Panggil saja nama saya Johan, dan saya akan
menceritakan kisah nyata yang terjadi pada diri saya ketika saya masih
berumur sekitar 13 tahun ketika keluarga kami tinggal di Palembang.
Pada saat itulah saya pertama kali mengalami “Pengalaman” gituan dan
dengan seorang perempuan yang jauh lebih tua.
*****
Mungkin pada waktu seumur-umur seperti itulah
memang seorang anak laki-laki mulai mengalami masa puber, dimana saya
mulai tertarik akan lawan jenis dan akan hubungan antara laki-laki dan
perempuan, walaupun saya tidak banyak mengerti mengenai akan hal itu.
Mungkin sudah waktunya saya harus mengalaminya dan saya tidak bisa
melupakan bagaimana kami disekolah mulai membaca dan mengedarkan
cerita-cerita porno yang stensilan ataupun diketik biasa dengan
menggunakan kertas karbon.
Saya masih ingat sekali ketika saya pertama
kali dipinjami satu stensilan cerita porno yang berjudul “Isteri
Serdadu” dan setiap malam saya baca cerita itu sambil bermain-main
dengan kemaluanku sendiri sampai suatu saat saya mengalami “Klimaks”
dan kemaluanku memuncratkan cairan mani yang jernih. Pada saat itu aku
perhatikan bahwa mani-ku jernih dan tidak seperti yang di blue-film
yang pernah saya tonton beberapa tahun kemudian dimana mani yang
dikeluarkan oleh pemain-pemain film itu selalu putih dan kental. Baru
setelah kira-kira 2-3 tahun kemudian, mani yang kukeluarkan mulai
menjadi kental dan keputih-putihan seperti cairan air tajin (kanji).
Pada waktu itu ada sepasang suami iseri yang
baru kawin yang menyewa satu kamar didalam rumah kami sementara mereka
mencari rumah kontrakan. Rumah kami cukup besar dan mereka memasak
sendiri dengan menggunakan dapur di bagian belakang rumah. Saya sering
mendengar mereka bercengkerama didalam kamar mereka dan si isteri
sering ketawa cekikikan, tetapi saya belum begitu mengerti dan belum
bisa membayangkan kira-kira apa sih yang mereka sedang lakukan didalam
kamar. Tetapi saya mulai ingin tahu terutama setelah membaca
cerita-cerita porno stensilan yang saya pinjam dari teman-teman
disekolah.
Kamar tidurku kebetulan bersebelahan dengan
kamar tidur mereka dan dibatasi oleh dinding Papan. Satu malam, ketika
saya mendengar sang isteri ketawa cekikikan, saya coba mengintip dan
saya menemukan celah-celah diantara Papan kayu yang membatasi kamar
kami. Saya melihat dengan jelas bagaimana mereka berdua sedang duduk
dipinggir tempat tidur, tubuh si isteri terbuka sampai di pinggang dan
si suami sedang meremas-remas buah dada isterinya. Kemaluanku menjadi
tegang sekali dan dada saya berdebar-debar dengan sangat kencang dan
lututku terasa lemas.
Kemudian si suami mulai mengisap-isap pentil
buah dada isterinya yang sangat montok dan mulus dan tanpa terasa
tanganku mulai mempermainkan kemaluanku sendiri. Tidak lama kemudian
mereka bangkit dari tempat tidur dan si isteri kemudian membaringkan
diri ditempat tidur dengan pantatnya pas berada dipinggiran tempat
tidur. Rambut kemaluannya kelihatan sangat hitam dan lebat dan membukit
dan kedua kakinya terjuntai kelantai. Si suami kemudian berlutut
didepan kemaluan isterinya dan si isteri mengangkat kedua kakinya dan
meletakkannya diatas bahu suaminya. Saya melihat si suami membenamkan
wajahnya kedalam bukit hitam kemaluan isterinya dan saya hanya bisa
mengira-ngira bahwa dia pasti sedang menciumi atau menjilati kemaluan
isterinya. Isterinya menggeliat-geliat dan tangannya meremas-remas
rambut kepala suaminya.
Setelah bermain seperti itu beberapa lama, si
suami berdiri dan mereka kelihatan berbisik-bisik satu sama lain. Si
isteri kemudian berdiri dan mengambil selimut dari tempat tidur dan
mengembangkannya di lantai. Dasternya jatuh kelantai dan saya sangat
terrangsang melihat tubuhnya yang telanjang bulat. Buah dadanya
berayun-ayun naik turun dan saya bisa melihat celah-celah pahanya yang
mengkilat karena basah. Dia kemudian membaringkan diri diatas selimut
dilantai dengan kakinya mengarah ke tempat dimana saya mengintip.
