Monday 5 January 2009

Kisah Cindy

Dari SMP aku sudah mulai merasakan kejanggalan ini, dan yang
mendukung sifatku ini adalah aku selalu dikelilingi oleh laki-laki
yang menarik. Pertama kali aku melakukan masturbasi adalah sewaktu
aku berusia 13 tahun, aku suka memainkan puting buah dadaku dan
klitorisku sambil berimajinasi merasakan nikmatnya bercinta. Dan dari
masturbasi seperti ini, aku mendapatkan kepuasan yang membuatku
mencapai orgasme.

Pacar pertamaku waktu aku berusia 15 tahun adalah Rio, dia lebih tua
5 tahun dari aku, dia sudah cukup berpengalaman dalam hal seks,
karena dia tahu aku suka berfantasi, maka dia sering mencium dan
mengulum bibirku dengan penuh birahi. Apabila kebetulan orangtuaku
sedang pergi, kami sering melakukan oral seks di kamarku atau di
ruang tengah.

Aku paling terangsang bila dia melumat putingku, menjilatinya sampai
basah dan tangan satunya memainkan klitorisku. Karena aku terangsang,
maka kuberanikan diri untuk memegang penisnya. Kurasakan benda itu
semakin mengeras dan mengeras. Kumasukkan tanganku ke dalam
celananya, kubelai buah zakarnya, pangkal penis dan kepalanya. Dia
mengerang, ujung kepala penisnya terasabasah, kumainkan dengan jari
telunjukku, dia semakin kencang mengulum putingku, dan aku pun
mendesah nikmat. Kemaluanku mulai berdenyut-denyut, cairan nikmat itu
semakin banyak keluar dan aku semakin tidak tahan.

Kudorong badan Rio sehingga posisiku berada di atasnya, kutarik
celananya dan kelihatanlah penisnya yang keras, tegak menantang. Aku
belum pernah melihat penis sebelumnya, oleh karena itu aku cukup
kaget, tetapi nafsuku untuk mengulum penis Rio lebih besar daripada
rasa kagetku. Kupegang pelan batang penisnya, tanganku naik turun
perlahan mengikuti irama erangan Rio,kubelai dan kuciumi hingga puas.
Rio menggelinjang keenakan. Kujilat dari pangkal ke atas, kukulum dan
kusedot-sedot perlahan, kumainkan dengan lidahku, kugigit perlahan,
erangan Rio semakin menjadi-jadi.

“Shhh.., Rio nggak tahan lagi, Cindy.. Rio mau keluar..!” katanya
waktu itu.
Aku tidak dapat menjawab, karena mulutku sedang mengulum batang
penisnya, aku hanya mendesah, menjilat, menggigit dan menyedot.
Kemaluanku kembali berdenyut-denyut. Sambil mengulum penis Rio,
kumainkan puting buah dadaku bergantian dengan klitorisku. Aku pun
sudah hampir mencapai orgasme, kugeser posisi tubuhku hingga
membentuk posisi 69, dan Rio dengan cepatnya mejilatserta mengulum
vaginaku.

“Ahhh.., Cindy… Keluarkan punyamu Sayang… Aku sudah nggak bisa
nahan lebih lama lagi, aku mau keluaaarr… Ouch… ahhh… ahh..
ahh..!” erangan Rio dan eranganku semakin kencang dan menyemburlah
air mani dari penisnya di dalam mulutku.
Aku masih mengulum, menyedot dan menjilat sisa-sisa air maninya,
penis Rio berdenyut-denyut dan setiap kali kusedot, dia
menggelinjang. Rio juga mejilat-jilat kemaluanku dan mengulumnya.
“Ohhh.., it feels so goood…” batinku saat itu.

Aku pun tergeletak di samping Rio sambil masih memainkan putingku
yang basah terkena cairan maninya, rasanya putingku masih mengeras
dan masih minta untuk dikulum dan dihisap, kemaluanku pun masih
berdenyut-denyut, rasanya masih ada yang mengganjal meminta untuk
dilampiaskan. Akhirnya dalam posisi telentang, tangan kananku
kumainkan di kemaluanku dan tangan kiriku memilin-milin putingku,
kugesek-gesek dan kutekan tangan kananku di kemaluanku semakin cepat
dan cepat sambil memejamkan mata dan membayangkan penis di dalam
vaginaku.

Rio yang dari tadi memperhatikanku mulai beringsut mendekatiku dan
berbisik, “Mau aku bantu sayang..? Biar kamu dapat kepuasan lebih..?”
Aku hanya mendesah mengiyakan dan mulai menjerit kecil saat Rio
menggigit pelan putingku, dimainkannya satu persatu. Dihisap pelan,
dimainkan dengan lidah, digigit, dijilat sampai akhirnya kemaluanku
bertambah basah dan ada sesuatu yang mendesak ingin mencapai puncak
kenikmatan. Tubuhku mengejang dan Rio semakin liar meremas kuat
payudaraku. Aku terkulai dan tercapai sudah keinginanku untuk
mendapatkan multi orgasme.

Dua tahun kemudian.

Saat ini aku sudah putus dengan Rio dan aku mempunyai seorang pacar
yang usianya jauh lebih tua dari aku, 9 tahun bedanya. Menurutku dia
seorang laki-laki yang cukup berpengalaman, terutama dalam hal seks,
akan tetapi dia menganggapku anak kecil yang sama sekali belum
mengerti tentang nikmatnya seks. Walaupun aku masih tetap perawan
(dengan Rio aku hanya melakukan oral), tetapiaku benar-benar ingin
merasakan nikmatnya berhubungan badan. Namanya Donnie, aku sangat
menyukai tangannya yang kekar dan pantatnya yang bulat berisi, entah
mengapa, aku selalu terangsang apabila melihat tangan yang kekar dan
pantat yang berisi. Aku ingin sekali dia menyetubuhiku, dan aku
berpikir bagaimana caranya dia tergoda olehku.

Waktu itu hari Minggu, dan kedua orangtuaku sedang bepergian ke luar
kota. Aku tinggal di rumah hanya dengan pembantuku. Aku baru saja
bangun tidur waktu kudengar pembantuku menerima telpon dari Donnie,
dan Donnie mengatakan bahwa dia akan tiba di rumahku 10 menit lagi.
Mungkin karena sudah beberapa hari ini produksi hormonku meningkat,
aku merasa terus-menerus terangsang dan bernafsu sekali. Kuambil baju
tidurku bewarna hitam yang berupa tank top dengan belahan dada rendah
dan transparan, sehingga memperlihatkan payudaraku yang montok dan
kenyal, putingku yang mengeras menonjol keluar seperti sedang
mempersiapkan diri untuk dikulum. Kuganti celana dalamku dengan g-
string warna hitam senada dengan atasannya. Kuoleskan sedikit parfum
kesukaan Donnie di belakang telinga dan belahan dadaku.

Aku berpesan kepada pembantuku, apabila Donnie datang, suruh saja
langsung masuk ke kamarku, karena aku agak sedikit pusing. Aku
kembali berbaring di atas tempat tidur, menutup kembali selimutku dan
berpura-pura tidur sambil menunggu kedatangan Donnie. Tidak lama
kemudian dia datang. Setelah pembantuku menyampaikan pesanku,
kudengar perlahan-lahan dia masuk ke dalam kamarku. Bau harum
menyegarkan dan merangsang datang dari tubuhnya, dia duduk di pinggir
ranjang sambil membelai kepalaku dan membisikkan sesuatu di telingaku.
“Hi, Honey.. Kata bibi kamu sakit..? Pusing kenapa Sayang..?” katanya
pelan dan manis sekali.
Aku menggelinjang dan membalikkan tubuhku menghadap dia. Sekilas
sempat kulihat dia menelan ludah karena pahanya tersenggol oleh
payudaraku, kusandarkan kepalaku di pahanya dan kutarik sedikit
selimutku ke bawah, sehingga dia dapat melihat jelas gundukan dua
bukit putih dan kenyal milikku. Kupeluk pinggangnya sehingga posisi
wajahku menghadap ke perut dan kemaluannya, lalu kemudian aku bangkit
dan duduk di pangkuannya.
Kupeluk lehernya, kubisikkan di telinganya dengan desahan nafasku
yang hangat, “Aku pusing karena kamu nggak dateng-dateng..”

Donnie membalas pelukanku dengan erat, diciuminya pundak dan leherku
sambil berbisik, “Mmmh, kamu sexy sekali, baumu sungguh merangsang,
kamu tau aku paling nggak bisa tahan kalo kamu pake parfum ini..
Nanti kalo aku nggak tahan gimana..?”
Aku mengeratkan pelukanku dan menempelkan payudaraku ke dadanya
sambil kugesek-gesekkan, kucium belakang telinganya, kujilat lehernya.
“Kalo nggak tahan, ya dikeluarin ajaaa… aaahhh..!”

Aku mengubah posisiku menjadi menghadap ke arahnya dengan kedua
kakiku menjepit pinggulnya. Kuremas rambutnya yang hitam, semerbak
wangi kelelakiannya membuat kemaluanku berdenyut-denyut. Donnie
mengangkatku dan menidurkanku di atas ranjang, dia menciumi dadaku,
membuka tali tank top-ku dengan mulutnya satu persatu, menyembullah
payudaraku. Dia mulai menghisap dan menjilat putingku, sementara
tangan yang satunya meremas payudaraku yang satunya.

“Ouch.., Donnie… aku paling terangsang kalo putingku dikerjain, aku
bisa lakukan apa saya yang kamu minta, asal jangan berhenti menjilat
dan menghisap putingku.. Ahhh… Sssshh..!”
Donnie semakin bernafsu mendengar kata-kata dan eranganku,
kemaluannya sudah mulai mendesak dari celananya, kurasakan hal itu
dan aku pun tidak tahan untuk tidak memegang kemaluannya. Kubuka
resleting celananya dan kumasukkan tanganku ke dalamnya, kurasakan
cairan hangat di ujung kepala penisnya dan hangat batangnya, dia
mengerang nikmat sambil menggigit puting payudaraku. Setelah itu dia
menciumi seluruh tubuhku hingga aku terangsang hebat.

Dia memang sangat berpengalaman dalam hal ini, setelah itu aku
berpindah ke depan kemaluannya dan mulailah aku melakukan aksiku
membuat lelaki tergila-gila. Kucium ujung penisnya, kujilat cairan
yang terasa gurih, kumasukkan kepala penisnya ke dalam mulutku,
kuhisap-hisap dan kumainkan dengan lidahku. Donnie masih meremas dan
memilin-milin putingku sambil mengerang nikmat, kumasukkan lagi
penisnya lebih dalam ke dalam mulutku sambil kukocok-kocok dengan
mulutku naik turun. Pertama perlahan, semakin lama semakin cepat.
Donnie semakin kuat meremas payudaraku dan kemudian dia menarikku ke
atas tubuhnya.

Donnie melepas celana dalamku dan aku duduk di atas kemaluannya,
kugesek-gesekkan vaginaku di atas penisnya sambil menggoyang-
goyangkan tubuhku dan meremas serta memainkan putingku. Aku
mengerang, dan Donnie tampaknya sudah sangat terangsang oleh gerakan
tubuhku. Dia duduk dan diangkatnya aku hingga penisnya berdiri dan
siap menusuk ke liang kemaluanku.
Aku memeluknya dan membisikkan, “Honey, I’m still virgin, so do it
smoothly, because I want to feel the excitement…”
“Sure, sweetheart.. I’ll do this very, very gently so you won’t
forget this moment..”

Perlahan dia mulai memasukkan batang penisnya, terasa sempit sekali
dan terasa panas, akan tetapi karena didorong oleh nafsuku yang sudah
tidak tertahankan dan Donnie melakukannya dengan sangat berhati-hati,
lama kelamaan seluruh batang penisnya telah masuk ke dalam liang
vaginaku dan terasa nikmat sekali. Ouch.., Donnie mulai menggerak-
gerakkan pantatnya yang sexy dan aku mulai menggoyang-goyangkan
pinggulku. Cairan yang keluar dari kemaluanku memang sangat membantu,
terasa sempit, menjepit namun tidak sakit. Donnie semakin cepat
menggerakkan penisnya, maju dan mundur. Aahhh, rasanya tidak dapat
diungkapkan dengan kata-kata, terlalu nikmat untuk diucapkan. Peluh
membasahi kedua tubuh kami, hawa dingin yang keluar dari AC sudah
tidak dapat mendinginkan kami yang sedang dibakar gairah.

Sambil menggoyangkan tubuhnya, Donnie kembali menghisap puting
payudaraku dan membuatku gila. Rasanya aku tidak ingin dia melepaskan
hisapannya. Kupeluk dia dan kujilat lehernya, kukulum bibirnya sambil
mengerang nikmat.
Donnie membisikkan sesuatu padaku, “Rubah posisi yuk, sayang… Aku
yakin dengan posisi ini kamu bakalan ketagihan make love..”
Donnie kemudian mengangkat dan memutar tubuhku, sehingga aku
membelakanginya, dia melakukan dogie style yang pada saat itu aku
belum pernah membayangkan sampai kesitu.

Donnie kembali memasukkan batang penisnya ke vaginaku dan maju
mundur, dari perlahan hingga semakin cepat. Pengalamanku kali ini
luar biasa, belum pernah aku merasakan kenikmatan yang seperti ini.
Memang betul kata Donnie, ini akan membuatku ketagihan. Semakin cepat
Donniemenggerakkannya, semakin aku terangsang dan merasakan sesuatu
kenikmatan luar biasa yang berbeda dengan yang kurasakan pada waktu
masturbasi maupun oral.

Donnie memelukku dari belakang, meremas payudaraku dan
membisikkan, “Ahhh… aku mau keluar… kamu luar biasa, kamu bisa
membuat aku begitu terangsang dan aku nggak mau kehilangan kamu..
ahh.. ahh.. ahh..”
Bersamaan dengan keluarnya mani Donnie, aku pun merasakan yang sama,
cairan hangat milik Donnie membasahi vaginaku. Bau khas kejantanan
itu menyetuh penciumanku. Aku mengatakan bahwa aku tidak menyesal
melakukan hal ini, karena ini timbul dari keinginanku, tetapi Donnie
mengatakan berulang kali bahwa dia tidak mau kehilangan diriku.

No comments: