Monday 5 January 2009

Inge anak Bossku..Liar

Aku bekerja sebagai seorang sopir untuk pengusaha WNI kaya di Surabaya.
Namaku Herman, umurku 25 tahun, dan berasal dari Malang. Aku sudah
bekerja selama 3 tahun pada juraganku ini, dan aku sedang menabung
untuk melanjutkan kuliahku yang terpaksa berhenti karena kurang biaya.

Wajahku sih kata orang ganteng, ditambah dengan tubuh atletis dan kekar
berkat latihan beban yang sangat aku gemari. Banyak teman SMA ku yang
dulu bilang , seandainya aku anak orang kaya,pasti sudah jadi playboy
kelas berat. Memang ada beberapa teman cewekku yang dulu naksir padaku,
tetapi tidak aku tanggapi. Mereka bukan tipeku. Entah mengapa, aku
paling suka dengan wanita keturunan. Paling tidak tahan aku kalau
melihat kulit mereka yang putih mulus..ingin rasanya merasakan
kelembutannya. Mungkin memang sudah normal bila seseorang tertarik
dengan ras yang lain.

Juraganku punya seorang anak tunggal, gadis berumur 17 tahun, kelas 2
SMA favorit di Surabaya. Namanya Inge. Tiap hari aku mengantarnya ke
sekolah. Aku kadang hampir tidak tahan melihat tubuh Inge yang seksi
sekali. Tingginya kira-kira 170 cm, dan susunya itu lho..besar dan
kelihatannya kencang sekali. Ukurannya kira-kira 36C-lah. Ditambah
dengan penampilannya dengan rok mini dan baju seragamnya yang tipis…
wah… membuatku ingin sekali menyetubuhinya. Setiap kali mengantar ke
sekolah, ia duduk di bangku depan disampingku, dan kadang-kadang aku
melirik melihat pahanya yang putih mulus dengan bulu-bulu halus… atau
pada belahan susunya yang terlihat dari balik seragam tipisnya itu.
Tapi aku selalu ingat, bahwa dia adalah anak juraganku. Bila aku
macam-macam bisa dipecat ku nanti, dan angan-anganku untuk melanjutkan
kuliah bisa buyar.

Siang itu seperti biasa aku jemput dia di sekolahnya. Mobil BMW biru
metalik aku parkirkan di dekat kantin, dan seperti biasa aku menunggu
Non-ku di gerbang sekolahnya.
Tak lama dia muncul bersama teman-temannya.

“Siang, Non.. mari saya bawakan tasnya”

“Eh… Pak, udah lama nunggu?” katanya sambil mengulurkan tasnya padaku.

“Barusan kok Non..” jawabku

“Nge,… ini toh supirmu yang kamu bicarain itu. Lumayan ganteng juga
sih… ha… ha..” salah satu temannya berkomentar. Aku jadi rikuh
dibuatnya.

“Hus..”sahut Non-ku sambil tersenyum. “Jadi malu dia nanti..”

Segera aku bukakan pintu mobil bagi Non-ku, dan temannya ternyata juga
ikut dan duduk di kursi belakang.

“Kenalin nih Pak, temanku ” Non-ku berkata sambil tersenyum. Aku
segera mengulurkan tangan dan berkenalan.

“Herman” kataku sambil merasakan tangan temannya yang lembut.
” Mei-Ling” balasnya sambil menatap dadaku yang bidang dan berbulu.

“Pak, antar kita dulu ke rumah Mei-Ling di Darmo-Permai” instruksi Non
Inge sambil menyilangkan kakinya sehingga rok mininya tersingkap keatas
memperlihatkan pahanya yang putih mulus..

“Baik Non” jawabku.. Tak terasa kontolku sudah mengeras menyaksikan
pemandangan itu. Ingin rasanya aku menjilati paha itu, dan kemudan
mengulum susunya yang padat berisi..kemudian menyetubuhinya sampai dia
meronta-ronta.. ahh..

Tak lama kitapun sampai di rumah Mei-Ling yang sepi. Rupanya ortunya
sedang keluar kota, dan merekapun segera masuk kedalam. Tak lama Non
Inge keluar dan menyuruhku ikut masuk.

“Saya di luar saja Non”
“Masuk saja Pak… sambil minum dulu..baru kita pulang”

Akupun mengikuti perintah Non-ku dan masuk ke dalam rumah. Ternyata
mereka berdua sedang menonton VCD di ruang keluarga.

“Duduk di sini aja Pak” kata Mei-Ling menunjuk tempat duduk di sofa
disebelahnya.

“Ayo jangan ragu-ragu..” perintah Non Inge melihat aku agak ragu.

“Mulai disetel aja Mei” Non Inge kemudian mengambil tempat duduk di
sebelahku.

Tak lama kemudian… filmpun mulai… Masya Allah… ternyata film
porno.