Ketika dia merenggangkan kakinya, saya bisa melihat bibir kemaluannya
yang merah dan basah. Seakan-akan saya bisa mengulurkan tanganku dan
menyentuhnya karena jaraknya hanya kira-kira dua meter dari dinding
dimana saya mengintip.
Kemudian si suami membuka celana dalamnya dan
kelihatanlah kemaluannya yang sudah berdiri tegak lurus yang panjangnya
ada kira-kira 10 centimeter tetapi kelihatannya sangat besar batangnya.
Dia berlutut diantara kaki isterinya dan isterinya mengangkat lututnya
sehingga pahanya menjadi lebih terbuka. Saya hanya bisa melihat dari
belakang ketika si suami naik menindih isterinya. Setelah dia menekan
dan memasukkan kemaluannya kedalam kemaluan isterinya, kaki isterinya
naik dan melingkari kedua paha suaminya dan kemudian bokong suaminya
kelihatan naik turun dengan gerakan yang teratur.
Tanganku sendiri sudah basah oleh lendir mani
dari sudah saya keluarkan dari kemaluanku dan rasanya nikmat sekali;
jauh lebih nikmat daripada ketika onani dengan membayangkan
adegan-adegan yang tertulis di buku stensilan - disini saya melihat
sendiri dengan mata kepala saya sendiri lelaki dan perempuan yang
sedang bersenggama.
Saya terus mengintip dan setelah si suami
memompa isterinya kira-kira 5 menit, pantatnya mulai bergerak naik
turun dengan sangat cepat dan saya melihat tiba-tiba otot-otot
dipantatnya menjadi keras dan dia menekan dalam-dalam dan tangan
isterinya merangkul kepalanya erat-erat. Saya merasa sangat iri melihat
kemesraan dan kenikmatan mereka berdua dimana mereka boleh menikmati
sesuatu yang menjadi rahasia buat saya pada saat itu. Mereka tergeletak
diam bertindihan seperti itu beberapa menit dan kemudian si suami
menggulingkan tubuhnya kesamping dan berbaring disamping isterinya.
Kemaluannya kelihatan lemas dan basah dan dicelah-celah paha isterinya
saya melihat cairan putih mengalir sampai jatuh keselimut tempat dia
berbaring. Kemudian isterinya mengambil celana dalam suaminya yang
terletak dilantai dan dengan itu dia menyeka kemaluannya sendiri dan
kemudian batang kemaluan suaminya.
Sayapun diam-diam dan pelan-pelan kembali ke
tempat tidurku dan didalam gelap saya mulai mengocok kemaluanku kembali
sampai saya ejakulasi untuk kedua kalinya dan kemudian saya tertidur
dengan lelap.
Sekolah SMP yang saya ikuti adalah sekolah sore
yang mulai dari pukul 12 siang sampai pukul 4 sore. Setiap pagi saya
tinggal dirumah sendirian karena orang tua saya pergi bekerja ke kantor
dan saudara-saudara saya yang lain bersekolah di pagi hari. Satu hari
saya sedang mengerjakan PR di meja makan ketika saya kembali mendengar
suara si isteri yang sedang ketawa cekikikan di dalam kamar mereka.
Saya segera meninggalkan meja makan dan masuk kedalam kamar tidurku
untuk mengintip adegan yang sangat menggairahkan itu.
Si isteri sedang menungging di atas tempat
tidur dan ketika saya menyaksikan pantatnya yang bulat dan putih mulus
itu, mani saya rasanya hampir muncrat saat itu juga. Si suami berlutut
dilantai dan menjilati kemaluan isterinya dari belakang. Aduh alangkah
enaknya, saya berkata dalam hati. Kapan saya bisa menikmati yang
seperti itu, kata saya ngiri.
Sedang asyik-asyiknya nonton, tiba-tiba
seseorang menepuk pantatku dari belakang. Saya hampir pingsan karena
terkejut karena saya mengira bahwa orang tua saya sudah pulang dan saya
tertangkap basah mengintip orang bersenggama. Tetapi ketika saya
menoleh ke belakang, saya melihat si Ayu’, tetangga dari sebelah dan
dia tersenyum dan berbisik, “Hayo, ketahuan ngintip..!”
Saya merasa lemas dan sangat malu dan ketakutan
dan sayapun merebahkan diri diatas tempat tidur sambil tengkurap untuk
menenangkan diriku. Nah, disini saya perlu menjelaskan sedikit mengenai
tetangga kami, si Ayu’. Dia tinggal bersama tiga orang anaknya yang
masih kecil-kecil karena suaminya tinggal di Tanjung Karang dengan
isteri mudanya. Suaminya sangat jarang datang mengunjungi dia. Selama 2
tahun kami bertetangga, saya mengingat bahwa suaminya hanya pernah
datang dua kali.
