Agus termasuk salah seorang pembaca situs
17Tahun.com yang rajin membaca kisahku secara rutin. Seperti halnya
para pembaca yang lain, Agus juga melayangkan email padaku untuk
berkenalan. Semua email memang kubalas dengan permintaan persyaratan
yang kuajukan.
Biasanya 90% di antara mereka langsung rontok,
dan yang tersisa ini banyak yang nekad menghubungi HP-ku, walau mereka
belum memenuhi persyaratan yang kuajukan sebelumnya. Seperti biasanya
telepon yang masuk kalau nomernya belum terdaftar, langsung saja
kuhindari dengan berbagai cara, mulai dari kubilang kalau mereka telah
salah sambung, tertipulah dan lain sebagainya.
Agus termasuk salah seorang pembaca yang
terseleksi, dia langsung memenuhi persyaratan yang kuajukan. Pada
emailnya yang berikut ternyata Agus langsung memberikan apa yang
menjadi persyaratanku bahkan berikut foto dirinya. Tutur katanya di
email cukup sopan dan tidak bertele-tele.
Usia Agus ternyata baru 16 tahun, masih pelajar
SMU. Namun postur dan penampilannya layaknya sudah berusia sekitar 27
tahun, bukan berarti wajah Agus tampak lebih tua dari usianya, namun
kedewasaan dan penampilan Agus itulah yang membuat dia layaknya sudah
benar-benar dewasa.
Aku pun membalas email Agus dengan ucapan
terima kasih, dan kukirim juga foto diriku. Pada email berikut kami pun
bertukar kata dan foto-foto kami yang lain sambil juga bertukar
biodata. Terus terang aku juga cukup terkejut saat mengetahui bahwa
ternyata Agus baru berusia 16 tahun dan masih SMU. Berarti dia 12 tahun
lebih muda dariku, namun orang lain tidak akan percaya pada usia Agus
sesungguhnya apabila melihat penampilan dan sosok Agus, demikian pula
dengan diriku.
Sejak kami berkenalan, setiap pulang sekolah
Agus selalu datang ke Kebun Binatang Surabaya (KBS) tempatku bekerja
sebagai dokter hewan. Setiap kali datang menemuiku, Agus memang tidak
pernah memakai baju seragam sekolah, sehingga banyak rekan kerjaku yang
juga terkecoh oleh penampilannya. Mereka semua menganggap Agus adalah
pacarku, sehingga banyak juga yang cemburu padaku saat Agus menemaniku
hingga sore di KBS.
Walau penampilannya cukup dewasa, namun sifat
kekanakan Agus masih tetap tampak, maklum biar bagaimana pun usia Agus
masih 16 tahun. Bicara soal sex, Agus masih layaknya remaja lain yang
baru dalam masa pertumbuhan, keinginannya besar sekali tapi masih
takut-takut.
Agus menceritakan bahwa untuk menyalurkan
libidonya, dia sering melakukan masturbasi di depan komputer, sambil
membaca tulisan-tulisan di 17Tahun.com. Sesungguhnya dia sama sekali
belum pernah melakukannya karena boro-boro ML, melihat tubuh wanita
telanjang secara nyata saja belum pernah, paling-paling dilihatnya di
film-film BF yang dia putar tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya.
Hubungan kami semakin hari semakin dekat,
layaknya sepasang remaja yang sedang asyik berpacaran memadu kasih.
Sejak awal aku sudah mengingatkan Agus dan sering kali juga kuingatkan
kembali agar Agus tidak terlalu terlena dengan hubungan kami ini,
karena aku memang tidak ingin jatuh cinta apa lagi married.
Agus pun mau mengerti, jadi hubungan kami
adalah sekedar pertemanan saja dan hanya saling suka sama suka satu
dengan yang lain. Sejauh ini hubungan kami biasa-biasa saja sampai pada
sore ini, saat Agus mengantarku pulang. Memang sejak siang tadi Agus
sudah mengunjungiku di KBS dan kami pulang sama-sama. Kebetulan
kendaraanku belakangan ini dipakai Papaku, jadi setiap pagi aku didrop
dan sore harinya dijemput dari KBS. Sejak aku kenal dengan Agus, Papaku
sudah tidak perlu menjemputku lagi karena aku selalu pulang dengan
diantar oleh Agus.
Sesampai di rumahku Agus kupersilakan untuk
masuk, karena dia masih harus menungguku mandi. Aku tadi memang meminta
tolong Agus mengantarku ke Gramedia untuk membeli buku tentang
konservasi, tapi aku ingin pulang mandi dulu karena badanku terasa
gerah sekali dan bau keringat.
Saat itu rumahku masih kosong, Papaku belum
pulang dan Mamaku entah pergi kemana, sedangkan adikku mungkin masih di
kampus. Melihat suasana rumah yang sepi begini, tiba-tiba timbul
keisenganku hingga kutanyakan pada Agus..
“Gus! Kamu benar-benar seumur hidup belum pernah lihat cewek telanjang bulat di hadapanmu?”
“Belum! Emangnya kenapa?” sahut Agus.
“Kalau ada cewek bersedia telanjang di
hadapanmu gimana?” tanyaku selanjutnya. Rupanya Agus sudah mengerti
kemana arah pembicaraanku selanjutnya.
“Emangnya Mbak Lia mau telanjang bulat di hadapanku?” tanya Agus sedikit menggoda.
“Yuk kita masuk ke kamarku” ajakku pada Agus sambil melangkah masuk ke kamar, dan Agus pun mengikuti langkahku dari belakang.
Kututup dan kukunci pintu kamarku dari dalam.
Berikutnya kubuka satu persatu kancing hemku dan kutanggalkan begitu
saja di hadapan Agus yang duduk di pinggiran tempat tidurku. Payudaraku
yang ranum menggairahkan langsung terpampang jelas di hadapan Agus
karena memang aku tidak pernah memakai BH.
Kubuka kaitan rok miniku dan kubiarkan
terluncur ke lantai begitu saja hingga kini tubuhku pun hampir
telanjang bulat. Hanya tersisa CD mini yang kukenakan, modelnya G
String dengan seutas tali nylon melingkar di pinggangku, sisanya juga
seutas nylon yang tersambung dari belakang pinggang ke bawah,
melingkari selangkangan melalui belahan pantatku. Di bagian depan hanya
berupa kain sutera tipis tembus pandang berbentuk segi tiga, ukurannya
tidak lebih dari seukuran dua jari yang fungsinya hanya mampu menutupi
bagian luar liang vaginaku. Untuk melepaskannya cukup menarik kedua
ikatan yang ada di samping kiri kanan pinggangku.
Aku sengaja meminta agar Agus yang melucuti
sisa penutup tubuhku. Hanya dengan sekali tarikan di ujung tali nylon
yang mengikat di pinggangku, lepas sudah G Stringku dan langsung
terluncur ke lantai. Kini aku pun benar-benar telanjang bulat di
hadapan Agus, tanpa sehelai benang pun menutupi tubuh molekku.
Dapat kulihat tonjolan besar di bagian depan
celana Agus. Rupanya Agus langsung horny begitu melihat aku benar-benar
telanjang bulat di hadapannya. Napasnya tampak naik turun mulai tidak
teratur. Kutinggalkan Agus begitu saja, dan aku langsung masuk ke kamar
mandi yang berada di dalam kamarku.
Sengaja saat aku mandi, pintu kamar mandi
kubiarkan terbuka lebar sehingga Agus bisa dengan jelas melihat seluruh
aktifitasku di dalamnya. Rupanya Agus sudah benar-benar tidak tahan
hingga dilepaskannya seluruh pakaiannya sampai telanjang bulat. Agus
melangkah dari tempat tidurku dan berdiri di pintu kamar mandi
memandangku sambil mengocok batang kemaluannya yang sudah berdiri tegak
bagaikan Tugu Pahlawan.
Melihatnya, aku mengajak Agus untuk sama-sama
mandi. Lalu kami berdua berdiri di atas bathtub, saling gosok dan
saling menyabuni tubuh kami secara bergantian. Tangan Agus selalu
‘parkir’ di daerah sensitifku. Walau belum pernah melakukan ML bukan
berarti Agus tidak paham letak daerah sensitifku karena hampir seluruh
daerah sensitifku itu digerayanginya sehingga membuat nafsuku langsung
naik ke puncak.
Aku mendesah kenikmatan saat jari-jari tangan
Agus memainkan klitorisku hingga dari dalam liang vaginaku mengalir
cairan bening hangat. Aku seakan tak mampu berdiri lagi. Badanku
sedikit berjongkok menahan rasa yang akan meledak dari dalam tubuhku.
Lalu kuajak Agus agar segera menyelesaikan mandi.
Dengan hanya mengeringkan tubuh seadanya kami
keluar kamar mandi. Lalu kududukkan Agus di tepian tempat tidurku dan
aku berjongkok di hadapan selangkangannya. Langsung kuraih dan kukulum
batang kemaluannya. Agus sedikit terkejut namun tidak menolak saat aku
memasukkan batang kemaluannya ke dalam mulutku. Kujilat kepala
kemaluannya dengan penuh nafsu, lidahku menyapu batang kemaluannya
hingga kedua biji pelirnya. Agus merebahkan badannya ke tempat tidur
saat mulutku mengulum biji pelirnya. Tanganku mengocok-ngocok batang
kemaluannya.
“Uu.. Uuh! Mbak aku pengen kencing nich!” seru
Agus. Dan.. croo.. oot! Cree.. eet! See.. eerrt! Sperma Agus
benar-benar muncrat tumpah keluar membasahi wajah dan rambut kepalaku.
“Aduu.. Uuh! Enak sekali Mbak!” ujar Agus padaku.
“Gila! Kok cepat sekali orgasmenya Gus?” tanyaku.
“Belum-belum kok sudah keluar?” timpalku lagi.
“Iya Mbak! Habis enak sekali, jauh lebih enak daripada yang kulakukan sendiri selama ini”, kata Agus.
“Ayo Mbak, sekarang giliran Mbak”, lanjut Agus
sambil menarikku ke tempat tidur, dan aku pun menurut langsung naik ke
atas tempat tidur dengan menelentangkan badan.
Agus langsung mencium bibirku dan kubalas
dengan lumatan dan rabaan di punggungnya. Mulut kami saling berpagut,
mulut kami saling lumat, saling menjulurkan lidah bergantian. Nafsuku
tadi sebenarnya sudah mencapai puncak, namun sedikit drop saat
belum-belum Agus sudah mengalami orgasme saat sedang kukulum batang
kemaluannya.
Kini hasratku mulai naik kembali, aku jadi
semakin liar saja saat tangan Agus bergerilya di daerah seputar
selangkanganku. Agus mulai melakukan jilatannya, lidahnya menjilati
seputaran telinga, leher, dada dan payudaraku. Aku jadi merasa geli
sekali saat ujung lidah Agus menyapu seluruh bagian payudaraku. Puting
susuku digigitnya dengan bibirnya dan dikulum-kulum. Jilatannya
mengarah terus ke bawah menyapu setiap jengkal perutku. Pusarku pun tak
luput dari jilatannya.
“Uu.. Uuh! Gus! Kamu ternyata pintar juga bikin perempuan kelojotan”, kataku.
Agus hanya mendiamkan ucapanku, mulutnya terus
turun menciumi paha hingga lututku. Mulutnya naik kembali menciumi dan
menjilati pahaku bagian dalam yang sensitif hingga aku jadi benar-benar
tidak tahan dibuatnya. Kuraih kepala Agus dan kujambak sedikit sambil
menariknya ke atas. Agus mengerti apa mauku, kepalanya mengikuti
tarikan tanganku yang mengarahkannya ke arah pangkal pahaku yang kubuka
lebih lebar lagi.
Mulut Agus langsung terbenam di pangkal
selangkanganku, mulutnya menyambar bibir vaginaku dan lidahnya serta
merta dijulurkan dan mengorek celah lipatan bibir vaginaku. Entah
berapa banyak sudah cairan lendir yang mengalir keluar dari dalam liang
vaginaku dan bibir vaginaku jadi ternganga lebar. Aku sudah benar-benar
tidak mampu lagi membendung gelombang orgasmeku saat mulut Agus
mengulum klitorisku. Rasa meledak-ledak dari dalam tubuhku akhirnya
benar-benar meledak dengan dahsyat saat lidahnya mempermainkan ujung
klitorisku.
“Uu.. Uucch! Teruu.. Uus! Terus Gus!” desahku.
“Auu.. Uucch!”
Vaginaku jadi becek sekali. Pantatku kuangkat
dan kugoyangkan mengikuti jilatan lidah Agus. Tubuhku menggigil sedikit
kejang dan..
“Aa.. Aaff! Oo.. Oocch! Aduu.. Uuh! Gus! Sudah Gus, aku sudah orgasme” kataku sambil mendesis.
“Gimana Mbak, puas ndak?” tanya Agus padaku.
Aku tak mampu menjawab pertanyaannya, hanya mengangguk sambil berdehem saja.
Tuesday, 6 January 2009
Pengalamanku Dengan Pelajar SMU
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
wah ....seruuuu
ada cew/ tante yang mau seru2an ma aq kah.
aq di sby ;)
anton_pjg@yahoo.com
Post a Comment