Di layar tampak seorang pria negro sedang menyetubuhi dua perempuan
bule secara bergantian. Napas Non Inge disampingku terdengar memberat,
kemudian tangannya meremas tanganku.

Akupun sudah tidak tahan lagi dengan segala macam cobaan ini. Aku
meremas tangannya dan kemudian membelai pahanya. Tak berapa lama
kemudian kamipun berciuman. Aku tarik rambutnya, dan kemudian dengan
gemas aku cium bibirnya yang mungil itu.

“Hmm…h.” Suara itu yang terdengar dari mulutnya, dan tangankupun tak
mau diam beralih meremas-remas susunya.

Kubuka kancing seragamnya satu per satu sehingga tampak bongkahan
daging kenyal yang putih mulus punya Nonku itu. Aku singkap BHnya ke
bawah sehingga tampaklah puting susunya yang merah muda dan kelihatan
sudah meneganng.

” Ayo… hisap Pak.. ahhh”. Tak perlu dikomando lagi, langsung aku
jilat puting susunya,sambil tanganku meremas-remas susunya yang sebelah
kiri.

Aku tidak memperhatikan apa yang dilakukan temannya di sebelah, karena
aku sedang berkonsentrasi untuk memuaskan nafsu birahi Non Inge.
Setelah puas menikmati susunya, aku pun berpindah posisi sehingga aku
jongkok tepat didepan selangkangannya. Langsung aku singkap rok seragam
SMA nya, dan aku jilat CDnya yang berwarna pink..
Tampak jembutnya yang masih jarang menerawang dibalik CDnya itu…

“come.on..eat my pussy ..” Non Inge mendesah sambil mendorong kepalaku.
Aku tak begitu mengerti apa maksud perkataannya, tapi aku tahu apa yang
Nonku inginkan. Langsung aku sibak CDnya yang berenda itu, dan aku
jilati kemaluannya.

“ohhh… I like it… ohhhh… yess… ehmmh.” Erangan demi erangan
terdengar dari mulut Nonku yang sedang aku kerjai. Benar-benar
beruntung aku bisa menjilati kemaluan seorang gadis kecil anak
konglomerat. Tanganku tak henti mengelus, meremas susunya yang besar
dan kenyal itu.

“Yess… ohh… faster… faster… ehhmmm ohh… I am cuming…
ahhh…”

Tangan Non Inge meremas rambutku sambil badannya menegang. Bersamaan
dengan itu keluarlah cairan dari lubang vaginanya yang langsung aku
jilat habis.

Akupun berdiri dan membuka retsleting celanaku. Tapi sebelum sempat aku
buka celanaku, Non Inge telah ambil alih.

“Biar saya yang buka Pak ” katanya

Tangannya yang mungil melepas kancing celana jeansku, dan membantuku
membukanya. Kemudian tangannya meremas-remas kontolku dari luar CDku.
Dijilatinya CDku sambil tangannya meremas-remas pantatku. Akupun sudah
tak tahan lagi, langsung aku buka CDku sehingga kontolku yang berukuran
20 cm dan sudah tegak, bergelantung ke luar.

“Oh my God .” desis Non Inge… sambil tangannya mengelus-elus
kontolku. Tak lama kemudian dijilatinya buah pelirku terus menyusuri
batang kemaluanku. Dijilatinya pula kepala kontolku sebelum
dimasukkannya ke dalam mulutnya.

Aku remas rambutnya yang berbando itu, dan aku gerakkan pantatku maju
mundur, sehingga aku seperti mengentot mulut anak juraganku ini.
Rasanya luar biasa… bayangkan… kontolku yang berukuran 20cm itu dan
berwarna hitam legam sedang dikulum oleh mulut seorang gadis manis.
Pipinya yang putih tampak menggelembung terkena batang kemaluanku.

“Punyamu besar sekali Pak… I love it… ehmm..” katanya sambil
kemudian kembali mengulum kemaluanku.

Setelah kurang lebih 10 menit Non Inge menikmati kontolku, dia suruh
aku duduk di sofa. Kemudian dia menghampiriku sambil membuka seluruh
pakaiannya sehingga dia tampak telanjang bulat. Dinaikinya pahaku, dan
diarahkannya kontolku ke liang vaginanya.

“Now… fuck me… you slave..” katanya memberi instruksi. Aku tak
begitu mengerti apa arti kalimatnya, tapi aku tahu dia ingin merasakan
nikmatnya kontolku yang besar itu. Diturunkannya pantatnya, dan
kontolkupun masuk perlahan ke dalam liang vaginanya.

Kemaluannya masih sempit sekali sehingga masih agak sulit bagi kontolku
untuk menembusnya. Tapi tak lama masuk juga separoh dari kontolku ke
dalam lubang kemaluan anak juraganku ini.

“Ahhh… yes… now I fuck your big dick… ehmpp.. yeach..”katanya
sambil naik turun di atas pahaku. Tangannya meremas dadanya sendiri,
dan kemudian disodorkannya puting susunya untukku.