Seringkali si Ayu’ datang “Meminjam” beras atau
uang dari Ibu saya karena suaminya terlambat mengirim uang belanja. Dia
juga sering meminta kakak saya yang perempuan yang pintar menjahit
untuk menjahit bajunya yang kemudian dia akan bayar apabila dia sudah
menerima uang dari suaminya.
Kira-kira tiga bulan sebelumnya, ketika saya
sedang sendirian di rumah, Ayu’ datang dan katanya ingin ngepas bajunya
yang sudah hampir selesai dijahit oleh kakak saya. Pada waktu itu tidak
ada orang lain dirumah selain saya sendiri. Saya bawa dia masuk kedalam
kamar kakak saya untuk mencoba bajunya. Ketika dia meminta saya untuk
keluar karena dia harus menanggalkan pakaiannya, saya diam saja dan
tidak beranjak.
“E-eh, kamu nggak mau keluar, iya? Mau lihat Ayu’ telanjang..?” katanya.
“Boleh kan..?” kata saya berharap.
“Budak nakal..” katanya dan dia memutar
tubuhnya membelakangi saya sambil membuka pakaiannya. Oh, lututku
menjadi lemas melihat badannya yang putih mulus dan pantatnya yang
montok; dia ternyata tidak mengenakan celana dalam! Tanpa saya sadari
saya maju dan mengelus pantatnya yang mulus. Dia berbalik dan memukul
tangan saya.
“Heh, koq lancang!” katanya setengah marah,
setengah bercanda dan mata saya melotot melihat bagian depan tubuhnya
yang buat saya begitu indah dan menggiurkan. Saya terpesona melihat
perutnya yang sangat mulus dan bersih dan yang paling mempesonakan
adalah kemaluannya yang sangat mulus tanpa rambut sedikitpun! Hanya ada
kelihatan bibirnya yang kemerah-merahan dengan sedikit warna cokelat
menyembul keluar seperti senyum simpul yang agak peot.
“Bandel! Nanti saya bilangin mami kamu, lho!”
katanya tetapi dia tidak berusaha menutupi tubuhnya dan mulai
mengenakan pakaian baru yang akan dicobanya. Dia mulai mengenakan baju
itu dengan menurunkannya mulai dari kepala dan ketika baju itu menutup
kepalanya, saya tanpa sadar menulurkan tangan saya dan mengelus bibir
kemaluannya. Dia hampir melompat karena kaget tetapi saya segera lari
keluar dari kamar.
Nah, kembali kepada peristiwa saat ini, ketika
saya tengkurap ditempat tidur, ternyata Ayu’ meneruskan untuk mengintip
sendiri adegan yang sedang terjadi didalam kamar tidur. Saya tidak
menyadarinya tetapi tiba-tiba saya merasa tangannya mengelus punggung
saya dan ketika saya berbalik, Ayu’ sedang duduk dipinggir tempat tidur
dan berbisik, “Mereka lagi ngentot..,” katanya dengan nafas yang agak
berat.
Saya diam saja karena masih belum pulih dari
rasa kaget dan malu, tetapi tiba-tiba Ayu’ meraba kearah kemaluanku
yang sudah mulai bangun lagi. Saya diam saja dan biarkan dia membuka
resleting celana saya dan tangannya kemudian mengelus-elus batang
kemaluanku yang sudah berdiri tegak. Dia kemudian berlutut dilantai
disisi tempat tidurku dan mulai mengemut kontolku yang masih belum
begitu besar. Saya merasa sangat geli dan nikmat dan tiba-tiba saya
mengejang dan maniku muncrat didalam mulut Ayu’. Dia teruskan mengisap
kontolku yang tetap tegang, lalu kemudian dia membuka dasternya dan
naik ketempat tidur. Dia kemudian mengangkangi kepala saya dan
menyodorkan kemaluannya yang mulus kewajahku.
Sekarang saya bisa melihat dengan jelas sekali
bibir kemaluannya yang sudah basah dan saya bisa mencium sedikit bau
amis bekas kencing yang sangat merangsang bagiku. Dia membuka bibir
kemaluannya dengan jari2nya dan menekankan kemaluannya yang merah dan
basah kewajahku. Saya hampir tidak bisa bernapas dan saya mendorongnya
mundur. Oh, saya berkata dalam hati, sekarang saya tidak perlu iri lagi
dengan pasangan yang sedang bermain di dalam kamar tidur sebelah.
Sekarang saya bisa menikmati hal yang sama dengan Ayu’ dan bukan hanya
membayangkan adegan-adegan cerita porno stensilan saja.
Ayu’ merebahkan dirinya di tempat tidurku dan membuka pahanya lebar-lebar.
“Ayo, masukin ke nonok Ayu’..,” katanya berbisik.
Saya menaiki tubuhnya dan menindih perutnya
yang hangat dan mulus. Buah dadanya terasa lunak menekan wajahku yang
masih basah oleh lendir dari kemaluannya dan saya mencoba untuk
memasukkan kontolku kedalam celah-celan bibir kemaluannya. Ayu’
menolong saya dengan menutun kemaluanku masuk ke dalam kemaluannya, dan
saya merasakan kenikmatan yang amat sangat ketika saya merasakan
kehangatan liang kemaluannya yang mengulum batang kemaluanku yang masih
remaja itu, dan secara refleks saya mulai memompa naik turun.
Hanya setelah kira-kira 3 menit saja, Ayu’
tiba-tiba menjepit pinggangku dengan kakinya yang melingkari pinggulku
dan badanya mengejang dan dia mengeluarkan suara seperti orang
mengangis. Lalu dia menjadi diam dan saya merasa liang kemaluannya
berdenyut-denyut dan batang kemaluanku seperti disedot-sedot. Saya juga
tidak tahan lagi dan saya menyemprotkan maniku kembali untuk kedua
kalinya. Ayu’ merangkul kepala saya ke dadanya dengan sangat erat
sampai saya merasa sulit bernapas, dan saya sangat takut jangan sampai
suaranya yang seperti orang menangis itu didengar oleh pasangan yang
ada didalam kamar sebelah.
Kami diam di dalam posisi seperti itu selama
beberapa menit, lalu Ayu’ melepaskan rangkulannya dan pahanya mengendor
dan jatuh kesamping. Saya mendorong diriku untuk bangun dan saya
melihat wajah Ayu’ yang kelihatan merah dan matanya tertutup. Saya
mencabut kontol saya pelan-pelan dari lubang kemaluan Ayu’ yang sudah
sangat becek. Gerakan ini membuat gairahku bangkit kembali dan kontolku
menjadi keras kembali, dan sambil bertopang kekasur seperti seseorang
yang melakukan push-up, sayapun mendorong kemaluanku keluar masuk
kemaluan Ayu’. Saking beceknya saya bisa mendengar suara seperti
mengocok sabun.
Dengan masih menutup matanya, Ayu’ mengimbangi
gerakanku dengan pinggulnya, naik turun dan bergoyang kekiri kekanan.
Dia menggigit bibir bawahnya dan tiba-tiba dia mengangkat pinggulnya
untuk mengantisipasi masuknya kontolku lalu kakinya kembali melilit
pinggulku dengan erat dan tiba-tiba dia kentut dengan keras beberapa
kali. Entah kenapa saya sangat dirangsang mendengar dia kentut, dan
ketika saya merasa bahwa kenikmatan ejakulasi mulai datang, saya
menyodok dalam-dalam dan sekali lagi saya semprotkan air maniku didalam
lubang kemaluannya dan saya merasakan kembali lubang kemaluannya
berdenyut-denyut.
Saya kemudian bangkit dan pergi mandi karena
saya harus pergi ke sekolah. kira-kira dua bulan kemudian, pasangan
suami isteri itu pindah kerumah kontrakan mereka yang baru. Saya
tinggal sendirian dirumah dan hampir setiap hari Ayu’ mengajak saya
untuk bersetubuh dan kami melakukannya sepuas-puasnya, kadang-kadang
bisa sampai 3 kali berturut-turut. Kadang-kadang Ayu’ begitu
bernafsunya sehingga walaupun dia sedang mens dia sering juga mengajak
main.
Kami bertetangga sampai satu tahun lagi sampai
keluarga saya pindah ke Jakarta, dan orang-orang tidak ada yang
mencurigai perbuatan kami dimana kami melakukan persetubuhan hampir
setiap hari. Saya masih begitu muda sehingga kuat melayani Ayu’ yang
betul-betul sangat haus akan kepuasan karena suaminya hampir tidak
pernah datang mengunjungi dia.
Seperti saya katakan tadi diatas, Ayu’
mempunyai tiga orang anak. Yang paling tua adalah seorang perempuan
yang masih berumur 11 tahun bernama Efi. Saya pernah mempunyai
kesempatan untuk menyetubuhi kedua Ibu dan anak sekaligus, tetapi
pengalaman itu saya akan ceritakan di kesempatan yang lain.
Oktober 2003 - Seattle, Washington
Wednesday, 7 January 2009
Masa Kecilku di Palembang
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment