Kenalkan, namaku Ray. Umurku 22 tahun, dan
kuliah di sebuah universitas yang lumayan terkenal di Surabaya. And so
on, aku akan berusaha mengenalkan siapa diriku dengan cara yang semoga
bisa membuat kalian lumayan “berdiri”, hohohoho.
Aku mengenal yang namanya wanita sejak kecil,
kakakku seorang wanita, kedua adikku wanita, ibuku wanita, hehehe.. dan
pembantuku juga seorang wanita. Kuakui segala kenakalanku waktu aku
kecil. Aku suka mengintip pembantuku waktu mandi, melihat mereka
menyabuni “susu”-nya, dan terkadang melenguh saat jari-jarinya
menggosok kemaluannya. Dan saat aku duduk di bangku kelas satu SMP, aku
pertama kali mengerti yang namanya ejakulasi, ketika secara tak sengaja
aku menggesek-gesekkan batang kemaluanku ke lantai sambil mengintip
lipatan kemaluan pembantuku yang sedang tidur dari celah di bawah
pintu, konyol.. tapi kuakui itu. Aku mencoba merangsang diriku setiap
hari dengan memakai BH kakakku, melipat batang kemaluanku ke dalam
pahaku, dan menggesek-gesekkannya ke guling sambil tiduran. Oh, aku
belum tahu yang namanya persetubuhan, hanya saja perbuatan itu
membuatku merasa enak, apalagi ketika ejakulasi.
Aku mengenal yang namanya masturbasi dari
teman-teman, dipegang, terus di tarik begini.. begitu.. dan memang enak
sekali, jadi aku mulai menggunakan tanganku saat mengintip dan
menikmati bulu-bulu kemaluan pembantuku saat mandi. Mungkin yang paling
berkesan ialah ketika aku mengintip kakakku sendiri (hohoho) lewat
celah jendela, setelah dia mandi dan masuk kamar. Ahh, kuintip dia
melepas handuknya, mengagumi dirinya di depan cermin. Ohh.. baru kali
ini kulihat tubuh dewasa kakakku (yang kebetulan memang cantik, banyak
penggemarnya), selain kenangan masa kecil saat kami masih oke-oke saja
mandi bersama. Tanpa terasa kupegangi kemaluanku yag menegang saat ia
berbaring di tempat tidur, memegangi puting-puting susunya, dan
mengangkat kepalanya saat ujung batere itu bergerak-gerak di lubang
kemaluannya. “Hkk.. nngg..” kunikmati setiap gerakannya, sambil
menggoyangkan batang kemaluanku dan menarik-nariknya. Ahh.. kutarik
napas lega dan kuseka keringat dingin penuh dosa di pelipisku ketika
aku ejakulasi, seiring dengan turunnya pantat kakakku yang sebelumnya
mengejang-ngejang tak karuan.
Semenjak saat itu, aku menjadi ketagihan untuk
bermasturbasi, mungkin tiga-empat kali sehari. Dan pergaulanku dengan
teman-temanku memberikan kesempatan bagiku untuk menikmati adegan porno
dari video (beta), yang entah dari mana kasetnya. Sehingga imajinasiku
menggila setiap melakukan masturbasi. Tanpa kusadari mungkin aku
perlahan menjadi seorang maniak seks. Lagi pula itu julukan teman-teman
yang mengenalku sekarang, hohoho.. penjahat kelamin?
Akhirnya aku berhasil mengujinya ketika aku
berkenalan dengan seorang cewek cantik bernama Enni, saat itu aku kelas
tiga SMP. Perkenalanku dengan gadis cantik itu mendapat berbagai
halangan, baik dari teman-teman (yang sirik), keluarga kami (karena
perbedaan religi), dan tentu saja para sainganku (kebetulan Enni
sendiri adalah seorang cewek idola). Hohoho.. masih kuingat saat
sepatunya mendadak terlempar ke kepalaku saat sedang enak-enak duduk,
sakit memang, tapi toh ada manfaatnya, hehehe. Jadi, aku berkenalan
dengannya. Kami mengakrabkan diri dan aku sempat merasa sangat bangga
ketika akhirnya ia menerimaku menjadi kekasihnya, saat itu bertepatan
dengan pembagian STTB, hehehe. Dan yang paling menggembirakan, ternyata
aku satu SMU dengannya, dan satu kelas pula, alamak! Betapa
beruntungnya aku.