“Yess.. suck my tits.. you poor slave..” Tak perlu aku tunggu lebih
lama lagi langsung aku lahap susunya yang montok itu. Sementara itu Non
Inge masih terus naik turun sambil kadang-kadang memutar-mutar
pantatnya, menikmati kontol besar sopirnya ini.

“Now fuck me doggy style..” instruksinya. Diapun turun dan menungging
menghadap ke sofa.

“Ayo Pak.. setubuhi saya dari belakang” Non Inge menjelaskan maksudnya
padaku. Akupun segera berdiri di belakangnya, dan mengelus-elus
pantatnya yang padat. Kemudian kuarahkan kontolku ke lubang vaginanya,
tetapi agak sulit masuknya. Tiba-tiba tak kusangka ada tangan lembut
yang mengelus kontolku dan membantu memasukkannya ke liang vagina Non
Inge. Aku lihat ke sampig, ternyata Mei Ling, yang membantuku
menyetubuhi temannya. Dia tersenyum sambil mengelus-elus pantat dan
pahaku.

Aku langsung menyetubuhi Non Inge dari belakang. Kugerakkan pantatku
maju mundur, sambil memegang pinggul Nonku.

“Ahhh… Pak… Pak… Terus… I love it… oh my God.” Non Inge
mengerang nikmat.

Susunya tampak berayun-ayun, dan segera kuremas dari belakang.
Kupilin-pilin puting susunya, dan erangan Non Inge makin hebat.

Mei Ling sekarang telah berdiri di sampingku dan tangannya sibuk
menelusuri tubuhku. Ditariknya rambutku dan diciumnya bibirku dengan
penuh nafsu. Lidahnya menerobos masuk ke dalam mulutku. Sambil
berciuman dibukanya kancing baju seragamnya sehingga tampak buah
dadanya yang tidak terlalu besar, tetapi tampak padat.

“Ohh.. I am coming again… uhhhh… yessssss… oh my God… fuck me
faster you big slave.” Non Inge mengerang makin hebat. Tak berapa lama
terasa cairan hangat membasahi kontolku.

“Non… saya juga hampir keluar..” kataku.

“Tahan sebentar Pak.. keluarin dimulutku… I want to taste your cum..”
kata Non Inge.

Non Inge dan Mei Ling berlutut di depanku, dan Mei-Ling yang sedari
tadi tampak tak tahan melihat kami bersetubuh di depannya, langsung
mengulum kontolku di mulutnya. Sementara itu Non Inge menjilat-jilat
buah pelirku. Mereka berdua bergantian mengulum dan menjilat kontolku
dengan penuh nafsu. Akupun sibuk membelai rambut kedua remaja ini, yang
sedang memuaskan nafsu birahi mereka.

“Now.. I want you to fuck my tits..”Non Inge memberiku instruksi sambil
menelentangkan tubuhnya di atas karpet ruang keluarga.

“Ayo kontolnya taruh disini Pak” kata Non Inge lagi. Akupun segera
menaruh berlutut di atas dada Nonku dan menjepit kontolku diantara dua
bukit kembarnya. Segera aku maju mundurkan pantatku, sambil tanganku
mengapitkan buah dadanya.

“Uhh… that’s nice… yeach… that’s right ”

Sementara Mei Ling sibuk mengelap tubuhku yang basah karena keringat.
Tak berapa lama kemudian, akupun tak tahan lagi. Kuarahkan kontolku ke
dalam mulut Non Inge, dan dikulumnya sambil meremas-remas buah pelirku.

“Ahhhhhh… Non… ahhhhh” jeritku dan air manikupun menyembur ke dalam
mulut mungil Non Inge. Akupun tidur menggelepar kecapaian di atas
karpet, sementara Non Inge dan Mei Ling sibuk menjilati bersih batang
kemaluanku.

Setelah itu kamipun sibuk berpakaian, karena jam sudah menunjukkan
pukul 15.00. Ortu Inge termasuk ortu yang strict pada anaknya,
sehingga bila dia pulang telat pasti kena marah. Di mobil dalam
perjalanan pulang, Inge memberiku uang Rp 100.000,-.

“Ambil Pak, buat uang rokok. Tapi janji jangan bilang siapa-siapa
tentang yang tadi ya” katanya sambil tersenyum. Akupun mengangguk
senang.

“Besok kita ulangi lagi ya Pak… soalnya si Mei-Ling minta bagian”

Demikian kejadian ini terus berlanjut. Hampir setiap pulang sekolah,
Non Inge akan pura-pura belajar bersama temannya. Tetapi yang terjadi
adalah dia menyuruhku untuk memuaskan nafsu birahinya dan juga
teman-temannya, si Mei-Ling, Linda, Nini,dll. Tapi akupun senang
karena selain mendapat penghasilan tambahan dari Non Inge, akupun dapat
menikmati tubuh remaja mereka yang putih mulus.

No comments: