Monday 5 January 2009

Teman Sekelas

Saat ini aku sedang kuliah semester dua di salah satu universitas
swasta di selatan Jakarta. Ini kisah beberapa bulan lalu, sekaligus
cerita pengalaman pertamaku melakukan hubungan seks. Hari pertama
kuliah memang membosankan karena belum kenal teman-teman. Tetapi,
dengan jarak satu baris, ada mahasiswi duduk tiba-tiba, dia terlambat
sekitar 10 menit. Kemudian agak kulirik hati-hati bagaimana rupanya.
Memang sih tidak terlalu cantik tetapi manis. Ditambah kulit
coklatnya, rambutnya agak ikal, panjangnya setengah leher, belah
tengah. Sejenak otak terpenuhi pikiran-pikiran kotor. Bajunya abu-abu
dengan lengan biru dan agak ketat, jadi buah dadanya terlihat
mancung. Perkiraanku sekitar 34A ukurannya.

Sekitar seminggu berlalu, tetapi aku belum juga kenal dengan cewek
itu. Seminggu kemudian, saat aku sedang ngobrol dengan beberapa
temanku (yang kenal dengan cewek itu), tiba-tiba dia menghampiri
kumpulanku dan teman-temanku. Ngobrol, ngobrol, ngobrol, akhirnya dia
duluan yang bertanya untuk berkenalan.
“Eh, elo namanya siapa..?” katanya.
Dalam hatiku, “Agresif nih kayaknya… bodo ah, tancap aja..!”
Lalu kubilang, “Eldi.”
Dia juga ngejawab, “Diya Hartiyan, panggil aja Yayan.”
Akhirnya kami berkenalan juga.

Setelah aku merasa akrab dengannya, pikiranku mulai kembali pada
pikiran-pikiran kotorku lagi. Bahkan lebih parah, ingin bersetubuh
dengan Yayan. Setiap kali kulihat dada seksinya, batang kejantananku
mulai tegang. Malah, kadang-kadang kalau sedang duduk di belakangnya,
Yayan seringkali membangkitkan nafsuku dengan melepas ikat rambutnya
dan menaikkan rambutnya hingga lehernya terlihat. Juga bibirnya yang
sexy, yang mungkin terlalu enak untuk dicium dan dikulum. Nafsuku
yang sudah meledak suka ingin membuatku melepaskan celana dan onani
di depan wajahnya. Aku juga ingin memiliki fotonya buat bahan onani
di kamar atau di kamar mandi. Tetapi berhubung nafsuku sudah kelewat
batas, aku sering onani dengan bahan hanya menggunakan daya khayalku
saja.

Yang membuatku bertambah nafsu, Yayan gampang sekali dirangkul atau
dipeluk cowok. Kupakai kesempatan ini dengan memeluk bagian
pinggangnya, apalagi Yayan malah menanggapinya dan membalasnya.
Kemudian, pada saat ujian negara semester 1, wanita diharuskan
memakai rok panjang semata kaki. Begitu kulihat Yayan, wuaih…
anggun sekali! Apalagi dengan tambahan belahan roknya yang hampir
sedengkul. Ketika kebetulan dia duduk, kulihat pahanya yang ternyata
tidak sehitam kulit bagian lainnya, melainkan lebih coklat muda,
hampir putih. Batang kejantananku kembali terangsang. Sesampainya di
rumah, aku melakukan onani lagi.

Lalu, inilah saat-saat yang mengejutkan. Setelah midtest semester
dua, salah seorang temanku ingin main ke rumahku yang juga mengajak
beberapa teman-teman lainnya. Kebetulan orangtuaku sedang tidak ada
di rumah. Bagian yang paling mengejutkan dan membuat nafas memburu
adalah Yayan ikut juga ke rumahku. Hari itu Yayan memakai kemeja yang
agak memperlihatkan bagian pusarnya. Di rumah aku mencoba biasa saja
dan berusaha menutupi nafsu birahiku. Tidak lama Yayan ingin ke kamar
mandi. Karena rumahku bertingkat, dan kamar mandi atas lagi rusak
(airnya tidak jalan), kuantarkan Yayan ke kamar mandi bawah
(sementara teman-teman lainnya di atas main Play Station) sambil
mencoba menstabilkan nafas yang memburu melambangkan orang penasaran.

Sejenak aku berpikir, “Terlalu nekat nih… tapi, kapan lagi..?”
Akhirnya kuputuskan untuk memberanikan diriku. Aku pura-pura
menjelaskan bagian-bagian kamar mandiku kepada Yayan.
“Yan, ini showernya, ati-ati lho nyemprotnya kencang, trus WC-nya..
udah bisa kan..?”
Tidak lama kemudian kulakukan niat gilaku.
“Emm… Yan..!” aku bertanya agak gemetaran sambil melihat tangga.
Yayan menjawab, “Apaan sih..? Ada apa..?”
“Ehmm… Gue… boleh..,” Yayan langsung memotong, “Apaan sih..!
Boleh apaan..?”
“Gue boleh cium elo, nggak..?”
Batinku berkata, “Kok kayak anak SMP yah..? Tapi, bodo amat lah..!”
Yayan agak tertegun, “Hah..! Ee.. emm…”
Entah adrenalin dari mana yang datang, tiba-tiba kupegang pinggang
kanannya sambil menarik Yayan ke pelukanku. Yayan terlihat tidak
berdaya, hanya agak mendesah. Langsung saja kucium perlahan bibir
seksinya itu.

Awalnya bibir Yayan hanya diam saja, terkadang agak membuka lebar.
Namun setelah agak lama, Yayan mulai memejamkan matanya dan langsung
melingkari kedua tangannya di leherku, lalu membalas ciumanku
ditambah jilatan di ujung bibirku. Sesekali Yayan juga mengulum
lidahku dan agak digigit.
Aku mendengar desahan Yayan, “Ehmm… eehhh… mmm…” mungkin karena
menikmati kulumannya.
Lalu Yayan yang mulai agresif, mendorongku ke tembok sambil membuka
bajuku. Terpikir olehku, seperti di film saja. Setelah bajuku lepas,
Yayan melemparkannya ke lantai dan menjilati dadaku, lalu turun
menjilati bulu daerah pusarku. Bukannya geli yang kurasakan, tetapi
justru menambah kencangnya ereksi batang kemaluanku. Lalu kubalas
lagi melucuti kemejanya. Terlihat buah dadanya yang bulat sexy.

Sambil meneruskan ciuman mautku, kulepas kaitan BH-nya. Kulempar BH-
nya ke lantai dan mulai menghisapi buah dada Yayan.
“Aghhh… ahhgghhh.., Di… aaahh..!” Yayan terlihat berkeringat dan
mengeluarkan desahan.
Beruntung pintu kamar mandi sudah kututup rapat. Puting Yayan
kubasahi dengan ludah dan kujilati kembali. Yayan juga sesekali
menjambak rambutku dan menjilati daun telingaku. Setelah lama bermain
pada puting payudaranya, kulepaskan celana panjang dan celana
dalamku. Kemudian aku menyender di tembok sambil memegangi batang
kejantananku yang sudah berdiri tegang dan agak berurat. Yayan tidak
mulai memasukkan batang kemaluanku ke mulutnya, tapi malah
memainkannya dengan sedikit kocokan. Serentak dengan masuknya batang
kejantananku ke mulut Yayan, aku merasakan ada semacam getaran
listrik di daerah pinggul dan selangkangan.

“Eghh.. Yan… ehhggghhh..!” aku juga mendesah karena enaknya hisapan
Yayan.
Sesekali Yayan juga meludahi ujung batang kemaluanku dan menjilati
pinggirnya. Akhirnya, kuajak Yayan untuk melakukan persenggamaan.
“Ehh… Yan… gue masukkin yahh… hhh..!” sambil nafasku naik-turun.
Tanpa banyak bicara kecuali sedikit desahan, “Eughhh.. ehhh…” Yayan
langsung mendorongku ke dudukan WC, sehingga aku terduduk dan Yayan
duduk di pangkuanku setelah melucuti celananya.
Wajahnya menghadap ke arahku. Yayan sendiri yang mengarahkan batang
kemaluanku ke lubang vaginanya.

“Esshhghhh… emmmhhh..!” Yayan mendesah namun seperti tertahan.
Wajahnya terlihat agak merah. Dari situ kuketahui kalau dia sepikiran
denganku. Tidak ingin suaranya kedengeran. Akhirnya aku melakukan
persetubuhan untuk pertama kalinya. Setelah Yayan menusukkan batang
kejantananku ke liang senggamanya, aku merasakan ujung batang
kejantananku menabrak dan mendorong sesuatu. Nampaknya selaput
daranya tertekan.
Batinku berkata, “Yess… Yayan masih perawan.”
Yayan mencoba mengayunkan badannya ke atas dan bawah.

Kugoyangkan juga badanku ke atas dan ke bawah. Kurasakan selaput
Yayan sudah robek. Mungkin nanti akan terlihat noda darah. Goyangan
Yayan semakin kencang. Sekujur tubuhnya terlihat kucuran keringat.
Bagitu juga badanku, terutama bagian leher. Kuusapi keringatnya
dengan tanganku sambil mengelus tubuh seksinya, juga kutempelkan
badannya ke badanku. Karena aku takut tutup WC-nya jebol, kuangkat
Yayan dengan batang kejantananku masih menancap, dan kutiduri Yayan
di lantai. Untung lantainya belum basah, jadi masih bersih.
Kukangkangkan kedua kakinya, kutempelkan di pinggang dan kupegangi.
Goyanganku kini maju mundur.

“Aghh… aah… Di.. a.. ayo.. Di..!” Yayan kembali mendesah sambil
memanggil namaku.
Kembali aku merasakan adrenalin aneh merasukiku. Biasanya senafsu-
nafsunya aku onani, paling cepat hanya 5 menit. Karena di kamar
mandiku ada jam dinding, kulihat sudah hampir 10 menit sejak ciuman
pertamaku itu, aku belum juga mencapai klimaksnya. Kalau onani pasti
sudah keluar dari tadi. Akhirnya, Yayan ejakulasi duluan. Di sekujur
batang kemaluanku kurasakan cairan hangat dari vaginanya. Kocokanku
masih berlanjut, tetapi tidak lama. Aku merasa juga sudah ingin
segera mencapai orgasmeku. Karena takut keluar di dalam, segera
kucabut batang kejantananku. Aku bermaksud untuk memuncratkan
spermaku di wajahnya.

Sambil kudekatkan batang kemaluanku ke bibir Yayan, kukocok sedikit
lagi dengan telapak kananku yang sebagian dipenuhi oleh air mani
Yayan. Kemudian ketika mau keluar, Yayan ikut memegangi batang
kemaluanku.
“Crot.. crot..!” Spermaku membanjiri wajahnya.
Nampak seputar bibirnya dipenuhi sperma putih kental. Juga di
pipinya, hidung, alis dan ada yang memuncrat hingga mengenai
rambutnya. Sisa-sisa spermaku ditelan habis oleh Yayan.

“Aghhh… Di… sperma loe banyak bangeetthhh..!” Yayan mencoba
berbicara sambil masih mengocok batang kejantananku dan membersihkan
wajahnya dari lelehan cairan panas itu.
“Ghhahh.. ahh.. Yan… capek nih gue..! Kuat juga elo..!” aku mencoba
bercanda.
Yayan membalas, “Eughh… ehh… elo lagi… kuat banget..!”
Akhirnya Yayan membersihkan bekas sperma yang membasahi sekitar
wajahnya dan berpakaian kembali. Aku sepakat dengan Yayan untuk
bilang kalau kami tadi lagi nelpon dulu, jadi agak lama naiknya, biar
yang lainnya tidak pada curiga, dan Yayan menjawab setuju dengan
ciuman.

1 comment:

anton said...

wah ....seruuuu

ada cew/ tante yang mau seru2an ma aq kah.
aq di sby ;)

anton_pjg@yahoo.com