Kami berdua masih sama-sama polos dalam hal
bercinta, mungkin itu yang membuat segalanya menjadi mudah. Dalam tempo
tiga bulan aku berhasil mencium bibirnya, eh.. enak dan lembut. Itu
ciumanku yang pertama, hahaha.. bergetar.. bergetar. Bayangan akan
kelembutan bibirnya membuatku terangsang setiap malam, semakin liar
menggosokkan kemaluanku ke guling, membayangkan tubuhnya yang tanpa
pakaian menggeliat seperti di film porno saat kumasukkan batang
kemaluanku ke dalam lubang kemaluannya, ahh.. ahh.. ahh.. kurasakan aku
hampir gila karena nafsuku. Lalu, dengan sembunyi-sembunyi kunaiki
mobil papaku, dan kuajak dia berputar-putar keliling kota, hanya
sebentar-sebentar, dan tentu saja aku berkompromi dulu dengan sopirku.
Akhirnya aku mendapat “SIM-beli” setelah merengek-rengek setengah
mampus di kaki papaku. Dan aku mulai mengatur rencana bagaimana aku
bisa menikmati tubuh kekasihku, daripada hanya bibirnya, lagipula
batang kemaluanku menuntut terus tiap waktu.
Jadi pertama kuajak ia berputar-putar
sekeliling kota, alasannya untuk merayakan SIM-ku. Dan kucoba mencium
bibirnya di dalam mobil ketika kami berhenti di sebuah jalan raya, eh..
dia tidak menolak. Yah, sebuah petanda yang bagus.. oke. Beberapa hari
kemudian, aku mulai agresif mengajaknya jalan-jalan, sampai akhirnya
aku berani mengajaknya ke jalan tol di sebuah malam Minggu. Kami
berhenti di peristirahatan tol Surabaya-Gempol. Kumatikan mesin, dan
kucium bibirnya yang lembut. Ia sama sekali tidak meronta ketika aku
meremas-remas buah dadanya yang lumayan besar di telapak tanganku, dan
ketika kubuka bajunya, menelanjangi bagian atasnya, alangkah nikmat
kurasakan menciumi puting susunya yang kecil yang kencang, nafasnya
yang melenguh dan mengerang menambah kenikmatan yang kurasakan,
“adikku” berdiri tegak siap tempur, tapi kutahan saja, karena aku takut
ia akan menamparku jika aku melangkah terlalu jauh. Jadi
kugesek-gesekkan saja kemaluanku ke pinggiran kursi sampai ejakulasi.
Dan selama itu dia tidak menolak sama sekali, bahkan terkesan pasrah
dan menikmati. Dia bahkan sempat memberi wanti-wanti, “Ray.. jangan
cerita-cerita okay?” Oh.. tentu tidak dengan menggunakan namanya dan
namaku yang asli, hohoho.
Nah, hari-hari berikutnya, karena ia tidak
pernah menolak, jadi aku pun mulai berani melepaskan baju atasku,
menikmati kehangatan dadanya di dadaku sambil menciumi bibir dan
telinganya. Mmm.. enak sekali kurasakan saat itu. Kami mulai biasa
melakukan embracement di rumahnya, rumahku, dalam mobil dan
dimanapun tempat yang kami bisa. Sampai akhirnya kami kelas 2. Saat itu
aku mulai mengenal yang namanya pil “koplo”, dan karena aku anak band,
jadinya pil setan itu menjadi konsumsi wajibku sebelum manggung, ah
kurindukan saat-saat “sakauw”. Efeknya, aku menjadi lebih liar,
lagipula Enni sama sekali tidak tahu aku mengkonsumsi obat-obatan. Dia
hanya bingung melihat prestasiku yang merosot 23 peringkat saat cawu 1,
dan kubilang saja karena papa dan mama ribut melulu. Toh dia percaya.
Suatu saat, ketika kami pulang sekolah (siang),
kuajak dia mampir di Wendy’s. Kami makan, dan kemudian seperti biasa
berputar-putar mencari tempat. Akhirnya aku memberhentikan mobilku di
sebuah jalanan yang lumayan sepi di dekat Kenjeran. Ah, aku sih
bersyukur saja karena kaca mobilku gelap, hehehe.. jadi, kubuka baju
dan behanya, menikmati puting-puting “susu”-nya seperti biasa, sambil
sesekali meremas dan menggigit. Nafasnya mendengus-dengus. Kuajak ia
pindah ke bangku belakang. Enni menurut saja. Kuteruskan hisapanku di
“susu”-nya, dan ketika kumasukkan tanganku ke dalam roknya, ia hanya
diam dan mengeluh. Kutarik celana dalamnya ke bawah, sambil kuciumi
bibirnya yang terbuka. Enni mengerang lirih saat kusentuh kemaluannya
yang basah. Aku berusaha mendudukkan diriku di sebelahnya, mengangkat
roknya dan membuka pahanya, untuk yang pertama kalinya aku melihat
kemaluan seorang wanita di depan mataku, bentuknya indah sekali,
berbeda dengan yang di film-film porno. Kulihat wajahnya memerah dan
matanya memandangku bertanya-tanya. “Aku tahu bagaimana membuatmu
enak..” bisikku lirih sok tahu. Kulihat Enni hanya diam saja, jadi
kutahan pahanya ke sandaran jok belakang, dan kuletakkan telapak
tanganku menutupi liang kemaluannya. Enni mengerang-erang saat
kugosok-gosok bibir kemaluannya dengan telapak tanganku, “Ahh.. hahh..
ahh..” aku juga semakin bernafsu, persis seperti di film, pikirku saat
itu. Hanya saja, untuk menjilat aku belum berani, jijik.
Jadi kuteruskan saja menggosok-gosok
kemaluannya, terkadang cepat, terkadang lambat, “Ahh.. ahh.. khh..
hh..” Enni mengerang-erang, tangannya menjambret kain bajuku yang
terbuka, menarik-nariknya. “Aaahh..” kurasakan tanganku sangat basah,
pahanya bergerak-gerak membuka dan menutup. Aku pun menghentikan
tanganku sejenak, melihat dan menikmati wajahnya yang memerah dan
nafasnya yang terengah-engah. Eh.. dia malah berkata, “Gantian. Aku
ingin lihat punya kamu!” Oh God, hahahaha.. sure, dan kubuka celanaku
berikut celana dalam yang menempel di pantatku. Enni memperhatikan
dengan seksama “burung”-ku yang tegang dan bergerak-gerak di depannya.
“Duduk..” kataku sedikit memerintah. Kugamit jemarinya dan kuletakkan
di batang kemaluanku, Enni memegangnya tapi dia diam saja, “Salah..
Begini loh!” kutunjukkan cara melakukan masturbasi padanya, dan.. damm
it! it feels soo good. Kurasakan telapak tangannya menggenggam batang
kemaluanku dan menarik-nariknya, enak. Kumasukkan lagi tanganku ke
dalam roknya, membuka pahanya dan menggosok bibir kemaluannya, “Ahh..
hh.. uhh.. ahh..” kami mengerang dan mengeluh bersamaan, kucium
bibirnya dan merasakan lidahnya bergerak liar. “Ahh.. mm.. hh.. ahh..
enak sekali..” kugerak-gerakkan pantatku ke depan memberi respon pada
gerakan tangannya dan akhirnya spermaku keluar mengenai sandaran kursi.
Kami terdiam sejenak, melihat cairan kental putih yang menempel di kain
sandaran kursi di depan kami. “Iyakh..” kudengar ia berkata dan kami
sama-sama tertawa. Kukecup bibirnya, mengambil tissue untuk
membersihkan tangannya dan kain pembungkus sandaran kursi itu tentunya.
Lalu kami pulang.
Hari-hari berikutnya kami semakin sering
melakukan hal serupa di tempat-tempat yang sudah kusebutkan di atas, oh
jalan tol merupakan tempat idola kami, hehehe. Aku semakin tenggelam
dalam kenikmatanku terhadap obat-obatan, aku mulai mengenal heroin,
yang sangat nikmat apabila ditorehkan dalam luka-luka sayat di
tanganku, dan juga valium, yang menimbulkan bekas bintik-bintik hitam
di pangkal lenganku. Ah, akhirnya Enni curiga melihat keaktifanku yang
semakin liar di group bandku, dan kondisi tubuhku yang mengurus,
pelajaranku yang selalu kuakhiri dengan tidur. Dan itulah yang
memacunya untuk meninggalkanku dan beralih ke lelaki lain yang sudah
kuliah. Hal itu dilakukannya saat aku berangkat ke New York selama tiga
bulan untuk studi banding (kebetulan aku lumayan jago dalam sastra
Inggris).
Waktu aku mengetahuinya aku sempat mengamuk
habis, hampir saja aku ke kampus si cowok untuk menawurnya bersama
teman-temanku, namun kubatalkan mengingat betapa konyolnya aku untuk
marah hanya gara-gara seorang wanita. Jadi kuputuskan untuk pulang
perang dengan membawa oleh-oleh berharga. Kutelepon ke rumahnya,
memintanya sudi menemuiku untuk yang terakhir kalinya. Enni menemuiku
malam itu, dan langsung kucium bibirnya sambil membisikkan kata-kata
kerinduan dan betapa aku tak sanggup kehilangan dia, dan mungkin karena
kenangan berseksual-ria denganku (atau mungkin karena aku cinta
pertamanya) membuatnya pasrah saat kupegangi payudaranya dan
meremas-remas kemaluannya dari lapisan celana ketatnya. Ah, kebetulan
saat itu kedua orangtuanya sedang berangkat menghadiri pernikahan,
sedangkan kakaknya saat itu sudah kembali ke Bandung untuk
menyelesaikan kuliahnya, jadi aku merasa bebas-bebas saja. Jadi
kurangsang dia dengan segenap kemampuanku, kubelai buah dadanya dengan
lembut, menciumi wajahnya, lehernya tengkuknya, memasukkan jariku ke
dalam celananya, memainkan liang kemaluannya di jariku, membuat
nafasnya memburu dan terengah-engah, “Ahh.. ahh.. uh.. ngg..” aku
merasakan nafsuku mulai naik ke ubun-ubun ketika tangannya menyelip di
lipatan celanaku dan bergerak-gerak di batang kemaluanku yang menegang
hebat.
Aku cukup kaget ketika tiba-tiba ia
melepaskanku, menangis, aku bingung. Lalu ia bangkit berdiri, menuju ke
ruang tengah rumahnya dan telunjuknya memanggilku mengikutinya. Oh God,
hohohoho. Kami bergulingan di tempat tidurnya yang lebar, kuciumi
seluruh wajahnya, lehernya, kupingnya, dagunya, dan kuhisap puting
“susu”-nya penuh nafsu, kuangkat pakaiannya melewati kepalanya, “Ahh..
uhh.. argg..” kurasakan kenikmatan batang kemaluanku menekan-nekan
liang kemaluannya dari balik baju kami. Kubuang BH-nya entah kemana.
Kubuka bajuku, menempelkannya di payudaranya, merasakan kenikmatan dan
kehangatannya. Kuciumi bibirnya dengan lebih bernafsu. Kuraih celana
ketatnya yang pendek dan kutarik, kulepas berikut celana dalamnya,
kupegangi dan kuraba kemaluannya yang basah. Pahanya bergerak-gerak
menggesek-gesek batang kemaluanku yang masih terbungkus, dan kubuka
celanaku cepat-cepat. Kurasakan paha telanjangnya menekan batang
kemaluanku. Tangannya meraih batang kemaluanku dan memainkannya dengan
gerakan yang membuatku terengah-engah menahan nikmat, “ahh.. ahh..
ahh..hh..” akhirnya kuangkat tubuh telanjangku ke atasnya, dan
menempelkan batang kemaluanku di liang kemaluannya. “Ahh.. gila..
kenikmatan ini.. ahh..” kudengar ia menyebut-nyebut namaku dengan lirih
ketika pinggulku bergerak-gerak dan menggesek bibir-bibir kemaluannya
ke atas dan ke bawah, ahh.
Kucium bibirnya dengan lebih bernafsu,
kujatuhkan seluruh tubuhku menindihnya, merasakan tekanan buah dadanya
yang berkeringat di kulitku, kugoyang-goyang pinggulku ke atas dan ke
bawah, “Ahh.. ahh..” ke samping ke depan, “Aahh.. ah.. ah..” merasakan
setiap kenikmatan gesekanku dan pelukan pahanya di pantatku setiap aku
bergerak ke samping, “Ahk.. ahk..” Akhirnya kubenamkan bibirku di
bibirnya dan menekan pantatku sekuat tenaga ketika nafsuku tak
terkontrol lagi dan menyemburkan spermaku melewati dan membasahi
permukaan perutnya, Ahh.. hah..” nafasku terengah-engah penuh
kenikmatan, pelukannya mengencang di punggung dan pinggangku. Pantatnya
menekan batang kemaluanku kuat-kuat. “Aahh.. nikmatnya..” baru kali ini
kurasakan nikmatnya melakukan petting.
Aku bangkit berdiri, memakai pakaianku yang
berserakan di lantai, dan membantunya berpakaian, lalu melangkah
kembali ke ruang tamu. “Ray.. jangan teruskan memakai obat-obatan..”
Aku mengangguk. Dan itulah kata terakhir yang kudengar dari bibirnya
sesaat sebelum kurelakan dia pergi dari sisiku. Dengan perjuangan yang
keras selama beberapa minggu, aku berhasil menghentikan kecanduanku
pada obat-obatan di sebuah pusat rehabilitasi di Lawang. Memang,
setelah ia sudah menjadi pacar orang lain, yang notabene direstui
orangtuanya. Namun tak jarang kami melakukan pertemuan rahasia dan
melakukan petting. Namanya juga cinta pertama.
Sampai akhirnya ia mambantuku menembus UMPTN,
dan jarak kami terpisah sangat jauh sekarang. Ahh Enni, selalu mulutku
mendesah mengingat kenangan cinta pertamaku. Terakhir aku berjumpa
dengannya Januari 2000, kami melakukan petting lagi di sebuah wisma di
kota dimana ia kuliah. Sampai sekarang, aku belum menemuinya lagi.
Mungkin kalau ketemu.. hohohoho.. ah, kekasihku, cintaku. Tapi
pengalaman-pengalaman seru dengannya membuatku ketagihan setengah mati,
dan bayangkan saja jika aku harus menunggu setahun sekali untuk
petting, woah.. what a waste of time.. huh? Jadi aku mulai meningkatkan
kelasku menjadi perayu wanita.
Hampir dua kali seminggu aku melakukan petting,
bukan bersetubuh tentunya, karena aku masih cari selamat dan aku paling
benci yang namanya perek atau pelacur, hanya bawa penyakit. Oh.. aku
kehilangan keperjakaanku saat aku melakukan hubungan dengan seorang
gadis pecandu sabu-sabu yang kujumpai sedang menangis di pinggir jalan
karena ditinggal teman-temannya ke diskotik. Wah.. lagi-lagi aku
beruntung, ketika ia mengajakku bercinta, aku mengiyakannya karena
sekedar kepingin tahu dan ternyata si gadis itu masih PERAWAN!
Oh God, mercy on me, saat kulihat noda darah berceceran di kasurku,
hohohoho.. dalam keadaan “fly” mungkin ia tak sadar mengajakku, orang
yang baru ia kenal untuk bercinta hahaha.. dan kuantar dia pulang ke
sekitar wilayah makam Banteng, masih dalam keadaan bingung. Jahat
memang, tapi masih sempat kuhadiahkan sebuah kecupan di keningnya.
Sejak itu aku memutuskan untuk tidak berhubungan seksual dulu, karena
rasanya toh begitu-begitu saja, benar seperti kata orang, yang enak itu
pemanasannya, hahaha, lagipula aku sudah pernah mencicipi perawan,
hehehe.. dan enak gila, jadi aku berambisi mendapat perawan sebanyak
mungkin tanpa harus bertanggungjawab. Bajingan? okeh, terserah.
Mungkin kalian akan banyak belajar dariku
bagaimana cara mendapatkan perawan tanpa harus terbebani tanggungjawab.
Hohohohoho.. sekedar informasi, aku selalu menggunakan cara yang
aneh-aneh dan total sekarang sudah 13 gadis kuperawani tanpa
sepengetahuan mereka. Caranya.. hohoho.. nanti kukasih tahu. Kebetulan
aku punya cerita menarik tentang cewek yang bernama Kirani, yang
baru-baru saja mendaftarkan diri menjadi korbanku. Mungkin beberapa
hari lagi kupostkan.
Wednesday, 7 January 2009
Kisahku Yang Menyenangkan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment