makin kuat sehingga akhirnya..
“Aaahh.. ADUH!! Ohh.. Aaahh,” jeritan Kathy
melengking kuat ketika penisku berhasil menembus benteng penghalang
itu. Batang penisku tenggelam seluruhnya ke dalam liang yang sudah
tidak perawan lagi, sampai bola testicle-ku menekan pangkal pahanya.
Jeritan Kathy dan cengkeraman kukunya mencengkeram kuat di pundakku dan
pahanya memeluk kuat kuat pinggulku membuatku benar-benar terkejut.
“Aduh! stop, stop!” jerit Kathy.
Kurasakan jepitan liang vagina Kathy yang
begitu kuat dan ketat sekali, kurasakan juga denyutan-denyutan dinding
liang itu seperti menyedot penisku, dan kurasakan kehangatan disana.
“Kathy. Penisku sudah masuk semua.” kataku sambil terengah-engah.
“I can tell. It hurt. A lot.”
“Aku bilang stop! Sakit sekali tahu!” bentak Kathy. Kulihat wajahnya merah padam dan air matanya mengalir membasahi pipinya.
“Maafkan aku Kathy. Aku tidak bisa mengendalikan diriku.”
“OK. Bisa kamu tarik keluar sekarang?”
“OK..” Aku cabut penisku pelan-pelan, Kathy
merintih, kutekan lagi pelan-pelan dan kembali kutarik lagi sedikit.
Kurasakan sesasi gesekan antara penisku dan dinding liang vagina Kathy
begitu luar biasa nikmatnya. Tubuhku sampai menggigil menahan geli dan
nikmat yang teramat sangat.
“Kathy, sebaiknya jangan dilepas,” bisikku.
“Ya, aku tahu..” desah Kathy sambil
menggerakkan pinggulnya keriri-kanan mengikuti gerakan pinggulku.
Tangan Kathy kembali memelukku erat-erat. Seperti juga aku, sepertinya
Kathy juga merasakan sensasi kenikmatan yang sangat luar biasa. Dia
ingin menghentikannya, tapi kenikmatan itu sangat sayang untuk
dilewatkan begitu saja. Dan tiba-tiba kembali tubuh Kathy mengejang
sambil mengerang cukup keras, ketika Kathy mencapai orgasmenya yang
kedua kali. Kathy sepertinya mengatakan sesuatu kepadaku, tapi tidak
jelas, akhirnya ia menggigit pundakku.
Diding liang vaginanya berdenyut-denyut kuat,
membuat penisku tersedot-sedot dan sepertinya aku juga tidak kuat lagi
menahan diri. Kutekan penisku dalam-dalam dan..
“Aaahh..” spermaku menyembur kuat berkali-kali didasar liang vagina Kathy.
Entah berapa lama kami terkulai sambil berpelukan, penisku masih tertanam diliang vagina Kathy..
Ketika kami sadar, segera kutarik penisku yang
sudah mengecil itu. Kulihat cairan spermaku bersama cairan vagina Kathy
berhamburan dimana-mana. Dan cairan itu berwarna merah.. Memang
benar-benar darah Kathy yang bercampur cairan sperma.
“Ya ampun, Kathy, aku benar-benar melukaimu, maafkan aku Kathy,” seruku panik.
“Ohh tidak!” jerit Kathy sambil melihat ke vaginanya.
“Kamu ejakulasi di dalam lubang vaginaku!! Kau masukkan spermamu di dalam! Aduh, kamu bisa membuatku hamil!!”
Cepat-cepat kuperiksa vagina Kathy. Tidak
kelihatan ada luka disana, tapi darah keluar dari liang vaginanya. Aku
yakin, pasti bagian dalam liang vagina itu ada yang luka.
Akhirnya kami memutuskan untuk tidak
menceritakan kepada orang lain kalau Kathy sembuh nanti. Kami cuman
bisa menunggu untuk melihat apakan Kathy hamil atau tidak. Kami segera
berpakaian dan aku segera lari pulang kerumah. Sampai beberapa minggu
kami berdua dihinggapi perasaan takut. Dan Kathy pun sepertinya takut
untuk menemuiku. Dia selalu menghindar kalau melihatku.
Kami memang tidak pernah menceritakan kejadian
itu kepada orang lain, dan kami juga tidak pernah melakukan hubungan
sex lagi, tapi kami masih berteman sampai beberapa tahun, sampai
akhirnya aku pindah ke Denver. Tapi aku tidak pernah melupakan hari
bersejarah yang sangat menakjubkan itu!!
No comments:
Post a Comment